1540
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
Jurnal Pendidikan Indonesia
p-ISSN : 2745-7141 e-ISSN : 2746-1920 Vol. 5 No. 11 November 2024
Evaluasi Kinerja RSUD Kota Tanjungan Pinang dengan Pendekatan
Model The Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence
Melly Puspita Sari
1*
, Muhammad Taufiq
2
, Sri Harijati
3
Universitas Terbuka, Indonesia
mellypuspitasari77@gmail.com
1
2
3
INFO ARTIKEL ABSTRAK
Kata Kunci: evaluasi
kinerja, RSUD kota
tanjungpinang, malcolm
baldrige criteria for
performance excellence,
manajemen kesehatan
Keywords: Performance
Evaluation, Tanjungpinang
City Hospital, Malcolm
Baldrige Criteria for
Performance Excellence,
Health Management
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja RSUD Kota
Tanjungpinang menggunakan pendekatan model The Malcolm
Baldrige Criteria for Performance Excellence (MBCfPE). Model
ini dipilih karena menyediakan kerangka kerja komprehensif yang
berfokus pada tujuh kategori utama: kepemimpinan, strategi,
pelanggan, pengukuran, analisis, dan manajemen pengetahuan,
tenaga kerja, operasi, dan hasil. Melalui pendekatan ini, penelitian
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam proses
manajemen dan pelayanan di RSUD Kota Tanjungpinang. Metode
penelitian ini melibatkan pengumpulan data melalui wawancara,
observasi, dan analisis dokumen yang relevan. Hasil evaluasi
menunjukkan area kinerja yang memerlukan perbaikan, terutama
dalam hal pengelolaan sumber daya manusia dan kepuasan
pelanggan. Kesimpulan penelitian ini menawarkan rekomendasi
untuk peningkatan kinerja dan memberikan wawasan bagi RSUD
dalam menyelaraskan tujuan operasional dengan ekspektasi
layanan berkualitas.
ABSTRACT
This study aims to evaluate the performance of Tanjungpinang
City Hospital using The Malcolm Baldrige Criteria for
Performance Excellence (MBCfPE) model approach. This model
was chosen because it provides a comprehensive framework that
focuses on seven key categories: leadership, strategy, customer,
measurement, analysis, and knowledge management, workforce,
operations, and results. Through this approach, the research
identifies strengths and weaknesses in the management and
service process at Tanjungpinang City Hospital. This research
method involves collecting data through interviews, observations,
and analysis of relevant documents. The results of the evaluation
showed performance areas that needed improvement, especially
in terms of human resource management and customer
satisfaction. The conclusion of this study offers recommendations
for performance improvement and provides insight for the
hospital in aligning operational goals with quality service
expectations.
PENDAHULUAN
Pada Undang-Undang Dasar 1945 memuat bahwa kebutuhan akan kesehatan
merupakan salah satu hak azasi manusia. Dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat, diselenggarkannya upaya kesehatan dengan pendekatan
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
1541
Evaluasi Kinerja RSUD Kota Tanjungan Pinang dengan Pendekatan Model The
Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventive)
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemilihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan sebagaimana yang
dimuat dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Untuk
mewujudkannya, didirikanlah sarana-saranan kesehatan. Rumah sakit adalah salah satu
sarana kesehatan yang mempunyai fungsi utama menyediakan dan menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan pasien (SKN, 1982).
Sejak diberlakukannya sistem otonomi daerah melalui Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada Bab III tentang pembagian urusan
pemerintahan, Pasal 14, menyatakan bahwa bidang kesehatan sepenuhnya diserahkan
kepada daerah masing-masing yang setiap daerah diberi kewenangan untuk mengelola
dan menyelenggarakan seluruh aspek kesehatan. Pada saat pemerintah daerah diberikan
kewenangan melalui konteks otonomi daerah, hakekatnya merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat (Mardiasmo, 2002).
Kondisi ini masih menunjukan bahwa Indonesia masih tertinggal dari dua negara
tetangga, yakni Malaysia dan Singapura. Malaysia dan Singapura sudah masuk dalam
kelompok negara-negara ‘high’. Indonesia masih berada dikelompok negara medium,
kurang-lebih masih sejajar dengan Namibia dan Botswana di regional Afrika Selatan serta
sejajar dengan Bolivia dan Paraguay di regional Amerika Selatan
(http://www.forumkami.net/kesehatan/149530-kualitas-kesehatan-di-tangan-kita.html.
21 april 2012).
Data dari Human developmen Index ini membuat Indonesia perlu bekerja keras
untuk meningkatkan kuliatas sistem pelayanan kesehatannya. Termasuk meningkatkan
kinerja dari sarana-sarana kesehatan yang di dirikan oleh pemerintah, diantaranya adalah
rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai dan bagian yang amat penting
dalam sistem pelayanan kesehatan. Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 983/SK/Menkes/XI/92 rumah sakit umum mempunyai misi
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menyediakan Rumah sakit berdasarkan
kebutuhan masyarakat.
Berbicara tentang perumahsakitan di Indonesia, saat ini terdapat tuntutan yang
semakin meningkat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu sehingga mengakibatkan
persaingan yang semakin keras di antara semua penyedia pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan kualitas maupun kuantitas pelayanan. (Wiku Adisasmito, 2007: 3).
Apalagi saat ini pelanggan rumah sakit sangat kritis dan menginginkan pelayanan yang
terbaik, sehingga rumah sakit saat ini menghadapi tantangan persaingan dan lingkungan
yang kompetitif. Untuk menjawab tantangan persaingan rumah sakit dimasa yang akan
datang, aspek kualitas menjadi sangat penting. Bara (1983: 3) menyatakan bahwa
kualitas adalah memberikan kepada pelanggan atau orang berikutnya dalam proses
Melly Puspita Sari, Muhammad Taufiq, Sri Harijati
1542
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan Macdonald (1996: 5) menyatakan
mutu adalah memenuhi persyaratan atau kebutuhan.
Menurut Deming, setiap upaya perbaikan kualitas akan membuat aktivitas proses
dalam system bisnis dan industri menjadi lebih baik dan lebih baik lagi (Vincent
Gaspersz. 2002: 3). Banyak model yang dapat digunakan unuk meningkatkan kualitas
pelayanan, salah satunya adalah model Malcolm Baldrige. Menurut Dilworth, salah satu
kerangka kerja yang baik dan secara keseluruhan mewakili bagian yang penting dalam
mencapai kualitas tinggi adalah kriteria The Malcolm Baldrige National Quality Award
(MBNQA) (Tambunan, S. 2005: 3). Baldrige merupakan sistem yang benar-benar
TQM/truly TQM system (Sodiq, M. 2002: 5). Kriteria Baldrige mengarahkan pada
pembentukan budaya perusahaan yang efektif dan menuntun pencapaian kinerja unggul.
Kriteria Baldrige mengarahkan proses pada pencapaian kinerja unggul melalui
pendekatan-pendekatan dan penerapan yang efektif, dan secara keseluruhan membentuk
suatu kerangka kerja yang utuh dan menyeluruh, selaras dan terintegrasi.
Kriteria Baldrige digunakan organisasi untuk mengevaluasi kinerja mereka, bukan
hanya sekedar untuk menjamin adanya peningkatan yang berkelanjutan, namun kriteria
Baldrige mendorong organisasi untuk menjadi yang terbaik. Pada akhirnya, jika semua
itu tercapai akan tercermin dari kepuasan pelanggan dan stakeholder lainnya serta sukses
organisasi di masa mendatang. Oleh karenanya sebuah rumah sakit, yang bersifat
pelayanan kepada publik, tetap ingin berkembang dan survive terhadap perubahan
lingkungan, hendaknya memerlukan kinerja yang baik sehingga mutu pelayanan yang
diberikan dapat memuaskan pelanggan (Purwaningrum. 2006: 5-6).
Demikian juga halnya dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Tanjungpinang. Keberadaannya sejak tahun 1903, terletak tepat dijantung Kota
Tanjungpinang, merupakan satu-satunya rumah sakit milik Pemerintah Kota
Tanjungpinang. Dengan adanya pemekaran wilayah pada tahun 2002, berdasarkan
Undang-Undang Pembentukan Kota Tanjungpinang sebagai daerah otonom yaitu
Undang-Undang Nomor 5 tahun 2001, RSUD yang sebelumnya milik Kabupaten
Kepulauan Riau kemudian diserahkan ke Pemerintah Kota Tanjungpinang.
RSUD Kota Tanjungpinang merupakan salah satu rumah sakit rujukan bagi
kabupaten-kabupaten yang belum mempunyai rumah sakit sendiri, meliputi seluruh
puskesmas yang ada disekitar wilayah Kabupaten Bintan, Kabupaten Lingga, Kabupaten
Natuna, Kabupaten Anambas dan Kota Tanjungpinang. Akan tetapi sekarang, sejak
tahun 2010, beberapa kabupaten yang biasanya menjadikan RSUD Kota Tanjungpinang
sebagai rumah sakit rujukan, sekarang mulai memiliki rumah sakit sendiri dan bahkan
jauh lebih besar dan lebih lengkap, sehingga RSUD Kota Tanjungpinang tidak lagi
banyak dikunjungi oleh pasien rujukan dari kabupaten-kabupaten yang ada di sekitarnya.
Selain itu, bermunculannya rumah sakit pemerintah, swasta, klinik bersalin, praktek
pribadi atau praktek bersama dokter yang menjadi pesaing (competitor), yang pesat di
wilayah Kota Tanjungpinang dan daerah sekitarnya, serta mudahnya akses untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan langsung ke Malaysia dan Singapura, menjadikan
Evaluasi Kinerja RSUD Kota Tanjungan Pinang dengan Pendekatan Model The
Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
1543
tantangan tersendiri bagi RSUD Kota Tanjungpinang untuk tetap bertahan dalam
persaingan yang makin kompetetif.
Salah satu cara yang dilakukan oleh RSUD Kota Tanjungpinang untuk
meningkatkan kualitas pelayanannya, adalah dengan melakukan proses mencapai
kelulusan akreditasi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatn Republik Indonesia
No.159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan akreditasi rumah sakit adalah pengakuan bahwa
rumah sakit telah memenuhi standar minimal yang ditentukan. Sejalan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, maka Departemen Kesehatan mengeluarkan
kebijakan melalui SK Menkes Nomor 436/1993 bahwa semua rumah sakit di Indonesia
wajib melaksanakan standar pelayanan rumah sakit dan pelayanan medik. Dengan
diberlakukannya kedua kebijakan ini maka seluruh rumah sakit di Indonesia di wajibkan
untuk menerapkan standar tersebut tanpa memandang kelas dan status kepemiliknannya.
(Tionggung Butar-Butar. 1998: 4)
Sejak bulan Oktober 2010 hingga April 2012, RSUD Kota Tanjungpinang sudah
tiga kali melakukan bimbingan akreditasi. Bidang pelayanan yang akan diakreditasi ada
16 bidang pelayanan, tetapi pada tahap awal yang akan diakreditasi baru 5 bidang pokok
meliputi Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Keperawatan,
Pelayanan Gawat Darurat dan Rekam Medik. Untuk mencapai kelulusan akreditasi sangat
dituntut oleh integrasi seluruh proses aspek manajerial, administrasi hingga kualitas
pelayanan. Akan tetapi hasil tiga kali bimbingan akreditasi yang telah dilakukan, tidak
menunjukan kenaikan nilai secara signifikan bahkan berada dalam kategori tidak lulus.
Hasil utama dari para pembimbing akreditasi adalah rendahnya motivasi dan komitmen
untuk mencapai kelulusan akreditasi yang menjadi harapan seluruh rumah sakit di
Indonesia. Rendahnya komitmen dan motivas akan menghambat proses akreditasi
berjalan dengan lancar dan mencapai kelulusan yang diharapkan. Selain itu, melalui
pengamatan awal peneliti, RSUD juga tidak memiliki rencana pengembangan stratejik,
sehingga fokus pelayanan selama ini hanya bersifat rutinitas. Adapun data-data yang
berkaitan dengan kinerja pelayanan yang dilaporkan oleh rekam medik belum pernah di
analisa untuk dipergunakan menentukan segmentasi pasar. RSUD Kota Tanjungpinang
juga belum memiliki bagian hubungan masyarakat (humas) atau yang menangani keluhan
pelanggan, sehingga keluhan pelanggan sangat jarang dievaluasi dan ditindak lanjuti
untuk perbaikan kinerja pelayanan selanjutnya.
RSUD Kota Tanjungpinang juga tidak pernah melakukan evaluasi kinerja sebagai
bentuk self assessment untuk mengetahui gambaran kinerja RSUD Kota Tanjungpinang
selama ini agar dapat terus survive sebagai rumah sakit yang memiliki kualitas dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Berdasarkan beberapa
permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi
Kinerja RSUD Kota Tanjungpinang dengan pendekatan The Malcolm Baldrige National
Quality Award (MBNQA)” sebagai salah satu upaya langkah awal melakukan self
assessment di RSUD Kota Tanjungpinang sebelum mencapai akreditasi.
Sebagai alat penilaian mandiri, kriteria Baldrige dalam bidang pelayanan kesehatan
untuk
kinerja
unggul
dapat
menolong
organisasi
pelayanan
kesehatan
melakukan
Melly Puspita Sari, Muhammad Taufiq, Sri Harijati
1544
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
pengukuran kinerja dan menentukan target peluang dalam meningkatkan kinerjanya
mencapai kualitas unggul (quality excellence) dengan tujuh kriteria kunci yaitu:
kepemimpinan (leadership), perencanaan strategi (strategic planning), fokus pasien,
pelanggan lain dan pasar (focus on patient, other customer, markets), pengukuran,
analisis dan manajemen pengetahuan (measurement, analysis, and knowledge), fokus staf
(staff focus), manajemen proses (process management), dan hasil-hasil kinerja organisasi
(organizational performance result) (http://www.quality.nist.gov, 18 April 2012).
Menurut George, manfaat peningkatan sistem mutu dari organisasi yang
menerapkan MBNQA adalah peningkatan profitabilitas, efektivitas proses, pertumbuhan
organisasi serta menguasai pelanggan dan pekerja (Haris, A. 2005 dalam Sri Nani
Purwaningrum. 2007: 6). Beberapa penelitian sudah pernah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan The Malcolm Baldrige National Quality, diantaranya oleh
Lucia B. Siregar (2004) melakukan kajian persepsi responden tentang mutu organisasi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Marisa Rayhani (2010)
melakukan analisis kinerja tim pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di RSIA
Hermina Depok; Sri Nani Purwaningrum, Tjahjono Kuntjoro (2006) melakukan
Evaluasi Kinerja pada RSUD Kabupaten Brebes ; DR. Ir. Indung Sudarso, MT (2004)
melakukan pengukuran kinerja pada fakultas teknik Universitas Bhayangkara Surabaya
(Ubhara) Surabaya. Sedangkan penelitian yang membahas The Malcolm Baldrige
Criteria for Performance Excellence (MBCfPE) pada rumah sakit, tampaknya masih
jarang, termasuk di Kepulauan Riau, terutama Kota Tanjungpinang, penelitian terhadap
evaluasi kinerja RSUD Kota Tanjungpinang belum pernah dilakukan. Hal ini yang
membuat peneliti tertarik ingin melakukan penelitian tentang evaluasi kinerja RSUD
Kota Tanjungpinang melalui pendekan The Malcolm Baldrige Criteria for Performance
Excellence (MBCfPE).
METODE PENELITIAN
Berdasarkan literatur dan kepustakaan yang telah diuraikan terlihat bahwa kinerja
organisasi dalam hal ini RSUD Kota Tanjungpinang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Dengan landasan teori yang digunakan yaitu The Malcolm Baldrige Criteria for
Performance Excellence maka kinerja organisasi dapat dilihat dari tujuh kriteria yakni
kepemimpinnan, perencanaan strategis, fokus pada pelanggan, manajemen pengukuran,
analisis dan pengetahuan, fokus pada SDM, manajemen proses, hasil kinerja organisasi.
Proses pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui kuisioner yang
mencakup semua variabel yang ada pada kriteria Baldrige. Di samping dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan, penggalian informasi
dan data juga dilakukan melalui kajian terhadap buku-buku, dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan fokus penelitian.
Analisis data dalam penelitian kuantitif dilakukan terpisah dari pengambilan atau
pengumpulan data. Dengan kata lain, pengambilan atau pengumpulan dan analisis data
tidak dapat dilakukan secara bersamaan. Setelah data terkumpul, selanjutnya data
dianalisis, sampai menghasilkan kesimpulan yang merupakan langkah terakhir dari suatu
Evaluasi Kinerja RSUD Kota Tanjungan Pinang dengan Pendekatan Model The
Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
1545
periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Berdasarkan proses
penelitian kuantitatif tersebut, maka penelitian kuantitatif bersifat linier, dimana
langkahnya jelas, mulai dari rumusan masalah, teori, hipotesis, mengumpulkan data,
analisis data, sera membuat kesimpulan dan saran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Komprehensif
Penilaian terhadap kinerja Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Tanjungpinang menunjukkan bahwa meskipun secara umum rumah sakit ini telah
menjalankan berbagai kegiatan operasional dengan cukup baik, masih terdapat beberapa
area yang memerlukan perhatian khusus dan perbaikan lebih lanjut. Evaluasi ini
mencakup beberapa dimensi penting, yaitu kepemimpinan, strategi, pelayanan pelanggan,
pengukuran dan analisis, tenaga kerja, operasi, serta hasil yang dicapai oleh RSUD.
Pembahasan ini akan menganalisis secara lebih mendalam mengenai hasil evaluasi
tersebut, dengan memberikan perhatian khusus pada tantangan yang ada dan rekomendasi
untuk meningkatkan kinerja rumah sakit di masa depan.
1. Kepemimpinan di RSUD Kota Tanjungpinang
Kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
keberhasilan sebuah organisasi, termasuk dalam konteks pelayanan kesehatan. Penilaian
terhadap kepemimpinan di RSUD Kota Tanjungpinang menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, kepemimpinan di rumah sakit ini sudah berjalan dengan cukup baik. Namun,
terdapat beberapa tantangan yang perlu segera diatasi untuk memastikan efektivitas
kepemimpinan yang lebih optimal.
Salah satu tantangan terbesar adalah terkait dengan pengambilan keputusan
strategis yang masih memerlukan perbaikan. Pengambilan keputusan yang tepat dan
cepat sangat penting dalam mengelola sebuah rumah sakit, terutama dalam menghadapi
perubahan kebutuhan pasien dan perkembangan teknologi medis yang pesat.
Pengambilan keputusan yang lambat atau kurang terkoordinasi dapat menyebabkan
keterlambatan dalam merespons masalah yang muncul, seperti dalam hal penanganan
pasien atau penyediaan sumber daya medis.
Selain itu, komunikasi antar departemen juga menjadi area yang perlu
ditingkatkan. Dalam rumah sakit besar seperti RSUD Kota Tanjungpinang, komunikasi
yang efektif antar departemen sangat penting untuk memastikan bahwa semua lini
organisasi dapat bekerja secara sinergis. Misalnya, departemen medis, administrasi, dan
manajemen harus dapat berkolaborasi dengan baik untuk memastikan pelayanan yang
optimal bagi pasien. Kendala komunikasi antar departemen sering kali menyebabkan
ketidakpastian dalam pelaksanaan tugas dan menghambat inovasi dalam pelayanan.
Untuk meningkatkan kepemimpinan, RSUD perlu memperkuat kapasitas
pengambilan keputusan yang berbasis data dan informasi. Penggunaan teknologi
informasi yang lebih baik untuk mendukung keputusan strategis dan memperbaiki
komunikasi antar departemen menjadi langkah yang perlu diperhatikan oleh pihak
manajemen rumah sakit.
Melly Puspita Sari, Muhammad Taufiq, Sri Harijati
1546
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
Dimensi Kategori Frekuensi Persentase
Tabel 1. Gambaran Tentang Kepemimpinan
Kepemimpinan
Baik 36 36.00%
Tidak Baik 64 64.00%
Total 100 100%
Dari tabel diatas, dapat diketahui gambaran tentang kepemimpinan. Mayoritas
responden sebanyak 64 orang atau 64,00% adalah responden yang memiliki persepsi
tentang kepemimpinan yang termasuk dalam kategori “tidak baik” dan sisanya sebanyak
36 orang atau 36,00% adalah responden yang memiliki persepsi tentang kepemimpinan
yang termasuk dalam kategori “baik”.
2. Strategi yang Diterapkan
Tabel 2. Gambaran Tentang Perencanaan Strategis
Perencanaan Strategis
Dari tabel diatas, dapat diketahui gambaran tentang perencanaan strategis.
Mayoritas responden sebanyak 53 orang atau 53,00% adalah responden yang memiliki
persepsi tentang perencanaan strategis yang termasuk dalam kategori “tidak baik” dan
sisanya sebanyak 47 orang atau 47,00% adalah responden yang memiliki persepsi tentang
perencanaan strategis yang termasuk dalam kategori “baik”.
Secara keseluruhan, strategi yang diterapkan oleh RSUD Kota Tanjungpinang lebih
banyak berfokus pada efisiensi operasional dan pemenuhan regulasi yang berlaku.
Efisiensi operasional adalah aspek penting dalam menjalankan rumah sakit, namun perlu
ada keseimbangan antara efisiensi dan peningkatan kualitas pelayanan. Dalam hal ini,
RSUD perlu memperhatikan pengembangan strategi yang lebih terintegrasi, terutama
dalam meningkatkan pengalaman pasien dan kepuasan pelanggan.
Salah satu masalah utama yang ditemukan adalah kurangnya strategi yang lebih
berorientasi pada pengalaman pasien. Meskipun RSUD telah mengimplementasikan
berbagai kebijakan dan prosedur operasional yang efisien, hasil evaluasi menunjukkan
bahwa pengalaman pasien dalam mendapatkan pelayanan masih belum optimal. Banyak
pasien yang merasa tidak puas dengan waktu tunggu yang lama dan kurangnya perhatian
terhadap kenyamanan mereka selama menjalani perawatan di rumah sakit.
Dimensi Kategori
Frekuensi
Baik
47
Tidak Baik
53
Total
100
Evaluasi Kinerja RSUD Kota Tanjungan Pinang dengan Pendekatan Model The
Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
1547
Untuk memperbaiki hal ini, strategi pelayanan pelanggan yang lebih komprehensif
harus diterapkan. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan mengembangkan
program pelatihan untuk tenaga medis dan staf lainnya tentang pentingnya pendekatan
manusiawi dalam pelayanan kesehatan. Selain itu, penerapan teknologi yang lebih
canggih dalam pengelolaan antrian pasien juga dapat membantu mengurangi waktu
tunggu yang lama dan meningkatkan kenyamanan pasien.
3. Pelayanan Pelanggan: Tantangan dan Perbaikan yang Diperlukan
Pelayanan pelanggan merupakan salah satu area yang paling membutuhkan
perhatian di RSUD Kota Tanjungpinang. Meskipun rumah sakit ini telah memiliki sistem
untuk mengumpulkan umpan balik dari pasien, hasil evaluasi menunjukkan adanya
keluhan yang berulang mengenai waktu tunggu yang lama dan kurangnya perhatian
terhadap kenyamanan pasien selama perawatan.
Keluhan mengenai waktu tunggu yang lama sering kali disebabkan oleh
ketidakteraturan dalam sistem antrian atau ketidakpastian dalam penjadwalan perawatan
medis. Ini menciptakan pengalaman negatif bagi pasien, yang pada gilirannya dapat
memengaruhi tingkat kepuasan mereka. Selain itu, perhatian terhadap kenyamanan
pasien, seperti kenyamanan ruang perawatan dan suasana rumah sakit, juga menjadi
aspek yang perlu ditingkatkan. Banyak pasien yang mengeluhkan kurangnya fasilitas
penunjang yang memadai untuk mendukung kenyamanan mereka selama proses
perawatan.
RSUD perlu merancang strategi pelayanan pelanggan yang lebih terfokus pada
pemenuhan kebutuhan dan harapan pasien. Penerapan sistem informasi yang lebih
terintegrasi, yang memungkinkan pasien untuk memantau status perawatan mereka secara
real-time, dapat membantu mengurangi waktu tunggu dan meningkatkan kenyamanan
mereka. Program pelatihan tentang komunikasi yang efektif antara staf medis dan pasien
juga penting untuk memastikan bahwa pasien merasa dihargai dan diperhatikan selama
menjalani perawatan.
Tabel 3. Gambaran Tentang Pengukuran, Analisis dan Manajemen Pengetahuan
Berdasarkan Indikator Pengukuran Analisis dan Perbaikan Kerja
Indikator Kategori Frekuensi Persentase
Pengukuran Analisis dan
Baik 70 70.00%
Perbaikan Kerja
Tidak Baik
30
30.00%
Total
100
100%
Dari tabel diatas, dapat diketahui gambarantentang tentang pengukuran, analisis
dan manajemen pengetahuan berdasarkan indikator pengukuran analisis dan perbaikan
kerja. Mayoritas responden sebanyak 70 orang atau 70,00% adalah responden yang
memiliki persepsi tentang pengukuran, analisis dan manajemen pengetahuan berdasarkan
indikator pengukuran analisis dan perbaikan kerja yang termasuk dalam kategori baik”
Melly Puspita Sari, Muhammad Taufiq, Sri Harijati
1548
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
dan sisanya sebanyak 30 orang atau 30,00% adalah responden yang memiliki persepsi
tentang pengukuran, analisis dan manajemen pengetahuan berdasarkan indikator
pengukuran analisis dan perbaikan kerja yang termasuk dalam kategori “tidak baik”.
Secara detail, sebaran jawaban responden tentang item-item pernyataan dimensi
pengukuran, analisis dan manajemen pengetahuan berdasarkan indikator pengukuran
analisis dan perbaikan kerja dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini.
Tabel 4. Tanggapan Responden Tentang Pernyataan
“Telah tersedia sistem pengukuiran kinerja yang didukung dengan
metode pengumpulan data”
Tanggapan Responden
Frekuensi
Persentase
Sangat Sesuai
0
0.00%
Sesuai
31
31.00%
Ragu-ragu
46
46.00%
Tidak Sesuai
13
13.00%
Sangat Tidak Sesuai
10
10.00%
Total
100
100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui sebaran jawaban responden tentang
pernyataan “Telah tersedia sistem pengukuiran kinerja yang didukung dengan metode
pengumpulan data”. Mayoritas responden sebanyak 46 orang atau 46,00% adalah
responden yang mejawab “Ragu-ragu” dan paling sedikit adalah responden yang
menjawab “Sangat Tidak Sesuai” yaitu sebanyak 10 orang atau 10,00%.
Tabel 5. Tanggapan Responden Tentang Pernyataan
“Hasil kinerja selalu disebarluaskan dan dikomunikasikan kepada para
pimpinan dan pegawai”
Tanggapan Responden
Frekuensi
Persentase
Sangat Sesuai
3
3.00%
Sesuai
26
26.00%
Ragu-ragu
43
43.00%
Tidak Sesuai
18
18.00%
Sangat Tidak Sesuai
10
10.00%
Total
100
100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui sebaran jawaban responden tentang
pernyataan “Hasil kinerja selalu disebarluaskan dan dikomunikasikan kepada para
pimpinan dan pegawai”. Mayoritas responden sebanyak 43 orang atau 43,00% adalah
responden yang mejawab “Ragu-ragu” dan paling sedikit adalah responden yang
menjawab “Sangat Sesuai” yaitu sebanyak 3 orang atau 3,00%.
Evaluasi Kinerja RSUD Kota Tanjungan Pinang dengan Pendekatan Model The
Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
1549
58,00%
60
50
40
30
20
10
0
42,00%
Baik Tidak Baik
4. Pengukuran dan Analisis Kinerja
RSUD Kota Tanjungpinang telah memiliki sistem pengukuran kinerja yang
mengukur berbagai aspek operasional, seperti jumlah pasien yang dilayani dan waktu
pelayanan. Meskipun sistem ini memberikan gambaran yang baik mengenai efisiensi
operasional rumah sakit, hasil evaluasi menunjukkan bahwa sistem pengukuran ini masih
terbatas pada aspek-aspek kuantitatif dan belum mencakup aspek kualitas pelayanan dan
pengalaman pasien secara mendalam.
Untuk meningkatkan pengukuran dan analisis kinerja, RSUD perlu
memperkenalkan sistem evaluasi yang lebih holistik, yang mencakup data kualitatif yang
diperoleh dari survei kepuasan pelanggan dan wawancara dengan pasien. Selain itu,
rumah sakit juga perlu mengintegrasikan sistem pengukuran yang dapat memberikan
informasi yang lebih terperinci mengenai tingkat kepuasan pasien terhadap berbagai
aspek pelayanan, seperti kecepatan pelayanan, kualitas komunikasi, dan kenyamanan
selama perawatan.
Tabel 6. Gambaran Tentang Hasil Kinerja Organisasi
Hasil Kinerja Organisasi
Dari tabel diatas, dapat diketahui gambaran tentang hasil kinerja organisasi.
Mayoritas responden sebanyak 58 orang atau 58,00% adalah responden yang memiliki
persepsi tentang hasil kinerja organisasiyang termasuk dalam kategori “baik” dan sisanya
sebanyak 42 orang atau 42,00% adalah responden yang memiliki persepsi tentang hasil
kinerja organisasiyang termasuk dalam kategori “tidak baik”.
Gambar 1. Gambaran Tentang Hasil Kinerja Organisasi
Dimensi
Kategori
Frekuensi
Persentase
Baik
58
58.00%
Tidak Baik
42
42.00%
Total
100
100%
Melly Puspita Sari, Muhammad Taufiq, Sri Harijati
1550
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
Dimensi hasil kinerja organisasi terdiri dari 6 indikator yaitu : Hasil- hasil Pelayanan
Kesehatan, Hasil-hasil Fokus Pelanggan, Hasil-hasil Keuangan dan Pasar, Hasil-hasil
Fokus Tenaga Kerja, Hasil-hasil Proses Efektifitas dan Hasil-hasil Kepemimpinan.
Dengan pengukuran kinerja yang lebih terintegrasi dan berbasis data, manajemen
RSUD dapat lebih mudah mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan merancang
strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
5. Tenaga Kerja: Dedikasi dan Tantangan yang Dihadapi
Tenaga kerja di RSUD Kota Tanjungpinang telah menunjukkan dedikasi yang
tinggi terhadap pekerjaan mereka, namun terdapat tantangan yang perlu diatasi terkait
dengan pelatihan berkelanjutan dan pengelolaan tenaga medis. Meskipun tenaga medis
telah memiliki keterampilan dasar yang memadai, rumah sakit ini perlu meningkatkan
pelatihan berkelanjutan untuk memastikan bahwa staf medis selalu up-to-date dengan
perkembangan terbaru dalam dunia medis.
Selain itu, koordinasi antar tim medis juga menjadi area yang perlu diperbaiki.
Dalam situasi rumah sakit yang sibuk, sering kali terjadi kesalahan dalam komunikasi
antara dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya, yang dapat memengaruhi kualitas
pelayanan yang diberikan kepada pasien. Untuk itu, RSUD perlu meningkatkan
keterampilan komunikasi antar tim medis melalui pelatihan dan penyusunan protokol
komunikasi yang lebih jelas dan efektif.
Tabel 7. Gambaran TentangFokus Sumber Daya Manusia Berdasarkan Indikator
Lingkungan Tenaga Kerja (SDM)
Indikator Kategori Frekuensi Persentase
Lingkungan Tenaga
Baik 61 61.00%
Kerja (SDM)
Tidak Baik
39
39.00%
Total
100
100%
Dari tabel diatas, dapat diketahui gambarantentang fokus sumber daya manusia
berdasarkan lingkungan tenaga kerja (SDM). Mayoritas responden sebanyak 61 orang
atau 61,00% adalah responden yang memiliki persepsi tentang fokus sumber daya
manusia berdasarkan indikator lingkungan tenaga kerja (SDM)yang termasuk dalam
kategori “baik” dan sisanya sebanyak 39 orang atau 39,00% adalah responden yang
memiliki persepsi tentang fokus sumber daya manusia berdasarkan indikator lingkungan
tenaga kerja (SDM) yang termasuk dalam kategori “tidak baik”.
Secara detail, sebaran jawaban responden tentang item-item pernyataan dimensi
tentang fokus sumber daya manusia berdasarkan indikator lingkungan tenaga kerja
(SDM) dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini.
Evaluasi Kinerja RSUD Kota Tanjungan Pinang dengan Pendekatan Model The
Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
1551
Tabel 8. Tanggapan Responden Tentang Pernyataan
“Rumah sakit telah memiliki program untuk menjamin kesejahteraan kerja pegawai”
Tanggapan Responden
Frekuensi
Persentase
Sangat Sesuai
0
0.00%
Sesuai
39
39.00%
Ragu-ragu
31
31.00%
Tidak Sesuai
20
20.00%
Sangat Tidak Sesuai
10
10.00%
Total
100
100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui sebaran jawaban responden tentang
pernyataan “Rumah sakit telah memiliki program untuk menjamin kesejahteraan kerja
pegawai”. Mayoritas responden sebanyak 39 orang atau 39,00% adalah responden yang
mejawab “Sesuai” dan paling sedikit adalah responden yang menjawab “Sangat Tidak
Sesuai” yaitu sebanyak 10 orang atau 10,00%.
Tabel 9. Tanggapan Responden Tentang Pernyataan
“Rumah sakit telah memiliki program untuk menjamin keselamatan kerja pegawai
Tanggapan Responden
Frekuensi
Persentase
Sangat Sesuai
0
0.00%
Sesuai
42
42.00%
Ragu-ragu
16
16.00%
Tidak Sesuai
32
32.00%
Sangat Tidak Sesuai
10
10.00%
Total
100
100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui sebaran jawaban responden tentang
pernyataan “Rumah sakit telah memiliki program untuk menjamin keselamatan kerja
pegawai”. Mayoritas responden sebanyak 42 orang atau 42,00% adalah responden yang
mejawab “Sesuai” dan paling sedikit adalah responden yang menjawab “Sangat Tidak
Sesuai” yaitu sebanyak 10 orang atau 10,00%.
6. Operasi dan Efisiensi Proses Administratif
Dalam aspek operasional, RSUD Kota Tanjungpinang telah menunjukkan
efisiensi yang cukup baik dalam hal alur pelayanan dan proses administratif. Namun,
masih terdapat beberapa area yang memerlukan perbaikan lebih lanjut. Salah satunya
adalah kebutuhan untuk meningkatkan otomatisasi dalam proses administratif dan
memperkenalkan sistem informasi yang lebih canggih untuk mendukung operasi harian
rumah sakit.
Melly Puspita Sari, Muhammad Taufiq, Sri Harijati
1552
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
Implementasi teknologi informasi yang lebih baik dapat membantu mengurangi
beban administratif yang tidak perlu dan memungkinkan staf rumah sakit untuk fokus
pada tugas-tugas yang lebih kritis, seperti perawatan pasien. Selain itu, sistem informasi
yang lebih terintegrasi juga dapat membantu mempercepat proses pengambilan
keputusan, meminimalkan kesalahan administratif, dan meningkatkan koordinasi antar
departemen.
Tabel 10. Gambaran TentangHasil Kinerja Organisasi Berdasarkan Indikator Hasil-
Hasil Proses Efektifitas
Indikator Kategori Frekuensi Persentase
Hasil-hasil Proses
Baik 34 34.00%
Efektifitas
Tidak Baik
66
66.00%
Total
100
100%
Dari tabel diatas, dapat diketahui gambaran tentang hasil kinerja organisasi
berdasarkan indikator hasil- hasil proses efektifitas. Mayoritas responden sebanyak 66
orang atau 66,00% adalah responden yang memiliki persepsi tentang hasil kinerja
organisasi berdasarkan indikator hasil- hasil proses efektifitasyang termasuk dalam
kategori “tidak baik” dan sisanya sebanyak 34 orang atau 34,00% adalah responden yang
memiliki persepsi tentang hasil kinerja organisasi berdasarkan indikator hasil- hasil
proses efektifitas yang termasuk dalam kategori “baik”.
Secara detail, sebaran jawaban responden tentang item-item pernyataan dimensi
tentang hasil kinerja organisasi berdasarkan indikator hasil- hasil proses efektifitas dapat
dilihat pada tabel-tabel dibawah ini.
Tabel 11. Tanggapan Responden Tentang Pernyataan
“Efektifitas proses pelaksanaan kerja cendrung semakin meningkat selama
tiga tahun terakhir
Tanggapan Responden
Frekuensi
Persentase
Sangat Sesuai
0
0.00%
Sesuai
34
34.00%
Ragu-ragu
43
43.00%
Tidak Sesuai
14
14.00%
Sangat Tidak Sesuai
9
9.00%
Total
100
100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui sebaran jawaban responden tentang
pernyataan “Efektifitas proses pelaksanaan kerja cendrung semakin meningkat selama
tiga tahun terakhir”. Mayoritas responden sebanyak 43 orang atau 43,00% adalah
Evaluasi Kinerja RSUD Kota Tanjungan Pinang dengan Pendekatan Model The
Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
1553
responden yang mejawab “Ragu-ragu” dan paling sedikit adalah responden yang
menjawab “Sangat Tidak Sesuai” yaitu sebanyak 9 orang atau 9,00%.
7. Hasil Kinerja dan Dampaknya
Secara keseluruhan, hasil kinerja RSUD Kota Tanjungpinang dalam hal output
pelayanan kesehatan cukup memadai. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang cukup baik bagi masyarakat, namun terkait dengan hasil jangka panjang,
masih terdapat ruang untuk perbaikan lebih lanjut. Terutama dalam hal kepuasan
pelanggan dan kualitas pelayanan, RSUD perlu lebih memperhatikan pengalaman pasien
dan kualitas pelayanan yang diberikan.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan tidak hanya akan meningkatkan
kepuasan pasien, tetapi juga akan memberikan dampak positif terhadap reputasi RSUD
di mata masyarakat. Dengan demikian, rumah sakit perlu merancang strategi yang lebih
terintegrasi, melibatkan semua lini organisasi, dan memanfaatkan teknologi untuk
meningkatkan pengalaman pasien secara keseluruhan.
Tabel 12. Gambaran Tentang Hasil Kinerja Organisasi Berdasarkan Indikator Hasil-
Hasil Kepemimpinan
Indikator Kategori Frekuensi Persentase
Hasil-hasil
Baik
47
47.00%
Kepemimpinan
Tidak Baik
53
53.00%
Total
100
100%
Dari tabel diatas, dapat diketahui gambaran tentang hasil kinerja organisasi
berdasarkan indikator hasil- hasil kepemimpinan. Mayoritas responden sebanyak 53
orang atau 53,00% adalah responden yang memiliki persepsi tentang hasil kinerja
organisasi berdasarkan indikator hasil- hasil kepemimpinan yang termasuk dalam
kategori “tidak baik” dan sisanya sebanyak 47 orang atau 47,00% adalah responden yang
memiliki persepsi tentang hasil kinerja organisasi berdasarkan indikator hasil- hasil
kepemimpinan yang termasuk dalam kategori “baik”.
Secara detail, sebaran jawaban responden tentang item-item pernyataan dimensi
tentang hasil kinerja organisasi berdasarkan indikator hasil- hasil kepemimpinan dapat
dilihat pada tabel-tabel dibawah ini.
Tabel 13. Tanggapan Responden Tentang Pernyataan
“Kinerja kepemimpinan dan tanggung jawab sosial cendrung meningkat
selama tiga tahun terakhir”
Tanggapan Responden
Frekuensi
Persentase
Sangat Sesuai
2
2.00%
Sesuai
45
45.00%
Ragu-ragu
24
24.00%
Melly Puspita Sari, Muhammad Taufiq, Sri Harijati
1554
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
Tidak Sesuai
20
20.00%
Sangat Tidak Sesuai
9
9.00%
Total
100
100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui sebaran jawaban responden tentang
pernyataan Kinerja kepemimpinan dan tanggung jawab sosial cendrung meningkat
selama tiga tahun terakhir”. Mayoritas responden sebanyak 45 orang atau 45,00% adalah
responden yang mejawab “Sesuai” dan paling sedikit adalah responden yang menjawab
“Sangat Sesuai” yaitu sebanyak 2 orang atau 2,00%.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja RSUD Kota
Tanjungpinang menggunakan The Malcolm Baldrige Criteria for Performance
Excellence berhasil mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan utama dalam sistem
manajemen rumah sakit tersebut. Tujuan penelitian untuk menilai kinerja rumah sakit
dalam beberapa dimensi, termasuk kepemimpinan, perencanaan strategis, dan fokus pada
pelanggan, berhasil dicapai. Temuan utama menunjukkan bahwa RSUD Kota
Tanjungpinang memiliki beberapa kekuatan dalam aspek sistem kerja dan kepemimpinan
senior, namun terdapat kekurangan signifikan dalam hal kepuasan pelanggan dan
pengelolaan sumber daya manusia.
Studi ini memberikan kontribusi penting bagi literatur yang ada dengan menyoroti
penerapan Malcolm Baldrige Criteria dalam konteks rumah sakit di daerah, khususnya
dalam menghadapi tantangan kinerja operasional di sektor kesehatan publik. Ini menjadi
referensi bagi rumah sakit lain di Indonesia yang ingin menggunakan pendekatan serupa
untuk peningkatan kinerja. Namun, keterbatasan penelitian ini terletak pada penggunaan
metode survei yang mungkin tidak menangkap seluruh nuansa dari variabel kinerja.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan menggunakan metode campuran, termasuk
wawancara mendalam, untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang
kinerja rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku. (2007). Sistem manajemen lingkungan rumah sakit. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Aries, Erna Febru (2011). Asesmen dan evaluasi. Malang: Aditya Media
Publishing.
Atkinson, et al. (1997). Management accounting. Second edition. New Jersey, Precentice
Hall Inc.
Baldrige National Quality Program. (2011-2012). Health care criteria for
performance excellence.
Barra, Ralph. (1992). Menerapkan gugus mutu, strategi praktis untuk
meningkatkan produktivitas dan keunggulan (Terjemahan). Jakarta Pusat: Erlangga
Bustami. (2011). Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dan akseptabilitasnya. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Evaluasi Kinerja RSUD Kota Tanjungan Pinang dengan Pendekatan Model The
Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 5 No. 11 November 2024
1555
Butar-butar, Tionggung. (1998). Hubungan akreditasi di ruangan rawat inap RSUD
Koja. Tesis Program Pasca Sarjana Program Studi Kajian Administarsi Rumah
Sakit Universitas Indonesia - Jakarta
Chalid, Pheni. (2008). Buku materi pokok: Teori dan isu pembangunan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Haris, A., (2005). Pilar perusahaan unggul implementasi kriteria Baldrige untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gaspersz, Vincent. (2007). Ge way and Malcolm Baldrige
criteria
for
performance excellence. United State of America.
Gaspersz, Vincent. (2011). Total quality management untuk praktisi bisnis dan industri.
Bogor: Vinchristo Publication
Gasver, Vincent dan Avanti Fontana. (2011). Malcolm Baldrige criteria for performance
excellence. Bogor: Vinchristo Publication
Hardiyansyah. (2011). Kualitas pelayanan publik, konsep, dimensi, indikator dan
implementasi. Yogyakarta: Penerbit Gava Media
Ikhsan, M. (2010). Administrasi keuangan publik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Iswanto, Yun. (2005).
Buku materi pokok: Manajemen sumber daya manusia. Jakarta:
Universitas Terbuka
Kurzman E. (2012). The Malcolm Baldrige National Quality Award and Self Assessment.
www.quality.nist.gov Diakses 18 April 2012
Macdonald, John. (1996). Total quality control yang sukses dalam sepekan
(Terjemahan). Jakarta: Megapolin
Prasetyo, Irwan. (...). Mengukur kinerja pengelolaan perkotaan dengan metode Malcolm
Baldridge. Makalah http://teorionline.wordpress.com/ diakses 25 Maret 2012
Purwaningrum,
Sri
Nani
&
Tjahjono
Kuntjoro.
(2006).
Evaluasi
kinerja
RSUD
Kabupaten Brebes dengan pendekatan The Malcolm Baldrige National Quality
Award. Working paper series No. 15. Program Megister Kebijakan dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan Universitas Gajah Mada - Yogyakarta
Siregar, Lucia B. (2004). Kajian persepsi responden tentang mutu organisasi berdasarkan
Malcolm Baldrige pada fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Tesis Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia - Jakarta
Soeroso, S. (2003). Manajemen sumber daya manusia di rumah sakit; Suatu pendekatan
sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Suharyono, M. Waseso & Wiku B. B Adisasmito (2006). Analisis jumlah kebutuhan
tenaga pekarya dengan work sampling di unit layanan gizi pelayanan kesehatan.
Jurnal Manajemen pelayanna Kesehatan. Volume 09, 72-79
Sudijono, Anas. (1996). Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada
Setiono, Drajat. (2005). Model europen foundation for quality management (EFQM)
aplikatifkah. Volume I. Buletin IHQN.
Umar, Husein. (2002). Evaluasi kinerja perusahaan. Jakarta: PT. Garmedia
© 2023 by the authors. Submitted for possible open access publication under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license
(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)