Hubungan Lama Menderita
Diabetes Melitus Dengan Kualitas Hidup pada Pasien di
Rumah Sakit Royal Prima Medan
Irma Yeni Br. Sitorus1,
Wienaldi2, Suhartina Darmadi3
Universitas Prima Indonesia
[email protected], [email protected], [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK |
Kata Kunci: Kualitas hidup, lama
menderita, diabetes melitus. Keywords: |
Diabetes
mellitus merupakan salah satu
gangguan pada sistem endokrin. Kualitas hidup yang kurang baik pada pasien diabetes melitus akan menyebabkan terjadinya penurunan dalam selfcare yang merusak
kontrol glikemik, meningkatkan risiko komplikasi, dan memperburuk keadaan dari waktu ke waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama menderita diabetes melitus dengan kualitas hidup pada pasien di Rumah Sakit Royal Prima Medan. Jenis penelitian adalah kuantitatif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional. Populasi
penelitian adalah seluruh penderita diabetes melitus yang melakukan chek up rutin di Rumah Sakit Royal Prima. Besar sampel sebanyak 50 orang penderita diabetes melitus
menggunakan consecutive sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji statistik chi
square. Berdasarkan hasil penelitian
dapat dinyatakan bahwa ada hubungan
usia (p=0,026), jenis kelamin (p=0,005), status pernikahan
(p=0,046), pekerjaan (p=0,036), penghasilan
(p=0,016), dan lama menderita diabetes melitus (p=0,001) terhadap kualitas hidup pasien yang signifikan di Rumah
Sakit Royal Prima Medan. Disarankan pada petugas kesehatan agar melakukan penyuluhan mengenai pentingnya aktivitas fisik untuk mencegah diabetes melitus, dan mengadakan kegiatan untuk mengajak masyarakat aktif beraktivitas fisik seperti senam sehat prolanis di setiap minggu. ABSTRACT Diabetes mellitus is one of the endocrine system
disorders. Poor quality of life in patients with diabetes mellitus will cause
a decrease in self-care that impairs glycaemic
control, increases the risk of complications, and worsens the situation over
time. This study aims to determine the relationship between duration of
diabetes mellitus and quality of life in patients at Royal Prima Medan
Hospital. The type of research is quantitative correlation with cross
sectional approach method. The study population was all patients with
diabetes mellitus who did routine check-ups at Royal Prima Hospital. The
sample size was 50 people with diabetes mellitus using consecutive sampling.
Data analysis was carried out univariate and bivariate with chi square
statistical test. Based on the results of the study, it can be stated that
there is a significant relationship between age (p=0.026), gender (p=0.005),
marital status (p=0.046), occupation (p=0.036), income (p=0.016), and
duration of diabetes mellitus (p=0.001) to the quality of life of patients at
Royal Prima Hospital Medan. It is recommended for health workers to conduct
counselling on the importance of physical activity to prevent diabetes
mellitus, and hold activities to encourage people to be active in physical activity
such as prolanis healthy gymnastics every week. |
Quality of
life, length of illness, diabetes mellitus |
Diabetes
Mellitus (DM) merupakan salah satu
gangguan pada sistem endokrin yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa dalam darah karena kurangnya produksi insulin, resistensi
insulin, atau keduanya.
Saat ini, jumlah individu yang menderita DM mengalami peningkatan yang signifikan, terutama secara global dan di negara-negara berkembang
seperti Indonesia.
DM menyebabkan komplikasi terhadap berbagai organ tubuh. Komplikasi DM muncul karena akibat
dari penyakit DM itu sendiri, baik sistemik,
organ maupun jaringan tubuh lainnya. Komplikasi tersebut dapat mempengaruhi fungsi organ mata, kulit, oak, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Hidhayah, 2020).
Salah aatu komplikasi DM adalah adanya luka
DM yang menyebabkan 50% hingga
75% harus amputasi. Deteksi
dini dan penanganan yang tepat pada luka dapat mencegah 85% amputasi. Observasi yang dilihat selama ini bahwa penyakit
DM terus mengalami peningkatan jumlah penderita dari tahun ke tahun, kemudian pada sebagian besar kasus DM disertai dengan timbulnya luka. Kebanyakan pada penderita DM yang
mengalami luka apabila tidak dilakukan
perawatan luka dengan baik dan benar, sehingga meningkatkan kasus amputasi bahkan kematian (Hidhayah, 2020).
Berdasarkan Riskesdas (2018), prevalensi
diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur maupun umur
≥15 tahun di Provinsi
Jawa Tengah berada diatas prevalensi DM secara nasional. Hampir semua provinsi mengalami peningkatan dari tahun 2013. Penyakit diabetes
mellitus termasuk prioritas
utama pengendalian PTM. Proporsi kasus baru DM mencapai 13,4%. Jika penyakit ini tidak dikelola
dengan baik maka akan menimbulkan
penyakit lanjutan (Cahyaningrum, 2023).
Dari
data studi global, Pada tahun
2021, diperkirakan bahwa
537 juta orang menderita
diabetes, dan angka ini diproyeksikan mencapai 643 juta pada tahun 2030, dan 783 juta pada tahun 2045. Selain itu,
541 juta orang diperkirakan
mengalami gangguan toleransi glukosa pada tahun 2021. Diperkirakan juga lebih dari 6,7 juta orang berusia 20�79 akan meninggal karena penyebab terkait diabetes pada tahun 2021 (Hananto et al., 2022), (Magliano et al., 2021).
Menurut World Health
Organization (WHO) (2020), dalam periode tiga dekade terakhir,
telah terjadi perubahan beban penyakit dari penyakit
menular ke Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM menyebabkan kematian pada sekitar 41 juta orang setiap tahunnya, angka ini setara dengan
74% dari seluruh penyebab kematian di dunia. Salah
satu PTM yang mengakibatkan
terjadinya kenaikan angka mortalitas yaitu Diabetes Melitus (DM). DM menjadi masalah kesehatan dunia karena prevalensi dan sifat internal penyakit ini yang terus meningkat, baik di negara industri maupun negara berkembang seperti di Indonesia (Dewi et al., 2023).
Menurut Atlas IDF edisi ke-10, 19.465.100 orang dewasa
di Indonesia yang berusia antara
20 dan 79 tahun diperkirakan
menderita diabetes dewasa. Sementara itu, terdapat
179.720.500 orang dewasa di dunia yang berusia antara 20 dan 79 tahun. Berdasarkan perhitungan kedua angka tersebut, dapat ditentukan bahwa 10,6% orang dewasa pada rentang usia tersebut
menderita diabetes. Dengan
kata lain, jika rentang usia 20�79 tahun digunakan sebagai perhitungan, 1 dari 9 orang akan menderita diabetes (Magliano et al., 2021).
Penyakit DM menempati penyakit urutan ke-4 golongan Penyakit Tidak Menular (PTM). Jumlah kasus yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya di Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi DM pada penduduk dewasa di Indonesia sebesar 6,9% pada tahun 2013 meningkat menjadi 8,5% pada Tahun 2018. World Health Organization (WHO) memprediksi akan terjadi peningkatan kejadian DM di Indonesia mencapai
hingga 21,3 juta jiwa (Jais et al., 2021).
Kualitas hidup merupakan persepsi seseorang tentang tujuan, harapan, standar dan cara mereka meninjau
kepuasan segi fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Kualitas hidup yang dimiliki penderita DM berada dibawah daripada orang tanpa DM. Kualitas hidup yang kurang baik menyebabkan penurunan dalam selfcare yang merusak
kontrol glikemik, meningkatan risiko komplikasi, dan memperburuk keadaan dari waktu
kewaktu (Kurniawati, 2022).
Cara individu menyesuaikan diri dengan faktor
budaya, lingkungan tempat tinggal, dan hal-hal seperti harapan, standar, tujuan, dan fokus hidupnya disebut sebagai kualitas hidup. Individu yang menderita DM mungkin mengalami kebosanan dan kejenuhan karena harus terus menerus mengelola
penyakit mereka melalui diet, pengobatan, dan pengendalian gula darah. Oleh karena itu, penelitian mengenai hubungan antara durasi penyakit
diabetes dengan kualitas hidup pasien direncanakan
untuk dilakukan di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
Penelitian ini adalah studi kuantitatif
yang menggunakan metodologi korelasional
untuk menentukan hubungan antara durasi penyakit
dan kualitas hidup pada individu dengan Diabetes
Mellitus. Studi ini menggunakan metodologi
cross sectional, di mana data dikumpulkan melalui observasi yang dilakukan secara bersamaan pada satu hari atau pada periode tertentu. Metode ini memungkinkan analisis penuh hubungan antara durasi penderitaan dan kualitas hidup pasien Diabetes Mellitus dalam satu
sesi pengumpulan data, menghilangkan kebutuhan untuk observasi berulang.
(Sugiyono,
2018) mendefinisikan
populasi sebagai keseluruhan dari semua item yang menjadi subjek penelitian. Investigasi ini meneliti semua individu dengan Diabetes Mellitus
yang secara konsisten menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Royal Prima. Pemilihan
kohort ini bertujuan untuk menjamin bahwa temuan penelitian
secara akurat mewakili keadaan yang relevan dari individu
dengan penyakit ini.
Penelitian ini
menggunakan strategi pengambilan sampel
non-probabilitas dengan metode pengambilan sampel berurutan, di mana sampel dipilih berdasarkan peserta yang memenuhi kriteria tertentu. Metode ini memfasilitasi pemilihan peserta secara sistematis yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Nursalam (2018), berbagai kriteria inklusi dan eksklusi digunakan dalam pemilihan sampel untuk penelitian ini. Kriteria-kriteria ini dirancang untuk memastikan bahwa sampel yang diperoleh mencerminkan populasi dengan tepat sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisis univariat
adalah pemeriksaan metodis yang bertujuan untuk memahami dan menggambarkan atribut dari setiap
variabel studi secara terpisah. Studi ini bertujuan untuk mengubah data mentah menjadi bentuk informasi yang lebih mudah dipahami dan signifikan. Analisis univariat memungkinkan untuk merangkum dataset yang berasal dari pengukuran, menghasilkan informasi yang relevan untuk interpretasi awal.
Studi ini menganalisis data kategorikal,
yang akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan persentase.
Tabel-tabel ini memungkinkan para peneliti untuk mengamati distribusi dan proporsi setiap kategori dalam variabel yang diteliti, termasuk kualitas hidup, usia, jenis kelamin,
pendidikan, status pernikahan,
dan pekerjaan. Tabel distribusi
frekuensi dan persentase menjelaskan karakteristik responden dan variabel utama dengan lebih
jelas dan tepat.
Studi ini
menggunakan analisis bivariat
untuk mengevaluasi hubungan
antara durasi Diabetes
Mellitus dan kualitas hidup
pasien di Rumah Sakit Royal Prima Medan. Analisis ini menggunakan uji statistik chi-square untuk menyelidiki
hubungan signifikan antara durasi diabetes dan kualitas hidup pasien, mengingat kedua variabel tersebut bersifat kategorikal.
Analisis ini bertujuan untuk menilai dampak durasi diabetes terhadap kualitas hidup secara keseluruhan
dan dimensi-dimensi spesifik
pasien, termasuk elemen fisik, psikologis,
sosial, dan lingkungan.
Hasil uji chi-square akan menjelaskan
korelasi antara durasi penyakit dan kualitas hidup pasien di semua dimensi, sehingga meningkatkan pemahaman tentang efek jangka panjang
diabetes pada kehidupan sehari-hari.
Data primer dari penelitian ini diperoleh langsung dari responden asli melalui observasi
dan administrasi kuesioner
yang bertujuan untuk menilai
durasi penyakit (lama penderitaan) dan kualitas hidup pasien dengan
Diabetes Melitus Tipe 2. Instrumen
pengumpulan data terdiri dari dua pertanyaan utama, masing-masing dengan topik yang berbeda.
a. Kuesioner A: Termasuk
data demografis responden. Kuesioner ini mencakup
informasi dasar termasuk nama, alamat, jenis kelamin,
usia, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan durasi penderitaan Diabetes Mellitus. Data ini
membangun profil yang relevan dari responden
untuk penelitian.
b. Kuesioner B: Digunakan
untuk menilai kualitas hidup pasien dengan
Diabetes Mellitus Tipe 2, menggunakan instrumen pengukuran standar Diabetes
Quality of Life (DQOL). Kuesioner ini
terdiri dari 12 pertanyaan, yang dikategorikan menjadi dua bagian: 7 pertanyaan untuk mengevaluasi kepuasan pasien dan 5 pertanyaan untuk menilai dampak diabetes pada kehidupan mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data
yang komprehensif dan valid mengenai
korelasi antara lama
diabetes dan kualitas hidup
pasien melalui penggunaan dua kuesioner ini.
HASIL
DAN PEMBAHSAN
Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian tentang karakteristik responden selengkapnya dapat di lihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Karakteristik Responden
Karakteristik |
f |
% |
Usia |
|
|
dewasa awal (18-40 tahun) |
6 |
12,0 |
dewasa menengah (41-50 tahun) |
14 |
28,0 |
dewasa akhir (51-60 tahun) |
30 |
60,0 |
Jenis kelamin |
|
|
laki-laki |
28 |
56,0 |
perempuan |
22 |
44,0 |
Status pernikahan |
|
|
belum menikah |
0 |
0 |
menikah |
46 |
92,0 |
janda/duda |
4 |
8,0 |
Pekerjaan |
|
|
tidak bekerja |
13 |
26,0 |
PNS/TNI/POLRI |
9 |
18,0 |
wiraswasta |
21 |
42,0 |
buruh/nelayan/petani |
7 |
14,0 |
Penghasilan |
|
|
<= 500.000 |
11 |
22,0 |
>= 1.000.000 |
39 |
78,0 |
Total |
50 |
100,0 |
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 1 di atas menunjukkan
bahwa karakteristik usia didominasi oleh responden dalam kategori usia dewasa akhir
sebanyak 30 orang (60%), diikuti
oleh responden yang berada
pada kategori usia dewasa menengah sebanyak 14 orang (28%) dan dewasa
muda hanya 6 orang (12%). Responden paling banyak berjenis kelaminn laki-laki yaitu 28 orang (56%), sedangkan perempuan hanya 22 orang (44%). Dari hasil penelitian,
mayoritas responden memiliki status pernikahan adalah menikah sebanyak 46 orang (92%), dan responden
berstatus janda/duda hanya 4 orang (8%). Menurut pekerjaannya, responden terbanyak memiliki mata pencaharian
sebagai wiraswasta yaitu 21 orang (42%), diikuti
oleh responden yang bekerja
PNS/TNI/POLRI sebanyak 9 orang (18%), dan buruh/nelayan/petani
hanya 6 orang (12%), sedangkan
responden yang tidak bekerja sebanyak 13 orang (26%). Ditinjau dari penghasilan,
hasil penelitian ini didapatkan bahwa responden lebih banyak berpenghasilan ≥1 juta sebanyak 39 orang (78%), sedangkan responden yang penghasilannya ≤500.000 hanya
11 orang (22%).
2. Lama Menderita Diabetes Melitus
Hasil penelitian tentang lama menderita diabetes melitus responden selengkapnya dapat di lihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Lama Menderita Diabetes Melitus
Lama menderita |
f |
% |
5 - 10 tahun |
14 |
28,0 |
>10 tahun |
36 |
72,0 |
Total |
50 |
100,0 |
Berdasarkan hasil penelitian
pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa
mayoritas lama menderita
diabetes melitus responden adalah >10 tahun sebanyak 36 orang (72%), sedangkan
responden yang telah memiliki riwayat penyakit ini selama
5-10 tahun hanya 14 orang
(28%).
3. Kualitas Hidup
Hasil penelitian tentang kualitas hidup ditinjau aspek kepuasan dan dampak responden selengkapnya dapat di lihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Kualitas Hidup Responden
Kualitas hidup |
f |
% |
Kualitas hidup |
|
|
Baik |
26 |
52,0 |
Buruk |
24 |
48,0 |
Kepuasan |
|
|
Baik |
40 |
80,0 |
Buruk |
10 |
20,0 |
Dampak |
|
|
Baik |
25 |
50,0 |
Buruk |
25 |
50,0 |
Total |
50 |
100,0 |
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 3 di atas menunjukkan
bahwa mayoritas kualitas hidup responden adalah baik sebanyak 26 orang (52%), sedangkan responden yang memiliki kualitas hidup yang buruk sebanyak 24 orang (48%). Ditinjau
dari kepuasan yang dirasakan responden mengenai penyakit dan pengobatannya, sebagian besar kepuasan responden adalah baik sebanyak 40 orang (80%), sedangkan kepuasan responden yang buruk hanya 10 orang (20%). Dari hasil penelitian
ini juga terlihat bahwa dampak yang dirasakan responden akibat penyakitnya adaah baik sebanyak
25 orang (50%), dan buruk sebanyak
25 orang (50%).
4. Hubungan Karakteristik Pasien Diabetes Melitus terhadap Kualitas Hidup di Rumah
Sakit Royal Prima Medan
Hasil penelitian tentang hubungan karakteristik pasien diabetes melitus terhadap kualitas hidup di Rumah Sakit
Royal Prima Medan selengkapnya dapat
di lihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Hubungan Karakteristik Pasien Diabetes Melitus terhadap Kualitas Hidup di Rumah Sakit Royal Prima Medan
Karakteristik |
Kualitas hidup |
p value |
||||||
Baik |
Buruk |
Total |
||||||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
|
||
Usia |
dewasa awal |
4 |
66,7 |
2 |
53,3 |
6 |
100,0 |
0,026* |
dewasa menengah |
11 |
78,6 |
3 |
21,4 |
14 |
100,0 |
||
dewasa akhir |
11 |
36,7 |
19 |
63,3 |
30 |
100,0 |
||
Jenis kelamin |
Laki-laki |
20 |
71,4 |
8 |
28,6 |
28 |
100,0 |
0,005* |
Perempuan |
6 |
27,3 |
16 |
72,7 |
22 |
100,0 |
||
Status pernikahan |
Belum menikah |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0,046* |
Menikah |
26 |
56,5 |
20 |
43,5 |
46 |
100,0 |
||
Duda/Janda |
0 |
0 |
4 |
100,0 |
4 |
100,0 |
||
Pekerjaan |
tidak bekerja |
8 |
61,5 |
5 |
38,5 |
13 |
100,0 |
0,036* |
PNS/TNI/POLRI |
1 |
11,1 |
8 |
88,9 |
9 |
100,0 |
||
wiraswasta |
14 |
66,7 |
7 |
33,3 |
21 |
100,0 |
||
buruh/nelayan/petani |
3 |
42,9 |
4 |
57,1 |
7 |
100,0 |
||
Penghasilan |
<= 500.000 |
2 |
18,2 |
9 |
81,8 |
11 |
100,0 |
0,016* |
>= 1.000.000 |
24 |
61,5 |
15 |
38,5 |
39 |
100,0 |
*Signifikan
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4 di atas menunjukkan
bahwa, mayoritas responden yang berada dalam kategori usia muda
(66,7%) dan menengah (78,6%) memiliki
kualitas yang baik, sedangkan kualitas hidup pada responden yang dewasa akhir adalah
buruk (63,3%). Hasil uji chi square diperoleh p=0,026 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
usia pasien diabetes melitus terhadap kualitas hidup yang signifikan di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4 di atas menunjukkan
bahwa, mayoritas responden laki-laki memiliki kualitas yang baik (71,4%), sedangkan kualitas hidup pada responden perempuan adalah buruk (72,7%). Hasil uji chi
square diperoleh p=0,005 (p<0,05) yang berarti
bahwa ada hubungan jenis kelamin pasien diabetes melitus terhadap kualitas hidup yang signifikan di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4 di atas menunjukkan
bahwa, mayoritas responden yang menikah (56,5%) memiliki kualitas yang baik, sedangkan kualitas hidup pada responden yang duda/janda (100%) didominasi buruk. Hasil uji chi square diperoleh
p=0,046 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan status pernikahan pasien diabetes melitus terhadap kualitas hidup yang signifikan di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4 di atas menunjukkan
bahwa, mayoritas responden yang tidak bekerja (61,5%) dan wiraswasta
(66,7%) memiliki kualitas
yang baik, sedangkan kualitas hidup pada responden yang bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI (88,9%) dan buruh/nelayan/petani (57,1%) didominasi buruk. Hasil uji chi
square diperoleh p=0,036 (p<0,05) yang berarti
bahwa ada hubungan pekerjaan pasien diabetes melitus terhadap kualitas hidup yang signifikan di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4 di atas menunjukkan
bahwa, mayoritas responden yang penghasilannya
≥1.000.000 memiliki kualitas
yang baik (61,5%), sedangkan
kualitas hidup pada responden yang penghasilannya hanya ≤500.000 adalah buruk (81,8%). Hasil uji chi square diperoleh p=0,016 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
penghasilan pasien diabetes melitus terhadap kualitas hidup yang signifikan di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
5. Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus terhadap Kualitas Hidup Pasien di Rumah
Sakit Royal Prima Medan
Hasil penelitian tentang hubungan lama menderita diabetes melitus terhadap kualitas hidup pasien di Rumah Sakit Royal
Prima Medan selengkapnya dapat
di lihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5 Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus terhadap Kualitas Hidup Pasien di Rumah Sakit Royal Prima Medan
Lama menderita |
Kualitas hidup |
p value |
|||||
Baik |
Buruk |
Total |
|||||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
||
5-10 tahun |
13 |
92,9 |
1 |
7,1 |
14 |
100,0 |
0,001* |
>10 tahun |
13 |
36,1 |
23 |
63,9 |
36 |
100,0 |
*Signifikan
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5 di atas menunjukkan
bahwa, mayoritas responden yang menderita DM selama 5-10 tahun memiliki kualitas hitup yang baik (92,9%), sedangkan kualitas hidup responden yang telah menderita DM lebih dari 10 tahun
adalah buruk (63,9%). Hasil
uji chi square diperoleh p=0,001 (p<0,05)
yang berarti bahwa ada hubungan lama menderita diabetes melitus terhadap kualitas hidup pasien yang signifikan di Rumah
Sakit Royal Prima Medan.
Hasil penelitian tentang hubungan lama menderita diabetes melitus terhadap kepuasan pasien mengenai penyakit dan pengobatan di Rumah
Sakit Royal Prima Medan selengkapnya dapat di lihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus terhadap Kepuasan Pasien Mengenai Penyakit dan Pengobatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan
Lama menderita |
Kepuasan |
|
|||||
Baik |
Buruk |
Total |
p value |
||||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
||
5-10 tahun |
14 |
100,0 |
0 |
0 |
14 |
100,0 |
0,045 |
>10 tahun |
26 |
72,2 |
10 |
27,8 |
36 |
100,0 |
*Signifikan
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 6 di atas menunjukkan
bahwa, mayoritas responden yang menderita DM selama 5-10 tahun memiliki kepuasan mengenai penyakit dan pengobatan yang baik (100%), dan responden yang menderita DM lebih dari 10 tahun
juga memiliki kepuasan yang
baik (72,2%). Hasil uji chi square diperoleh p=0,045 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
lama menderita diabetes melitus terhadap kepuasan pasien mengenai penyakit dan pengobatan yang signifikan di Rumah
Sakit Royal Prima Medan.
Hasil penelitian tentang hubungan lama menderita diabetes melitus terhadap dampak akibat penyakit di Rumah Sakit Royal Prima Medan selengkapnya dapat di lihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7 Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus terhadap Dampak Akibat Penyakit di Rumah Sakit Royal Prima Medan
Lama menderita |
Dampak |
p value |
|||||
Baik |
Buruk |
Total |
|||||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
||
5-10 tahun |
11 |
78,6 |
3 |
21,4 |
14 |
100,0 |
0,027 |
>10 tahun |
14 |
38,9 |
22 |
61,1 |
36 |
100,0 |
*Signifikan
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 7 di atas menunjukkan
bahwa, mayoritas responden yang menderita DM selama 5-10 tahun memiliki dampak yang baik (78,6%), sedangkan dampak akibat penyakit
pada responden yang telah menderita DM lebih dari 10 tahun adalah
buruk (61,1%). Hasil uji chi square diperoleh p=0,027 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
lama menderita diabetes melitus terhadap dampak akibat penyakit pasien yang signifikan di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
Pembahasan
Diabetes mellitus (DM) adalah
penyakit kronis terjadi ketika tubuh tidak dapat
menghasilkan cukup insulin akibat gangguan pankreas, atau tubuh tidak dapat
secara efisien memanfaatkan insulin yang diproduksi
(Arania et al., 2021).
Total responden dalam penelitian
ini sebanyak 50 orang pasien DM yang chek
up rutin di Rumah Sakit Royal Prima.
Mayoritas karakteristik usia responden penelitian ini adalah dewasa akhir.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Riset Kesehatan Dasar tahun
2018 bahwa prevalensi DM tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter, kategori usia terbanyak untuk penderita DM pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun (Rosita et al., 2022). Penelitian Pranata et al., (2022) juga menunjukkan hasil yang sejalan bahwa penderita DM terbanyak di Puskesmas Kaliwungu Kabupaten Kudus pada kategori usia dewasa
menengah dan akhir.
Penelitian Harefa & Lingga, (2023) juga menyebutkan bahwa penderita DM lebih banyak ditemukan
pada usia >45 tahun. Namun berbeda dengan
Arania et al., (2021) dan Safitri et al., (2021) terlihat hasil penelitian berbeda bahwa sebagian besar pasien DM berada pada usia dewasa menengah. Menurut Arania et al., (2021), kebanyakan penderita DM berusia antara 40 dan 60 tahun. Seseorang berumur >40 tahun berisiko 8 kali lebih besar terkena
penyakit DM daripada orang
yang berumur ≤40 tahun
(Resti & Cahyati, 2022). Hal ini disebabkan oleh orang tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot akibat
peningkatan kadar lemak di otot dan memicu terjadinya resistensi insulin (Harefa & Lingga, 2023).
Responden penelitian ini paling banyak laki-lakid. Berbeda dengan Rosita et al., (2022) bahwa mayoritas penderita DM di Puskesmas Balaraja Kabupaten Tangerang adalah perempuan. Penelitan Resti & Cahyati, (2022) juga menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak yang mengalami DM. Demikian pula pada penelitian Harefa & Lingga, (2023) bahwa perempuan lebih berisiko mengalami DM dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki berisiko mengalami diabetes melitus dapat disebabkan
oleh gaya hidup dan pola konsumsi yang tidak sehat, mobilitas
yang tinggi dan lingkungan
kerja (Resti & Cahyati, 2022). Menurut Susilawati & Rahmawati, (2021), laki-laki berisiko 2�3 kali mengalami DM akibat jumlah lemak 15-20% dari berat badan, sehingga berpeluang terjadi peningkatan kadar lemak.
Mayoritas responden penelitian ini telah menikah.
Sesuai dengan penelitian Retnowati & Satyabakti, (2015) bahwa sebagian besar penderita DM di Puskesmas Tanah Kalikedinding teah berkeluarga. Keluarga memiliki peran terhadap status kesehatan pasien DM. Dukungan keluarga berdampak positif terhadap kepatuhan manajemen perawatan. Penderita DM yang mendapatkan dukungan keluarga cenderung lebih mudah melakukan
perubahan perilaku ke arah lebih sehat
daripada penderita yang kurang mendapatkan dukungan (Safaruddin & Permatasari, 2022).
Menurut pekerjaan, mayoritas responden penelitian ini bekerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan Arania et al., (2021) bahwa responden yang bekerja lebih berisiko
mengalami DM. Berbeda dengan Resti & Cahyati, (2022) bahwa sebagian besar penderita DM di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Rebo, Kota Jakarta Timur adalah tidak bekerja.
Pekerjaan dapat mempengaruhi resiko DM. Pekerjaan dengan aktivitas fisik yang ringan akan menyebabkan
kurangnya pembakaran energi oleh tubuh sehingga kelebihan energi dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak yang mengakibatkan obesitas (Arania et al., 2021). Meskipun mayoritas responden penelitian ini masih bekerja, namun aktivitas fisik sudah mulai berkurang disebabkan oleh faktor usia, sehingga
berisiko mengalami penumpukkan lemak dan mudah terkena DM.
Ditinjau dari penghasilan, hasil penelitian ini didapatkan bahwa responden lebih banyak berpenghasilan ≥1 juta. Penghasilan termasuk bagian dari sosio-ekonomi.
Menurut Mustikaningrum, (2023),� individu pada sosio-ekonomi yang buruk cenderung menjadi gemuk, hipertensi memiliki perlemakan hati, dan diabetes akibat diet yang tidak sehat, aktivitas fisik yang lebih rendah, dan prevalensi merokok setiap hari, serta perubahan
metabolisme glukosa yang merugikan. Faktor sosio-ekonomi memiliki dampak terbesar dalam prevalensi DM.
DM merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis dengan karakteristik tingginya kadar glukosa darah akibat
resistensi insulin, yang membutuhkan
perawatan jangka panjang sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, Oleh karena itu, sangatlah dibutuhkan kualitas hidup yang baik agar tidak terjadi efek yang lebih buruk (Derang et al., 2024). Dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan
bahwa kualitas hidup penderita diabetes melitus di Rumah Sakit Royal Prima Medan adalah baik. Hasil penelitian Retnowati & Satyabakti, (2015) terlihat sejalan dengan penelitian ini bahwa kualitas hidup pasien DM dalam kategori yang baik.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Pranata et al., (2022) bahwa penderita DM di Puskesmas Kaliwungu Kabupaten Kudus memiliki kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup yang rendah berhubungan dengan adanya komplikasi
fisik terutama hipertensi, ganggren, katarak, obesitas, kehilangan berat badan dan gangguan seksual. Turunnya kualitas hidup pada pasien DM sangat mudah terjadi apabila
ada komplikasi dan gangguan kesehatan mental seperti depresi, gelisah dan schizophrenia (Retnowati & Satyabakti, 2015).
Kualitas hidup penderita diabetes dapat ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah lama menderita. Lama menderita merupakan rentang waktu antara diagnosis pertama pasien dengan waktu sekarang yang dinyatakan dalam tahun (Hariani et al., 2020). Berdasarkan hasil penelitian, lama menderita diabetes melitus memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup pada pasien di Rumah Sakit
Royal Prima Medan (p=0,000; p<0,05) dengan lama penderita responden adalah >10 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Irawan et al., (2021) bahwa terdapat hubungan lama menderita
(p=0,000) dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe II di Puskesmas Babakan Sari. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Retnowati & Satyabakti, (2015) yang menyebutkan bahwa ada hubungan
lama menderita DM dengan kualitas hidup pasien di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya (p=0,001).
Namun, berbeda dengan Pranata et al.,
(2022) bahwa tidak terdapat hubungan
pada kualitas hidup pasien dengan lama menderita diabetes melitus pada pasien yang menderita diabetes melitus di Puskesmas Kaliwungu. Penelitian Retnowati &
Satyabakti, (2015) juga menyebutkan bahwa lama menderita pasien DM tidak berhubungan dengan kualitas hidupnya. Keberadaan penyakit diabetes sedikit
banyak akan mempengaruhi kesehatan pasien, hal ini
dapat di akibatkan karena memburuknya kontrol glukosa yang kemungkinan dapat disebabkan karena kerusakan sel beta yang terjadi seiring dengan bertambah lamanya seseorang menderita penyakit DM (Hariani et al., 2020). Menurut Smeltzer &
Bare (2010) dalam Irawan et al., (2021), semakin lama menderita DM, semakin banyak komplikasi penyakit yang diderita, dan mempengaruhi terhadap kualitas hidupnya. Adanya komplikasi DM merupakan faktor penentu terkuat terhadap penurunan kualitas hidup untuk lima tahun kedepan (Retnowati & Satyabakti, 2015).
Selain lama menderita, kualitas hidup juga dapat disebabkan oleh karakteristik dari pasien diabetes melitus. Salah satunya adalah usia. Dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara usia terhadap kualitas
hidup pasien di Rumah Sakit
Royal Prima Medan (p=0,026; p<0,05). Hasil penelitian
ini sejalan dengan (Retnowati &
Satyabakti, 2015). Hasil penelitian ini berbeda dengan
Pranata et al.,
(2022) bahwa usia
penderita DM tidak berhubungan dengan kualitas hidup. Irawan et al., (2021) juga menyebutkan bahwa usia tidak
berhubungan dengan kualitas hidup pasien DM. Menurut Poljicanin et al. (2010)
dalam Retnowati & Satyabakti, (2015), kualitas hidup penderita DM lebih dipengaruhi oleh kondisi kronis termasuk komplikasi daripada kondisi sosio-demografi termasuk umur. Penderita DM yang berhasil mencegah timbulnya komplikasi dapat hidup lebih
lama dengan diabetes hingga
mencapai usia tua, sehingga pada usia tua skor
kualitas hidupnya tidak menurun signifikan.
Hasil penelitian
ini juga dinyatakan bahwa ada hubungan jenis kelamin pasien diabetes melitus terhadap kualitas hidup yang signifikan di Rumah Sakit Royal Prima Medan (p=0,005;
p<0,05). Hasil penelitian ini
sejalan dengan Irawan et al., (2021) bahwa ada hubungan jenis
kelamin dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe II
di Puskesmas Babakan Sari
(p=0,000). Hasil penelitian ini
juga sesuai dengan Retnowati & Satyabakti, (2015) bahwa jenis kelamin pasien
DM berhubungan dengan kualitas hidupnya. Laki-laki lebih banyak
yang bekerja ataupun melakukan aktifitas fisik yang lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, sehingga kualitas hidup perempuan pasien DM lebih banyak yang rendah (Irawan et al., 2021). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa laki-laki
pasien DM di Rumah Sakit Royal Prima Medan lebih banyak yang memiliki kualitas hidup yang baik.
Hasil penelitian ini dinyatakan bahwa ada hubungan status pernikahan pasien diabetes melitus terhadap kualitas hidup yang signifikan di Rumah Sakit Royal Prima Medan (p=0,046;
p<0,05). Hasil penelitian ini
sejalan dengan Retnowati & Satyabakti, (2015) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status pernikahan dengan kualitas hidup pasien DM di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya (p=0,007). Dukungan
dapat berperan dalam meningkatkan kualitas hidup pada penderita DM dengan meregulasi proses psikologis dan memfasilitasi perubahan perilaku. Dukungan dari suami/
istri memberikan motivasi dan fasilitas dalam menerapkan pola hidup sehat serta
dapat saling bertukar informasi dan opini terkait diabetes (Retnowati & Satyabakti, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian ini dinyatakan bahwa ada hubungan pekerjaan pasien diabetes melitus terhadap kualitas hidup yang signifikan di Rumah Sakit Royal Prima Medan (p=0,036;
p<0,05). Hasil penelitian ini
sejalan dengan Retnowati & Satyabakti, (2015) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan kualitas hidup pasien DM di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya (p=0,000). Donald et al. (2013)
dalam Retnowati & Satyabakti, (2015) mengemukakan bahwa diabetes berhubungan dengan aspek non kesehatan pada kehidupan penderitanya serta aspek tersebut juga dapat terkena dampak
langsung dari penyakit. Sebagai contoh pada kasus diabetes sering terjadi penurunan kemampuan dalam bekerja
Hasil penelitian ini
juga dinyatakan bahwa penghasilan pasien diabetes melitus memiliki hubungan terhadap kualitas hidup yang signifikan di Rumah Sakit Royal Prima
Medan (p=0,016; p<0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan
Retnowati &
Satyabakti, (2015) bahwa penghasilan memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup pasien DM di Puskesmas Tanah Kalikedinding
Surabaya (p=0,004). Menurut Kiadaliri,
dkk., (2013) dalam Retnowati &
Satyabakti, (2015), tingkat penghasilan pada penderita DM mempengaruhi pasien dan keluarga dalam melakukan manajemen perawatan diri dan pengelolaan diabetes. Keterbatasan finansial akan membatasi penderita DM dalam memperoleh informasi terkait diabetes. Penghasilan lebih tinggi memberikan kemudahan bagi pasien DM untuk mengakses informasi lebih banyak terkait diabetes serta berkesempatan lebih besar dalam melakukan perawatan komperhensif pada pasien. Pasien dengan penghasilan
tinggi akan memiliki kualitas hidup lebih baik
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.� Usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan penghasilan memiliki hubungan terhadap kualitas hidup pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
2.� Lama menderita memiliki hubungan terhadap kualitas hidup pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Royal Prima
DAFTAR PUSTAKA
Arania, R., Triwahyuni, T., Esfandiari, F.,
& Nugraha, F. (2021). Hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, dan Tingkat
Pendidikan dengan Kejadian Diabetes Melitus di Klinik Mardi Waluyo Lampung
Tengah. Jurnal Medika Malahayati, 5(3), 146�153.
https://doi.org/https://doi.org/10.33024/jmm.v5i3.4200
Cahyaningrum, N. (2023). Hubungan Pola
Makan 3j Dan Perilaku Sedentari Dengan Status Kadar Gula Darah Pasien Dm Tipe 2
(Studi Kasus di Puskesmas Mulyoharjo). Nutrizione: Nutrition Research And
Development Journal, 3(1), 12�22.
Derang, I., Yolanda, V., Sigalingging, S.,
& Samosir, K. L. (2024). Hubungan Self Care dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKI), 12(2),
305�314.
Dewi, R., Budhiana, J., Fatmala, S. D.,
Yulianti, M., & Arsyi, D. N. (2023). Pengaruh Senam Diabetes Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah, Stres, dan Kecemasan Pengaruh Senam Diabetes
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah, Stres, dan Kecemasan Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe Ii. Jurnal Media Karya Kesehatan, 6(2),
300�318.
Hananto, S. Y., Putri, S. T., &
Puspita, A. P. W. (2022). Studi Kasus: Penatalaksanaan Diabetes Self Management
Education (DSME) Terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2. Jurnal Keperawatan, 20(4), 128�137.
Harefa, E. M., & Lingga, R. T. (2023).
Analisis Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II pada Penderita DM di
Kelurahan Ilir Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli. Jurnal
Ners, 7(26), 316�324.
https://doi.org/https://doi.org/10.31004/jn.v7i1.12686
Hariani, Hadi, A. J., Jalil, N., &
Putra, S. A. (2020). Hubungan Lama Menderita dan Komplikasi DM terhadap
Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Puskesmas Batua Kota Makassar. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15(1), 55�63.
Hidhayah, D. A. (2020). Hubungan lama
sakit dengan kejadian luka pada penderita Diabetes Melitus di Kabupaten
Magelang tahun 2020. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang.
Irawan, E., Fatih, H. Al, Adhirajasa, U.,
& Sanjaya, R. (2021). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Babakan Sari. Jurnal Keperawatan BSI,
9(1), 74�81.
Jais, M., Tahlil, T., & Susanti, S. S.
(2021). Dukungan keluarga dan kualitas hidup pasien diabetes mellitus yang
berobat di puskesmas. Jurnal Keperawatan Silampari, 5(1), 82�88.
Kurniawati, P. (2022). Hubungan
Karakteristik Individu, Penyakit Penyerta, Dan Durasi Menderita Dengan Kualitas
Hidup Penderita Diabetes Melitus. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta-FIKES.
Magliano, D. J., Boyko, E. J., & Atlas,
I. D. F. D. (2021). What is diabetes? In IDF DIABETES ATLAS [Internet]. 10th
edition. International Diabetes Federation.
Mustikaningrum, D. A. (2023). Hubungan
Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Status Sosio-ekonomi : A Systematic
Review (Issue June).
Pranata, M., Pramudita Nugraha, R., &
Handayani, D. (2022). Hubungan Kualitas Hidup Terhadap Lama Menderita Pasien
Penyakit Diabetes Melitus di Kabupaten Kudus. Majalah Farmasi Dan
Farmakologi, 26(3), 101�103.
https://doi.org/10.20956/mff.v26i3.20733
Resti, H. Y., & Cahyati, W. H. (2022).
Kejadian Diabetes Melitus pada Usia Produktif di Puskesmas Kecamatan Pasar. Higeia,
6(3), 350�361. https://doi.org/orang dengan umur ≥45 tahun
memiliki risiko 8 kali lebih besar terkena penyakit diabetes melitus
dibandingkan dengan orang yang berumur ≤45 tahun.. Perbedaan hasil
penelitian ini terjadi karena data penelitian ini memiliki bias yang cukup
besar. Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa usia merupakan faktor risiko
terjadinya diabetes melitu
Retnowati, N., & Satyabakti, P. (2015).
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di
Puskesmas Tanah Kalikedinding. Jurnal Berkala Epidemiologi, 3(1),
57�68.
Rosita, Kusumaningtiar, D. A., Irfandi, A.,
& Ayu, I. M. (2022). Hubungan antara Jenis Kelamin, Umur, dan Aktivitas
Fisik dengan Diabetes Melitus Tipe 2 pada Lansia di Puskesmas Balaraja
Kabupaten Tangerang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(3), 364�371.
https://doi.org/10.14710/jkm.v10i3.33186
Safaruddin, & Permatasari, H. (2022).
Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Diabetes Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 : Tinjauan Sistematik. Jurnal Kesehatan Komunitas, 8(2),
195�204. https://doi.org/https://doi.org/10.25311/keskom.Vol8.Iss2.1162
Safitri, A. Z., Fajariyah, R. Nu., &
Astutik, E. (2021). Risk Factors of Diabetes Mellitus in Urban Communities in
Indonesia (IFLS 5). Jurnal Berkala Epidemiologi, 9(2), 184�191.
https://doi.org/10.20473/jbe.v9i22021.184
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Susilawati, & Rahmawati, R. (2021).
Hubungan Usia , Jenis Kelamin dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Puskesmas Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Arkesmas, 6(1),
15�22. https://doi.org/https://doi.org/10.22236/arkesmas.v6i1.5829