Pengaruh Pelatihan
dan Bimbingan Konsultansi Terhadap
Produktivitas Usaha yang Dimediasi
oleh Adversity Quotient (Study Kasus UMKM di Wilayah Provinsi
DKI Jakarta)
Sukron
Munawar1, Fahruddin Salim2, Seta A. Wicaksana2
Universitas Pancasila
[email protected]1, [email protected]3
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK |
Kata Kunci: Adversity Quotient;
bimbingan konsultansi; pelatihan; produktivitas; SEM-PLS; UMKM, Keywords: |
Penelitian
ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh pelatihan dan bimbingan
konsultansi terhadap produktivitas yang dimediasi oleh Adversity Quotient
(AQ) pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Provinsi DKI Jakarta. Metode penelitian yang digunakan
adalah kuantitatif dengan analisis data
menggunakan Structural Equation Modeling Partial Least Squares (SEM-PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan
dan bimbingan konsultansi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
produktivitas UMKM. Selain itu, Adversity Quotient berperan sebagai mediator
yang memperkuat hubungan antara pelatihan, bimbingan konsultansi, dan
produktivitas. Dengan kata lain, pelatihan dan bimbingan konsultansi lebih
efektif meningkatkan produktivitas UMKM ketika tingkat AQ para pelaku usaha
tinggi. Penelitian ini memberikan implikasi penting bagi para pemangku
kepentingan dalam merancang program pelatihan dan bimbingan konsultansi yang
tidak hanya fokus pada peningkatan keterampilan teknis, tetapi juga pengembangan
AQ untuk mencapai peningkatan produktivitas yang lebih optimal. ABSTRACT This study aims to explore the effect of training and
consulting guidance on productivity mediated by Adversity Quotient (AQ) in
Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) in DKI Jakarta Province. The
research method used is quantitative with data analysis using Structural
Equation Modeling Partial Least Squares (SEM-PLS). The results showed that
training and consultancy guidance had a significant positive effect on the
productivity of MSMEs. In addition, Adversity Quotient acts as a mediator
that strengthens the relationship between training, consulting guidance, and
productivity. In other words, training and consultancy guidance are more
effective in increasing MSME productivity when the AQ level of the business
actors is high. This research provides important implications for
stakeholders in designing training and consultancy guidance programs that not
only focus on improving technical skills, but also AQ development to achieve
more optimal productivity improvements. |
Adversity
Quotient; consultancy guidance; MSMEs; productivity; SEM-PLS; training. |
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM)� merupakan
usaha yang bersifat padat karya, tidak
membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja, dan penggunaan modal usaha relatif sedikit
serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana (Kusnadi et al., 2020).
Produktivitas adalah salah satu aspek yang menentukan keberhasilan suatu usaha di era persaingan bisnis yang semakin sengit, dalam hal ini sebagai contoh konkrit misalnya UMKM. UMKM adalah salah satu usaha ekonomi rakyat yang sangat strategis dan
sangat penting dalam menopang perekonomian Indonesia. Krisis apapun yang
terjadi UMKM tetap survive, sedangkan banyak perusahaan yang berskala besar
mengalami kegagalan. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan adanya
permasalahan dalam UMKM itu sendiri.
Menurut (Meliala et al., 2014), permasalahan usaha terutama UMKM adalah pemborosan proses produksi yang
disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia yaitu pengetahuan dan
keterampilan pekerja UMKM. Keterbatasan kemampuan pekerja UMKM menyebabkan UMKM
kesulitan dalam berkembang secara optimal dan produktivitas menjadi rendah.
Menurut (Arto & Hutomo, 2013) UMKM masih memiliki banyak permasalahan. Kinerja nyata yang dihadapi oleh
sebagian besar usaha, terutama UMKM di Indonesia yang paling menonjol adalah
rendahnya tingkat produktivitas, rendahnya nilai tambah, dan rendahnya kualitas
produk.� Jika dibandingkan dengan
produktivitas regional Provinsi DKI Jakarta, produktivitas UMKM Jakarta masih
sangat rendah.
Tabel 1
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja DKI Jakarta Per Tenaga Kerja Per Tahun
No |
Kelompok |
Tingkat Produktivitas |
1 |
Tenaga Kerja DKI Jakarta (seluruh sektor) |
Rp.
400.700.509 |
2. |
Tenaga Kerja DKI Jakarta (Sektor IT) |
Rp.
2.087.872.913 |
3. |
Tenaga Kerja DKI Jakarta (Sektor Akomodasi dan
Makan Minum) |
Rp.
150.950.028 |
4. |
Tenaga Kerja UMKM DKI Jakarta |
Rp.
48.008.586 |
Dari
tabel di atas terlihat bahwa Produktivitas UMKM masih sangat rendah yaitu Rp.
48.008.586 per tenaga kerja per tahun jika dibandingkan dengan produktivitas
tenaga kerja DKI Jakarta yaitu senilai Rp. 400.700.509 per tenaga kerja per
tahun.
Dalam
konteks mikro (perusahaan), sejarah menunjukkan bahwa hanya
perusahaan-perusahaan yang meningkatkan produktivitas akan dapat survive dan
bahkan menjadi pemimpin dalam persaingan modal. Dengan kata lain peningkatan
produktivitas adalah kunci utama dalam memenangkan persaingan global. Bank
Rakyat Indonesia (BRI), Indofood, BCA, Toyota, Honda, Mitsubishi, Apple,
Samsung adalah beberapa contoh dengan produktivitas tinggi yang membuat mereka
menjadi pemimpin dalam persaingan produk dunia.
Menurut (Imai, 2008), dampak peningkatan produktivitas pada akhirnya mengarah pada perluasan
kesempatan pekerjaan. Dengan UMKM meningkatkan produktivitas, maka akan banyak
terbuka lowongan pekerjaan yang pada akhirnya mengurangi pengangguran dan
kemiskinan yang ada serta menumbuhkan wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Dalam
rangka meningkatkan produktivitas tenaga kerja termasuk UMKM di Provinsi DKI
Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyelenggarakan berbagai
peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia melalui berbagai kegiatan pelatihan
peningkatan produktivitas dan bimbingan konsultansi peningkatan produktivitas.
Jumlah
UMKM yang terdaftar dalam Jakarta Entrepreneur (Jakpreneur) sebanyak 375.196
orang dalam situs jakprenur.jakarta.go.id yang diakses pada tanggal 24 Februari
2024. Adapun jumlah UMKM yang mengikuti pelatihan sebanyak 5223 orang, namun
dari 5223 orang UMKM yang mengikuti pelatihan, hanya sebanyak 140 orang yang
mengikuti bimbingan konsultansi. Sehingga populasi dalam penelitian ini adalah
sejumlah 140 UMKM yang telah mengikuti bimbingan konsultansi. Untuk populasi
jenis UMKM dalam penelitian ini tidak dibatasi, UMKM bidang makanan dan
minuman, bidang kerajinan tangan maupun bidang jasa dan lain sebagainya.
Selain
pelatihan dan bimbingan konsultansi, adversity quotient adalah salah satu hal
penting yang membuat sebuah usaha mampu bertahan dalam era yang penuh dengan
persaingan. Adversity Quotient adalah kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki
individu dalam mengatasi kesulitan dan kesanggupan untuk bertahan hidup.
Menurut Tian & Fan (2014) dalam (Hardianto & Sucihayati, 2019), Individu harus mampu beradaptasi dengan kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya agar terhindar dari stress dan mampu menyesuaikan diri di
lingkungan kerjanya.
Menurut
Stoltz (2000) dalam (Hardianto & Sucihayati, 2019), Setiap orang menunjukkan respons yang berbeda terhadap perubahan.
Individu yang memiliki tingkat adversity quotient rendah cenderung menolak
perubahan, seringkali menghindar dan secara aktif menjauhinya. Di sisi lain,
individu yang memiliki tingkat adversity quotient tinggi akan menyambut
perubahan dengan baik. Mereka memahami bahwa perubahan adalah suatu keniscayaan
yang tidak dapat dihindari. Keyakinan mereka adalah bahwa melalui perubahan,
mereka dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan (Stoltz, 2000).
Telah
dilakukan penelitian terkait Adversity Quotient di berbagai konteks, termasuk
pada guru, karyawan rumah sakit, manajer, psikolog, pengusaha, agen asuransi,
karyawan perusahaan non-profit, siswa, dan sebagainya (Phoolka & Kaur, 2012). Riset-riset ini telah menunjukkan bahwa Adversity Quotient dapat
meningkatkan kinerja kerja, gaya kepemimpinan, ketahanan, peluang promosi,
optimisme, dan respons terhadap perubahan (Phoolka & Kaur, 2012).
Pentingnya
penelitian ini terletak pada kontribusinya untuk memahami dinamika dan
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas UMKM di Provinsi DKI Jakarta. Hal
ini perlu dilakukan penelitian karena di Provinsi DKI Jakarta memiliki platform
pembinaan UMKM yang disebut Jakarta Entrepreneur (Jakpreneur).� Dengan fokus pada peran pelatihan, bimbingan
konsultasi dan adversity quotient, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan mendalam bagi pemangku kepentingan, pemerintah, dan peneliti dalam
mengembangkan strategi dan kebijakan yang mendukung pertumbuhan UMKM, melalui
persepektif atau pendekatam SDM atau pelaku usaha serta meningkatkan daya saing
bisnis di era yang terus berubah ini.
Penelitian
ini akan menggali pengalaman dan perspektif para pelaku bisnis UMKM di Provinsi
DKI Jakarta. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang
konkret dan dapat diimplementasikan guna memperkuat peran pelatihan, bimbingan
dan konsultansi serta adversity quotient dalam meningkatkan produktivitas UMKM
di Provinsi DKI Jakarta.
Pelatihan
Menurut
Veithzal Rivai et al., (2015), Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang
menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di
luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relative singkat, dengan
metode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori. Sementara itu
keterampilan adalah meliputi pengertian physical skill, intellectual skill,
social skill, managerial skill dan lain-lain. Menurut Veithzal Rivai et al.,
(2015), Pelatihan didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan
kinerja saat ini dan kinerja di masa mendatang.
Pelatihan
merupakan bagian dari pendidikan yang berkaitan dengan proses pembelajaran
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan
formal, dimana waktu yang digunakan relatif singkat dengan metode yang
mengutamakan peningkatan keterampilan (Anggereni, 2018).
Menurut �(Larasati et al., n.d.) �Pelatihan (training) adalah pendidikan jangka pendek yang menggunakan
prosedur sistematis dan terorganisir sehingga tenaga kerja non manajerial
mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan tertentu�.
Menurut
Simamora dalam (Larasati et al., n.d.), menyatakan bahwa �pelatihan itu diarahkan untuk membantu para karyawan
menunaikan pekerjaan mereka saat ini secara lebih baik�.
Menurut
Mondy dalam (Larasati et al., n.d.), menyatakan bahwa �pelatihan bertujuan meningkatkan kinerja jangka pendek
dalam pekerjaan (jabatan) tertentu yang diduduki saat ini dengan cara
meningkatkan kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) para karyawan�.
Menurut
Gary Dessler dalam (Larasati et al., n.d.), menyatakan bahwa �pelatihan merupakan proses mengajarkan karyawan baru
atau yang ada sekarang, keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk
menjalankan pekerjaan mereka�.
Menurut
Edwin B. Flippo dalam (Larasati et al., n.d.), menyatakan bahwa pelatihan merupakan suatu usaha peningkatan knowledge
dan skill seorang karyawan/tenaga kerja untuk menerapkan aktivitas kerja
tertentu.
Pelatihan
sendiri merupakan sarana dan upaya untuk meningkatkan kinerja pegawai yang
sebelumnya kurang baik, meminimalisir human error yang disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan, pendidikan dan kurangnya rasa percaya diri dari pekerja (Rivaldo & Yusman, 2021).
Menurut
Maryadi (2019), pelatihan berfungsi sebagai wadah atau lingkungan bagi karyawan
untuk mengembangkan perilaku, sikap, kemampuan, keterampilan, dan informasi
yang berhubungan dengan pekerjaan.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah upaya yang
dilaksanakan dengan sengaja agar memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan,
keahlian, pengetahuan, dan perilaku spesifik guna meningkatkan efektivitas dan
produktivitas dalam suatu organisasi.
Bimbingan Konsultansi
Secara
umum diketahui bahwa konsultasi bisnis pertama kali muncul pada awal abad
ke-20, ketika Frederic Taylor pertama kali menerbitkan risalahnya tentang
Manajemen Ilmiah pada tahun 1911 (Massey, 2003; Pellegrinelli, 2002) dalam
Ogar, C. A., Ikwun, A., & Bassey, M. E. (2018).
Institute
of Management Consultancy (IMC) menjelaskan arti dari konsultansi
bisnis/administrasi yaitu bantuan administrasi yang diberikan kepada usaha,
terbuka dan alternatif oleh individu yang otonom dan berkualitas (IMC mengacu
pada McLarty dan Robinson, 1998: 256) dalam Ogar, C. A., Ikwun, A., &
Bassey, M. E. (2018).
Definisi
Konsultansi menurut Greiner dan Metzger (1983: 7) dalam Ogar, C. A., Ikwun, A.,
& Bassey, M. E. (2018) adalah administrasi yang dikontrak dan diberikan
kepada asosiasi atau orang-orang yang ahli untuk membantu mengenali masalah
administrasi, memeriksa masalah tersebut, menentukan jawaban terkait masalah
tersebut.
Jasa
konsultansi diberikan di berbagai bidang untuk memecahkan permasalahan dan
permasalahan hukum yang dihadapi unit ekonomi dalam pengembangan usahanya (Ramaj & Miti, 2021).
Menurut
Aloesaimi et al (2021), menjelasakan bahwa konsultansi adalah kegiatan seorang
ahli yang memberikan saran, solusi, atau rekomendasi yang sangat dibutuhkan
kepada sekelompok orang atau organisasi tertentu.
Menurut (APO Accreditation Body, 2019), Konsultansi melibatkan pemberian nasihat ahli dan independen mengenai
peningkatan produktivitas kepada organisasi klien.
Bimbingan
konsultasi merupakan salah satu jenis layanan yang ditawarkan oleh Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pembinaan
Pelatihan dan Produktivitas melalui Balai Latihan Kerja untuk mengatasi masalah
produktivitas yang muncul di perusahaan dan meningkatkan kesadaran perusahaan
akan pentingnya meningkatkan produktivitas, menurut Petunjuk Teknis Bimbingan
Konsultasi Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (2023). Diharapkan
bahwa memberikan saran konsultasi kepada perusahaan akan memberikan efek
positif terhadap keberhasilan mereka, menjamin produktivitas perusahaan yang
lebih tinggi, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing dan produktivitas
nasional.
Bimbingan
konsultansi peningkatan produktivitas merupakan kegiatan peningkatan
produktivitas melalui pendampingan penerapan alat, teknik dan metode
peningkatan produktivitas untuk pemecahan masalah di Perusahaan oleh tenaga
ahli bidang produktivitas yang dalam hal ini dilaksanakan oleh instruktur
produktivitas atau konsultan di bidang produktivitas.
Adversity
Quotient
Adversity Quotient
(AQ) didefinisikan oleh Stoltz (2010) dalam (Adnan Pasliadji, 2015) sebagai
kemampuan individu untuk berjuang menghadapi tantangan, kesulitan, atau masalah yang dihadapi, serta mengubahnya menjadi peluang emas untuk berhasil. Menurut Stoltz (2004)
dalam Kharunisa et al. (2018) menganggap
IQ (Intelegence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient)
tidak cukup untuk dalam memprediksi kesuksesan seseorang. Terdapat faktor lain berupa dorongan
dan motivasi dari dalam serta sikap pantang menyerah.��
Menurut
Saeid & Eslaminejad (2017) dalam (Astuti et al., 2023), Adversity Quotient (AQ) merupakan kecerdasan individu dalam mengatasi
kesulitan yang muncul. Adversity Quotient menceritakan seberapa lama seseorang
mampu menanggung kesulitan dan mengatasinya.
Menurut
Ancok dalam (Hadinata, 2015), adversity quotient menjelaskan tentang kemampuan seseorang untuk bertahan
dalam kesulitan. Sementara menurut Venkatesh dalam (Hadinata, 2015) menyatakan, adversity quotient is a new conceptual
framework for understanding and enhancing all facets of success.
Menurut (Hadinata, 2015) adversity
quotient adalah salah satu bentuk kecerdasan manusia yang mampu memberikan pengaruh positif dalam hal menyikapi dan mengatasi pelbagai ujian, kesulitan dan cobaan dalam hidup.
Produktivitas
Dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2023 tentang Lembaga
Produktivitas Nasional merumuskan Produktivitas secara filosofis yaitu sikap
mental dan etos kerja yang selalu berusaha melakukan perbaikan mutu kehidupan
melalui peningkatan efisiensi, efektivitas, dan kualitas untuk menciptakan
nilai tambah secara berkelanjutan.
Mali
(1978) dalam (Fitriana, 2011), mendefiniskan secara terintegrasi antara produktivitas, efektivitas dan
efisiensi, Dimana produktivitas didefinisikan sebagai efisiensi penggunaan
sumber-sumber daya (inputs) dalam menghasilkan barang dan atau jasa (output).
Efektivitas didefinisikan sebagai pencapaian tujuan-tujuan, dengan kata lain
bagaimana baiknya suatu hasil (output) itu dicapai akan merefleksikan
efektivitas, sedangkan efisiensi berkaitan dengan bagaimana baiknya
sumber-sumber daya (inputs) itu digunakan untuk mencapai hasil (outputs).
Menurut
Handoko (2011) dalam (Soeharso & SPsi, 2020), Produktivitas adalah hubungan antara masukan-masukan dan
keluaran-keluaran suatu sistem produksi. Dalam teori , sering mudah mengukur
hubungan ini sebagai rasio keluaran dibagi masukan. Bila lebih banyak keluran
diproduksi dengan jumlah masukan sama, produktivitas naik. Begitu juga, bila
sedikit masukan digunakan untuk sejumlah keluaran sama, produktivitas juga naik
(Soeharso & SPsi, 2020) menjelaskan bahwa produktivitas menurut Revianto (1985) adalah suatu
konsep yang menunjukan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu
yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk seorang tenaga kerja. Produktivitas
menurut Daryanto (2012) dalam (Soeharso & SPsi, 2020) adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah
barang dan atau jasa yang diproduksi) dengan sumber (jumlah tenaga kerja,
modal, tanah ,energi dan sebagainya) untuk menghasilkan hasil tersebut.
Menurut
Asian Productivity Organization (2015) adalah hubungan antara jumlah
keluaran/output (seperti barang dan jasa yang diproduksi) dengan jumlah
masukan/input (seperti sumber daya yang digunakan untuk meproduksi barang dan
jasa yaitu tenaga kerja, bahan baku, mesin dan energi).
Penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif
sebagai metodologi penelitiannya. (Sugiyono, 2016) mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai
metode penelitian yang dapat diartikan sebagai metode penelitian yang beraliran
positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu;
teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random; instrumen
penelitian digunakan untuk mengumpulkan data; dan analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Menurut (Sugiyono, 2016), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas individu atau subkelompok yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian diamati.
Populasi yang direncanakan dalam penelitian ini
adalah seluruh pelaku bisnis UMKM di Provinsi DKI Jakarta yang telah mengikuti
pelatihan dan bimbingan konsultasi peningkatan produktivitas.
Sebagai acuan dalam menentukan ukuran sampel
menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh Roscoe (1975) bahwa jumlah sampel
yang valid dalam mewakili poulasi diantara 30 s.d. 500 elemen. Sedangkan rumus
yang digunakan dalam menentukan ukuran sampel adalah rumus yang dikemukakan
oleh Slovin. Dalam penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel dari para
responden (pelaku UMKM) yang sudah mengikuti pelatihan dan bimbingan konsultasi
dengan rumus Slovin:
n =
Dimana:
n���
= Ukuran sampel
N��
= Populasi
e��
= Presentase kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih diinginkan sehingga perhitungannya sebagai berikut:
n =
�������������������������������������������������������������������������
Jadi sampel penelitian untuk popoulasi
140 UMKM dan Tingkat kepercayaan 95% adalah 104 UMKM.
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan
Software smartPLS SEM (Partial Least Square �
Structural Equation Modeling).
Pengujian hipotesis dapat dilihat dari
nilai t- statistik dan nilai probabilitas. Untuk pengujian hipotesis yaitu
dengan menggunakan nilai statistik maka untuk alpha 5% nilai t-statistik yang
digunakan adalah 1,96. Sehingga kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis
adalah Ha diterima dan H0 di tolak ketika t-statistik > 1,96. Untuk menolak
atau menerima hipotesis menggunakan probabilitas maka Ha di terima jika nilai p
< 0,05.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Penelitian
ini bersifat kuantitatif dimana data yang dihasilkan akan berbentuk angka. Dari
data yang didapat dilakukan analisis dengan menggunakan software Sem Pls.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk meneliti pengaruh pelatihan dan bimbingan
konsultansi terhadap produkitvitas yang dimediasi oleh adversity quotient pada
UMKM Provinsi DKI Jakarta. Dengan tujuan yang didasarkan, data dikumpulkan
dengan kuesioner sebanyak 109 responden yang pernah melakukan pelatihan dan
bimbingan konsultansi yang sasarannya pengusaha UMKM di wilayah Provinsi DKI
Jakarta. Penyebaran kuesioner dilakukan secara tertutup dengan menggunakan
skala likert 1-5. Penelitian ini menggunakan 2 variabel independen yang terdiri
pelatihan dan bimbingan konsultansi dan variabel dependen yaitu produktivitas
serta satu variabel intervening yaitu Adveristy Quotient.
Tabel 2 Demografi
Responden
Measure |
Items |
Frekuensi |
Prosentase |
Jenis Kelamin |
Laki-laki |
19 |
17,43 % |
|
Perempuan |
90 |
82,57 % |
Usia |
< 20 Tahun |
0 |
0,00% |
|
20-25 Tahun |
1 |
0,92% |
|
26-30 Tahun |
0 |
0,00% |
|
31-35 Tahun |
7 |
6,42% |
|
36-40 Tahun |
12 |
11,01% |
|
41-45 Tahun |
25 |
22,94% |
|
46-50 Tahun |
20 |
18,35% |
|
51-55 Tahun |
26 |
23,85% |
|
56-60 Tahun |
13 |
11,93% |
|
>60 Tahun |
5 |
4,59% |
Kota Asal |
Jakarta Pusat |
13 |
11,93% |
|
Jakarta Utara |
15 |
13,76% |
|
Jakarta Barat |
11 |
10,09% |
|
Jakarta Selatan |
15 |
13,76% |
|
Jakarta Timur |
55 |
50,46% |
|
Kepulauan Seribu |
0 |
0% |
Jenis Usaha |
Kerajinan Tangan |
10 |
9,17% |
|
Kuliner |
84 |
77,06% |
|
Garmen/Fashion |
4 |
3,67% |
|
Perdagangan & Jasa |
6 |
5,50% |
|
Produksi Non Kuliner |
5 |
4,59% |
Analisa
Outer Model
Analisa
outer model dilakukan untuk memastikan bahwa measurement yang digunakan layak
untuk dijadikan pengukuran (valid dan reliabel).
Ada
beberapa tahapan untuk menguji validitas dan reliabilitas penelitian ini.
Pertama, validitas konstruk dievaluasi dengan membandingkan nilai loading
factor yang diperoleh dengan nilai yang disarankan sebesar 0,7 (Hair Jr,
Sarstedt, Hopkins, & Kuppelwieser, 2014). Kedua, validitas konvergen
dinilai dengan menggunakan nilai Average Variance Extracted (AVE) sebesar 0,5
dan hasil yang diperoleh memuaskan. Ketiga, Cronbach�s Alpha sebesar 0,7 dan
nilai composite reliability sebesar 0,7 menunjukkan bahwa konstruk tersebut
memiliki konsistensi internal yang solid dari setiap item, yang menunjukkan
bahwa konsistensi internal tercapai sesuai dengan yang disarankan.
Convergent
validity adalah nilai loading factor pada variabel laten dengan
indikator-indikatornya. Nilai yang diharapkan > 0,7.
Tabel 3 Nilai Loading Factor
Variabel |
Indikator |
Loading
Factor |
Rule
of� Thumb |
Keputusan |
Pelatihan |
X1.1 |
0,725 |
0,700 |
Valid |
X1.10 |
0,840 |
0,700 |
Valid |
|
X1.11 |
0,892 |
0,700 |
Valid |
|
X1.12 |
0,730 |
0,700 |
Valid |
|
X1.13 |
0,888 |
0,700 |
Valid |
|
X1.14 |
0,879 |
0,700 |
Valid |
|
X1.15 |
0,846 |
0,700 |
Valid |
|
X1.16 |
0,855 |
0,700 |
Valid |
|
X1.17 |
0,862 |
0,700 |
Valid |
|
X1.18 |
0,832 |
0,700 |
Valid |
|
X1.19 |
0,846 |
0,700 |
Valid |
|
X1.2 |
0,838 |
0,700 |
Valid |
|
X1.20 |
0,875 |
0,700 |
Valid |
|
X1.3 |
0,832 |
0,700 |
Valid |
|
X1.4 |
0,811 |
0,700 |
Valid |
|
X1.5 |
0,874 |
0,700 |
Valid |
|
X1.6 |
0,868 |
0,700 |
Valid |
|
X1.7 |
0,854 |
0,700 |
Valid |
|
X1.8 |
0,846 |
0,700 |
Valid |
|
X1.9 |
0,865 |
0,700 |
Valid |
|
Bimbingan Konsultansi |
X2.1 |
0,888 |
0,700 |
Valid |
X2.10 |
0,748 |
0,700 |
Valid |
|
X2.11 |
0,853 |
0,700 |
Valid |
|
X2.12 |
0,872 |
0,700 |
Valid |
|
X2.2 |
0,905 |
0,700 |
Valid |
|
X2.3 |
0,889 |
0,700 |
Valid |
|
X2.4 |
0,829 |
0,700 |
Valid |
|
X2.5 |
0,885 |
0,700 |
Valid |
|
X2.6 |
0,925 |
0,700 |
Valid |
|
X2.7 |
0,909 |
0,700 |
Valid |
|
X2.8 |
0,884 |
0,700 |
Valid |
|
X2.9 |
0,891 |
0,700 |
Valid |
|
Produktivitas |
Y.1 |
0,856 |
0,700 |
Valid |
Y.10 |
0,881 |
0,700 |
Valid |
|
Y.11 |
0,836 |
0,700 |
Valid |
|
Y.12 |
0,795 |
0,700 |
Valid |
|
Y.13 |
0,829 |
0,700 |
Valid |
|
Y.14 |
0,863 |
0,700 |
Valid |
|
Y.2 |
0,824 |
0,700 |
Valid |
|
Y.3 |
0,860 |
0,700 |
Valid |
|
Y.4 |
0,882 |
0,700 |
Valid |
|
Y.5 |
0,877 |
0,700 |
Valid |
|
Y.6 |
0,883 |
0,700 |
Valid |
|
Y.7 |
0,904 |
0,700 |
Valid |
|
Y.8 |
0,906 |
0,700 |
Valid |
|
Y.9 |
0,872 |
0,700 |
Valid |
|
Adversity
Quotient |
Z.1 |
0,793 |
0,700 |
Valid |
Z.10 |
0,758 |
0,700 |
Valid |
|
Z.11 |
0,717 |
0,700 |
Valid |
|
Z.12 |
0,841 |
0,700 |
Valid |
|
Z.13 |
0,810 |
0,700 |
Valid |
|
Z.14 |
0,749 |
0,700 |
Valid |
|
Z.15 |
0,708 |
0,700 |
Valid |
|
Z.16 |
0,831 |
0,700 |
Valid |
|
Z.17 |
0,800 |
0,700 |
Valid |
|
Z.18 |
0,757 |
0,700 |
Valid |
|
Z.19 |
0,809 |
0,700 |
Valid |
|
Z.2 |
0,785 |
0,700 |
Valid |
|
Z.20 |
0,838 |
0,700 |
Valid |
|
Z.21 |
0,796 |
0,700 |
Valid |
|
Z.22 |
0,780 |
0,700 |
Valid |
|
Z.23 |
0,760 |
0,700 |
Valid |
|
Z.24 |
0,757 |
0,700 |
Valid |
|
Z.25 |
0,760 |
0,700 |
Valid |
|
Z.26 |
0,834 |
0,700 |
Valid |
|
Z.27 |
0,825 |
0,700 |
Valid |
|
Z.28 |
0,738 |
0,700 |
Valid |
|
Z.29 |
0,747 |
0,700 |
Valid |
|
Z.3 |
0,781 |
0,700 |
Valid |
|
Z.30 |
0,804 |
0,700 |
Valid |
|
Z.31 |
0,807 |
0,700 |
Valid |
|
Z.32 |
0,754 |
0,700 |
Valid |
|
Z.33 |
0,864 |
0,700 |
Valid |
|
Z.34 |
0,826 |
0,700 |
Valid |
|
Z.35 |
0,801 |
0,700 |
Valid |
|
Z.36 |
0,761 |
0,700 |
Valid |
|
Z.37 |
0,739 |
0,700 |
Valid |
|
Z.38 |
0,713 |
0,700 |
Valid |
|
Z.39 |
0,753 |
0,700 |
Valid |
|
Z.4 |
0,759 |
0,700 |
Valid |
|
Z.40 |
0,752 |
0,700 |
Valid |
|
Z.41 |
0,808 |
0,700 |
Valid |
|
Z.42 |
0,770 |
0,700 |
Valid |
|
Z.43 |
0,863 |
0,700 |
Valid |
|
Z.44 |
0,731 |
0,700 |
Valid |
|
Z.45 |
0,849 |
0,700 |
Valid |
|
Z.46 |
0,743 |
0,700 |
Valid |
|
Z.47 |
0,720 |
0,700 |
Valid |
|
Z.48 |
0,811 |
0,700 |
Valid |
|
Z.49 |
0,781 |
0,700 |
Valid |
|
Z.5 |
0,850 |
0,700 |
Valid |
|
Z.50 |
0,784 |
0,700 |
Valid |
|
Z.51 |
0,796 |
0,700 |
Valid |
|
Z.52 |
0,787 |
0,700 |
Valid |
|
Z.53 |
0,802 |
0,700 |
Valid |
|
Z.54 |
0,779 |
0,700 |
Valid |
|
Z.55 |
0,796 |
0,700 |
Valid |
|
Z.56 |
0,701 |
0,700 |
Valid |
|
Z.57 |
0,812 |
0,700 |
Valid |
|
Z.58 |
0,831 |
0,700 |
Valid |
|
Z.59 |
0,789 |
0,700 |
Valid |
|
Z.6 |
0,729 |
0,700 |
Valid |
|
Z.60 |
0,751 |
0,700 |
Valid |
|
Z.7 |
0,714 |
0,700 |
Valid |
|
Z.8 |
0,786 |
0,700 |
Valid |
|
Z.9 |
0,765 |
0,700 |
Valid |
Berdasarkan
Tabel 3 semua indikator memiliki nilai loading factor > 0,7 yang berarti
bahwa indikator-indikator tersebut valid.
Menganalisis
hubungan antara variabel laten sekarang ini sering kali membutuhkan evaluasi
validitas diskriminan. Dua metode yang paling umum untuk menilai validitas
diskriminan dalam pemodelan persamaan struktural berbasis varians, seperti
kuadrat terkecil parsial, adalah kriteria Fornell-Larcker dan pemeriksaan
muatan silang. Tingkat perbedaan suatu indikator dalam mengukur konsep
instrumen dikenal sebagai validitas diskriminan. Dengan membandingkan koefisien
korelasi indikator dengan konsep asosiasinya (crossloading) dengan koefisien
korelasi dengan konstruk lain (cross loading), seseorang dapat menguji
validitas diskriminan. Konstruk korelasi indikator harus memiliki nilai yang
lebih tinggi dari konstruk lain jika dibandingkan dengan konstruk asosiasinya.
Jika dibandingkan dengan menjelaskan konstruk lain, angka yang lebih tinggi ini
menunjukkan seberapa baik sebuah indikator menjelaskan konstruk asosiasinya.
(Henseler, Jorg, dkk., 2014)
Discriminant
Validity adalah nilai cross loading factor yang berguna untuk mengetahui apakah
konstruk memiliki diskriminan yang memadai. Caranya dengan membandingkan nilai
loading pada konstruk yang dituju harus lebih besar dibandingkan dengan nilai
loading pada konstruk yang lain.
Tabel 4 Nilai Cross Loadings
|
Pelatihan
(X1) |
Bimbingan
Konsultasi (X2) |
Produktivitas
(Y) |
Adversity
Quotient (Z) |
X1.1 |
0,725 |
0,724 |
0,627 |
0,548 |
X1.10 |
0,840 |
0,774 |
0,791 |
0,757 |
X1.11 |
0,892 |
0,819 |
0,810 |
0,764 |
X1.12 |
0,730 |
0,666 |
0,726 |
0,743 |
X1.13 |
0,888 |
0,834 |
0,836 |
0,755 |
X1.14 |
0,879 |
0,827 |
0,806 |
0,734 |
X1.15 |
0,846 |
0,746 |
0,746 |
0,718 |
X1.16 |
0,855 |
0,788 |
0,796 |
0,775 |
X1.17 |
0,862 |
0,797 |
0,786 |
0,725 |
X1.18 |
0,832 |
0,772 |
0,774 |
0,770 |
X1.19 |
0,846 |
0,766 |
0,751 |
0,709 |
X1.2 |
0,838 |
0,787 |
0,728 |
0,659 |
X1.20 |
0,875 |
0,829 |
0,799 |
0,751 |
X1.3 |
0,832 |
0,803 |
0,751 |
0,625 |
X1.4 |
0,811 |
0,772 |
0,718 |
0,674 |
X1.5 |
0,874 |
0,843 |
0,816 |
0,731 |
X1.6 |
0,868 |
0,825 |
0,794 |
0,739 |
X1.7 |
0,854 |
0,807 |
0,792 |
0,715 |
X1.8 |
0,846 |
0,800 |
0,752 |
0,710 |
X1.9 |
0,865 |
0,788 |
0,785 |
0,630 |
X2.1 |
0,824 |
0,888 |
0,778 |
0,728 |
X2.10 |
0,727 |
0,748 |
0,644 |
0,693 |
X2.11 |
0,807 |
0,853 |
0,771 |
0,687 |
X2.12 |
0,842 |
0,872 |
0,819 |
0,748 |
X2.2 |
0,838 |
0,905 |
0,796 |
0,730 |
X2.3 |
0,872 |
0,889 |
0,849 |
0,775 |
X2.4 |
0,769 |
0,829 |
0,791 |
0,716 |
X2.5 |
0,791 |
0,885 |
0,777 |
0,763 |
X2.6 |
0,845 |
0,925 |
0,817 |
0,761 |
X2.7 |
0,841 |
0,909 |
0,817 |
0,801 |
X2.8 |
0,796 |
0,884 |
0,760 |
0,730 |
X2.9 |
0,843 |
0,891 |
0,790 |
0,766 |
Y.1 |
0,793 |
0,776 |
0,856 |
0,793 |
Y.10 |
0,822 |
0,791 |
0,881 |
0,815 |
Y.11 |
0,786 |
0,793 |
0,836 |
0,736 |
Y.12 |
0,746 |
0,739 |
0,795 |
0,681 |
Y.13 |
0,740 |
0,703 |
0,829 |
0,717 |
Y.14 |
0,765 |
0,768 |
0,863 |
0,716 |
Y.2 |
0,749 |
0,710 |
0,824 |
0,740 |
Y.3 |
0,762 |
0,736 |
0,860 |
0,722 |
Y.4 |
0,784 |
0,742 |
0,882 |
0,782 |
Y.5 |
0,794 |
0,763 |
0,877 |
0,782 |
Y.6 |
0,789 |
0,816 |
0,883 |
0,754 |
Y.7 |
0,836 |
0,842 |
0,904 |
0,739 |
Y.8 |
0,844 |
0,849 |
0,906 |
0,759 |
Y.9 |
0,812 |
0,811 |
0,872 |
0,702 |
Z.1 |
0,690 |
0,653 |
0,681 |
0,793 |
Z.10 |
0,597 |
0,580 |
0,627 |
0,758 |
Z.11 |
0,600 |
0,642 |
0,632 |
0,717 |
Z.12 |
0,710 |
0,715 |
0,717 |
0,841 |
Z.13 |
0,675 |
0,671 |
0,677 |
0,810 |
Z.14 |
0,591 |
0,584 |
0,623 |
0,749 |
Z.15 |
0,595 |
0,648 |
0,628 |
0,708 |
Z.16 |
0,704 |
0,721 |
0,713 |
0,831 |
Z.17 |
0,670 |
0,677 |
0,673 |
0,800 |
Z.18 |
0,626 |
0,687 |
0,655 |
0,757 |
Z.19 |
0,704 |
0,671 |
0,668 |
0,809 |
Z.2 |
0,672 |
0,665 |
0,664 |
0,785 |
Z.20 |
0,691 |
0,691 |
0,712 |
0,838 |
Z.21 |
0,655 |
0,666 |
0,674 |
0,796 |
Z.22 |
0,707 |
0,713 |
0,732 |
0,780 |
Z.23 |
0,594 |
0,586 |
0,616 |
0,760 |
Z.24 |
0,591 |
0,581 |
0,631 |
0,757 |
Z.25 |
0,614 |
0,646 |
0,651 |
0,760 |
Z.26 |
0,694 |
0,690 |
0,699 |
0,834 |
Z.27 |
0,672 |
0,684 |
0,678 |
0,825 |
Z.28 |
0,584 |
0,580 |
0,612 |
0,738 |
Z.29 |
0,640 |
0,689 |
0,673 |
0,747 |
Z.3 |
0,674 |
0,649 |
0,672 |
0,781 |
Z.30 |
0,661 |
0,657 |
0,675 |
0,804 |
Z.31 |
0,661 |
0,690 |
0,670 |
0,807 |
Z.32 |
0,638 |
0,689 |
0,675 |
0,754 |
Z.33 |
0,736 |
0,726 |
0,723 |
0,864 |
Z.34 |
0,699 |
0,679 |
0,719 |
0,826 |
Z.35 |
0,686 |
0,701 |
0,700 |
0,801 |
Z.36 |
0,657 |
0,667 |
0,700 |
0,761 |
Z.37 |
0,587 |
0,579 |
0,629 |
0,739 |
Z.38 |
0,650 |
0,686 |
0,660 |
0,713 |
Z.39 |
0,613 |
0,662 |
0,656 |
0,753 |
Z.4 |
0,668 |
0,601 |
0,652 |
0,759 |
Z.40 |
0,622 |
0,687 |
0,654 |
0,752 |
Z.41 |
0,702 |
0,676 |
0,675 |
0,808 |
Z.42 |
0,687 |
0,670 |
0,653 |
0,770 |
Z.43 |
0,749 |
0,743 |
0,749 |
0,863 |
Z.44 |
0,631 |
0,651 |
0,663 |
0,731 |
Z.45 |
0,709 |
0,712 |
0,721 |
0,849 |
Z.46 |
0,673 |
0,697 |
0,692 |
0,743 |
Z.47 |
0,589 |
0,589 |
0,618 |
0,720 |
Z.48 |
0,682 |
0,674 |
0,725 |
0,811 |
Z.49 |
0,696 |
0,765 |
0,736 |
0,781 |
Z.5 |
0,685 |
0,679 |
0,692 |
0,850 |
Z.50 |
0,729 |
0,675 |
0,702 |
0,784 |
Z.51 |
0,705 |
0,681 |
0,698 |
0,796 |
Z.52 |
0,689 |
0,650 |
0,690 |
0,787 |
Z.53 |
0,715 |
0,683 |
0,708 |
0,802 |
Z.54 |
0,692 |
0,617 |
0,664 |
0,779 |
Z.55 |
0,643 |
0,640 |
0,656 |
0,796 |
Z.56 |
0,622 |
0,614 |
0,655 |
0,701 |
Z.57 |
0,656 |
0,660 |
0,673 |
0,812 |
Z.58 |
0,698 |
0,685 |
0,696 |
0,831 |
Z.59 |
0,694 |
0,673 |
0,707 |
0,789 |
Z.6 |
0,586 |
0,599 |
0,643 |
0,729 |
Z.60 |
0,614 |
0,606 |
0,637 |
0,751 |
Z.7 |
0,595 |
0,581 |
0,604 |
0,714 |
Z.8 |
0,652 |
0,645 |
0,700 |
0,786 |
Z.9 |
0,680 |
0,752 |
0,716 |
0,765 |
Berdasarkan
Tabel 4 nilai loading pada konstruk yang dituju lebih besar dibandingkan dengan
nilai loading pada konstruk lain, sehingga konstruk memiliki diskriminan yang
memadai.
Composite Reliability
Setelah
melakukan uji validitas konstruk, uji selanjutnya adalah uji reliabilitas
konstruk yang diukur dengan Composite Reliability (CR) dari blok indikator yang
mengukur konstruk CR yang digunakan menunjukkan reliabilitas yang baik. Suatu
konstruk dinyatakan reliabel jika nilai composite reliability > 0,6. Menurut
Hair dkk. (2014) koefisien composite reliability harus lebih besar dari 0,7
meskipun nilai 0,6 masih dapat diterima. Namun, uji konsistensi internal tidak
mutlak diperlukan jika validitas konstruk telah terpenuhi, karena konstruk yang
valid adalah konstruk yang reliabel, sebaliknya konstruk yang reliabel belum
tentu valid (Cooper dan Schindler, 2014).
Composite
Reliability digunakan untuk mengukur reliabilitas konstruk. Jika nilai
Composite Reliability > 0,7 maka konstruk tersebut memiliki reliabilitas
yang tinggi.
Tabel 5
Nilai Composite Reliability
Konstruk |
Composite Reliability |
Rule of Thumb |
Keputusan |
Adversity Quotient (Z) |
0,989 |
0,700 |
Reliabel |
Bimbingan Konsultasi (X2) |
0,975 |
0,700 |
Reliabel |
Pelatihan (X1) |
0,980 |
0,700 |
Reliabel |
Produktivitas (Y) |
0,976 |
0,700 |
Reliabel |
Berdasarkan
tabel 5 semua konstruk memiliki nilai Composite Reliability > 0,7 sehingga
dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang tinggi.
Average Variance Extracted (AVE)
Average
Variance Extracted (AVE) digunakan untuk mengukur banyaknya varians yang dapat
ditangkap oleh konstruknya dibandingkan dengan variansi yang ditimbulkan oleh
kesalahan pengukuran. Nilai AVE setidaknya sebesar 0,5.
Tabel 6 Nilai Average
Variance Extraced (AVE)
Konstruk |
Average Variance Extracted (AVE) |
Keputusan |
Adversity Quotient (Z) |
0,612 |
Terpenuhi |
Bimbingan Konsultasi (X2) |
0,764 |
Terpenuhi |
Pelatihan (X1) |
0,712 |
Terpenuhi |
Produktivitas (Y) |
0,744 |
Terpenuhi |
Tabel 6
menunjukkan bahwa semua konstruk memiliki nilai AVE > 0,5 yang berarti bahwa
konstruk dapat menjelaskan lebih dari setengah varian dari
indikator-indikatornya
Cronbach�s Alpha
Cronbach�s
Alpha digunakan untuk memperkuat hasil uji reliabilitas. Nilai Cronbach�s
Alpha yang disarankan adalah
> 0,6.
Tabel 7 Nilai Cronbach's
Alpha
Konstruk |
Average Variance Extracted (AVE) |
Adversity Quotient (Z) |
0,989 |
Bimbingan Konsultasi (X2) |
0,972 |
Pelatihan (X1) |
0,979 |
Produktivitas (Y) |
0,973 |
Berdasarkan tabel 7 semua konstruk memiliki nilai Cronbach�s Alpha
> 0,6 sehingga mengkonfirmasi
bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang tinggi.
Analisa Inner Model
Analisa
Inner model dilakukan untuk menguji hubungan antara konstruk laten. Berikut
adalah hasil analisa Inner model:
R-Square
(R�)
Nilai
R-Square digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel eksogen
terhadap variabel endogen.
Tabel 8 Nilai R-Square
Variabel |
R Square |
R Square Adjusted |
Adversity Quotient (Z) |
0,743 |
0,738 |
Produktivitas (Y) |
0,870 |
0,866 |
Berdasarkan tabel 8 nilai R-Square untuk variabel Adversity Quotient (Z) adalah
0,743, yang termasuk dalam kategori
substansial. Ini menunjukkan
bahwa variabel Pelatihan (X1) dan Bimbingan Konsultasi
(X2) mampu menjelaskan
74,3% dari variasi
Adversity Quotient (Z). Namun, masih terdapat 25,7% variasi
yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian ini, yang
mungkin mencakup faktor-faktor seperti pengalaman kerja, lingkungan sosial,
dukungan psikologis, atau karakteristik personal lainnya yang belum dianalisis
dalam penelitian ini.
Sementara
itu, nilai R-Square untuk variabel Produktivitas (Y) adalah 0,870, yang juga
tergolong dalam kategori substansial. Ini berarti bahwa variabel Pelatihan
(X1), Bimbingan Konsultasi (X2), dan Adversity Quotient (Z) mampu menjelaskan
87% dari variasi produktivitas (Y). Namun, masih terdapat 13% variasi
produktivitas yang dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian.
Variabel-variabel tersebut bisa mencakup faktor-faktor seperti budaya
organisasi, teknologi yang digunakan, kondisi fisik tempat kerja, motivasi
intrinsik karyawan, kebijakan manajerial, serta faktor eksternal seperti
kondisi ekonomi atau regulasi pemerintah yang mungkin juga berperan dalam
memengaruhi produktivitas namun belum diidentifikasi dalam model ini.
Dengan
demikian, meskipun model ini memberikan penjelasan yang kuat terhadap Adversity
Quotient dan Produktivitas, penelitian lanjutan dengan mempertimbangkan
variabel-variabel lain dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif dan
mendalam.
f-square
Nilai f-square digunakan untuk mengetahui kebaikan model.
Tabel 9 Nilai f-square
|
Adversity Quotient (Z) |
Produktivitas (Y) |
Adversity Quotient (Z) |
|
0,152 |
Bimbingan Konsultasi (X2) |
0,104 |
0,045 |
Pelatihan (X1) |
0,085 |
0,196 |
Berdasarkan
tabel 9 nilai f-square Adversity Quotient (Z) terhadap Produktivitas (Y)
sebesar 0,152 yang termasuk kategori moderat. Nilai f-square Pelatihan (X1)
terhadap Produktivitas (Y) sebesar 0,196 yang termasuk kategori moderat. Nilai
f-square Bimbingan Konsultasi (X2) terhadap Produktivitas (Y) sebesar 0,045
yang termasuk kategori kecil. Nilai f-square Pelatihan (X1) dan Bimbingan
Konsultasi (X2) terhadap Adversity Quotient (Z) masing-masing sebesar 0,085 dan
0,104 yang termasuk kategori kecil.
Q-Square
Nilai Q-Square digunakan untuk mengetahui kapabilitas prediksi dengan prosedur blindfolding.
Tabel 10 Nilai Q-Square
Variabel |
Q� (=1-SSE/SSO) |
Adversity Quotient (Z) |
0,451 |
Produktivitas (Y) |
0,633 |
Berdasarkan
tabel 10 nilai Q-Square untuk variabel Adversity Quotient (Z) sebesar 0,451 dan
variabel Produktivitas (Y) sebesar 0,633. Kedua nilai Q-Square tersebut lebih
besar dari 0 yang menunjukkan bahwa model memiliki kapabilitas prediksi yang
relevan.
Pengujian Hipotesis
Untuk
mengetahui hubungan structural antar variabel laten, harus dilakukan pengujian
hipotesis terhadap koefisien jalur antar variabel dengan membandingkan angka
p-value dengan alpha (< 0,05) atau t-statistik sebesar > 1,96
(significance level = 5%). Besarnya P-value dan juga t-statistik diperoleh dari
output pada SmartPLS dengan menggunakan metode bootstrapping. Pengujian ini
dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang terdiri dari 7 hipotesis berikut ini:
H1: Diduga, Pelatihan berpengaruh terhadap Adversity
Quotient
H2: Diduga, Bimbingan Konsultasi berpengaruh terhadap
Adversity Quotient
H3: Diduga, Pelatihan berpengaruh terhadap Produktivitas
H4: Diduga, Bimbingan Konsultasi berpengaruh terhadap
Produktivitas
H5: Diduga, Adversity Quotient berpengaruh terhadap
Produktivitas
H6: Diduga, Pelatihan berpengaruh terhadap Produktivitas
melalui Adversity Quotient
H7:Diduga, Bimbingan Konsultasi berpengaruh terhadap
Produktivitas melalui Adversity Quotient
Gambar 1 Diagram Hasil Uji Hipotesis
Berikut adalah tabel hasil uji hipotesis yang diolah menggunakan
Sem Pls.
Tabel 11 Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis |
Koefisien |
t-statistics |
P-value |
Adversity Quotient (Z) -> Produktivitas (Y) |
0,277 |
4,125 |
0,000 |
Bimbingan Konsultasi (X2) -> Adversity
Quotient (Z) |
0,460 |
2,830 |
0,005 |
Bimbingan Konsultasi (X2) ->
Produktivitas (Y) |
0,227 |
2,223 |
0,026 |
Pelatihan (X1) -> Adversity Quotient
(Z) |
0,417 |
2,534 |
0,011 |
Pelatihan (X1) -> Produktivitas (Y) |
0,467 |
4,865 |
0,000 |
Berdasarkan
tabel 11 dapat dijelaskan hasil pengujian hipotesis sebagai berikut:
Uji Hipotesis 1
Ho1:
Tidak ada pengaruh Pelatihan terhadap Adversity Quotient
Ha1: Ada
pengaruh Pelatihan terhadap Adversity Quotient
Nilai
koefisien jalur sebesar 0,417 menunjukkan adanya arah pengaruh positif. Dengan nilai
t-statistik sebesar 2,534 yang lebih besar dari 1,96 (2,534 > 1,96 ) dan
p-value sebesar 0,011 yang lebih kecil dari 0,05 (0,011 < 0,05), ini
menunjukkan bahwa pengaruh tersebut signifikan. Dengan demikian, Ho1 ditolak
dan Ha1 diterima, yang berarti Pelatihan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap Adversity Quotient.
Hasil
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa pelatihan yang
efektif dapat meningkatkan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan dan
kesulitan, yang dikenal sebagai Adversity Quotient. Sebagai contoh, penelitian
oleh Smith et al. (2019) menemukan bahwa program pelatihan yang dirancang untuk
meningkatkan keterampilan kognitif dan emosional dapat meningkatkan Adversity
Quotient peserta secara signifikan.
Dengan
demikian, temuan ini memperkuat bukti bahwa pelatihan yang dirancang dengan
baik tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis, tetapi juga kemampuan
individu dalam mengatasi tekanan dan tantangan, yang pada akhirnya meningkatkan
kinerja dan kesejahteraan mereka.
Uji Hipotesis 2
Ho2:
Tidak ada pengaruh Bimbingan Konsultansi terhadap Adversity Quotient
Ha2: Ada
pengaruh Bimbingan Konsultansi terhadap Adversity Quotient
Nilai
koefisien jalur sebesar 0,460 menunjukkan arah pengaruh positif. Nilai
t-statistik sebesar 2,830 > 1,96 dan p-value sebesar 0,005 < 0,05
menunjukkan pengaruh yang signifikan. Dengan demikian, Ho2 ditolak dan Ha2
diterima yang berarti Bimbingan Konsultansi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Adversity Quotient.
Hal ini
sesuai dengan temuan dalam penelitian oleh Smith et al. (2019) yang menemukan
bahwa pelatihan yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan kognitif dan
emosional dapat meningkatkan Adversity Quotient secara signifikan. Penelitian
ini mendukung bahwa intervensi seperti Bimbingan Konsultansi dapat secara
signifikan meningkatkan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan dan
meningkatkan Adversity Quotient mereka.
Uji Hipotesis 3
Ho3:
Tidak ada pengaruh Pelatihan terhadap Produktivitas
Ha3: Ada
pengaruh Pelatihan terhadap Produktivitas
Nilai
koefisien jalur sebesar 0,467 menunjukkan arah pengaruh positif. Nilai
t-statistik sebesar 4,865 > 1,96 dan p-value sebesar 0,000 < 0,05
menunjukkan pengaruh yang signifikan. Dengan demikian, Ho3 ditolak dan Ha3
diterima yang berarti Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Produktivitas.
Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pelatihan yang efektif dapat
meningkatkan keterampilan dan kompetensi karyawan, yang pada gilirannya
meningkatkan produktivitas mereka. Penelitian sebelumnya juga mendukung temuan
ini, di mana pelatihan dianggap sebagai investasi penting bagi perusahaan untuk
meningkatkan kinerja karyawan. Misalnya, penelitian oleh Suminar et.al (2020)
menemukan bahwa pelatihan kewirausahaan berkontribusi terhadap produktivitas
UMKM sebesar 14,5%.
Dengan
demikian, hasil penelitian ini menegaskan pentingnya program pelatihan yang
terstruktur dan berkelanjutan dalam meningkatkan produktivitas UMKM, yang pada
akhirnya berdampak positif pada kinerja UMKM secara keseluruhan.
Uji Hipotesis 4
Ho4:
Tidak ada pengaruh Bimbingan Konsultansi terhadap Produktivitas
Ha4: Ada
pengaruh Bimbingan Konsultansi terhadap Produktivitas
Nilai
koefisien jalur sebesar 0,227 menunjukkan arah pengaruh positif. Nilai
t-statistik sebesar 2,223 > 1,96 dan p-value sebesar 0,026 < 0,05
menunjukkan pengaruh yang signifikan. Dengan demikian, Ho4 ditolak dan Ha4
diterima yang berarti Bimbingan Konsultansi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Produktivitas.
Hal ini
sesuai dengan berbagai teori dan penelitian yang menyatakan bahwa bimbingan
konsultansi dapat berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan
produktivitas. Bimbingan konsultansi sering kali mencakup aspek-aspek seperti
pengembangan keterampilan, pemberian umpan balik konstruktif, dan dukungan
dalam pemecahan masalah, yang semuanya dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja.
Penelitian
oleh Bloom, Nicholas, et al. (2013) menunjukkan bahwa bimbingan konsultansi
meningkatkan produktivitas sebesar 17% pada tahun pertama melalui peningkatan
kualitas dan efisiensi serta pengurangan inventaris, dan dalam waktu tiga tahun
menyebabkan pembukaan lebih banyak pabrik produksi.
Dengan
demikian, temuan ini memperkuat argumen bahwa investasi dalam program bimbingan
konsultansi yang baik dapat memberikan manfaat nyata bagi perusahaan, termasuk
peningkatan produktivitas karyawan. Ini juga menegaskan pentingnya peran
bimbingan konsultansi sebagai bagian dari strategi pengembangan sumber daya
manusia yang holistik dan berkelanjutan.
Uji Hipotesis 5
Ho5:
Tidak ada pengaruh Adversity Quotient�
terhadap Produktivitas
Ha5: Ada
pengaruh Adversity Quotient terhadap Produktivitas
Nilai
koefisien jalur sebesar 0,277 menunjukkan arah pengaruh positif. Nilai
t-statistik sebesar 4,125 > 1,96 dan p-value sebesar 0,000 < 0,05
menunjukkan pengaruh yang signifikan. Dengan demikian, Ho5 ditolak dan Ha5
diterima yang berarti Adversity Quotient berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Produktivitas.
Hal ini
sesuai dengan Smith et al. (2019), yang menemukan bahwa pelatihan yang
dirancang untuk meningkatkan keterampilan kognitif dan emosional dapat
meningkatkan Adversity Quotient secara signifikan, yang pada gilirannya
berdampak positif pada produktivitas kerja.
Selain
itu, penelitian ini berbeda dengan peneiltian sebelumnya dari (Syamsuri et al., 2020) bahwa adversity quotient berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
produktvitas karyawan dengan nilai t satistik sebesar 2,632 lebih besar dari
t-tabel 1, 96.
Tabel 12
Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Tidak Langsung
Hipotesis |
Koefisien |
t-statistics |
P-value |
Bimbingan Konsultasi (X2) -> Adversity
Quotient (Z) -> Produktivitas (Y) |
0,127 |
2,326 |
0,020 |
Pelatihan (X1) -> Adversity Quotient
(Z) -> Produktivitas (Y) |
0,115 |
2,056 |
0,040 |
Berdasarkan
tabel 12 dapat dijelaskan hasil pengujian hipotesis pengaruh tidak langsung
sebagai berikut:
Uji Hipotesis 6
Ho6: Tidak ada pengaruh Pelatihan
terhadap Produktivitas yang dimediasi oleh Adversity Quotient�
Ha6: Ada pengaruh Pelatihan terhadap
Produktivitas yang dimediasi oleh Adversity Quotient
Nilai
koefisien jalur sebesar 0,115 menunjukkan arah pengaruh positif. Nilai
t-statistik sebesar 2,056 > 1,96 dan p-value sebesar 0,040 < 0,05
menunjukkan pengaruh yang signifikan. Dengan demikian, Ho6 ditolak dan Ha6
diterima yang berarti Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Produktivitas yang dimediasi oleh Adversity Quotient. Dengan demikian, H6
diterima.
Temuan
ini konsisten dengan berbagai penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa
Pelatihan dapat memperkuat daya tahan mental dan kemampuan seseorang dalam
menghadapi tantangan (Adversity Quotient), yang pada akhirnya berdampak positif
terhadap produktivitas kerja. Misalnya, studi yang dilakukan oleh (Stoltz, 1999) �menyoroti bahwa Adversity Quotient
memainkan peran penting dalam kinerja individu di tempat kerja, terutama dalam
menghadapi tekanan dan situasi yang sulit. Pelatihan yang dirancang untuk
meningkatkan keterampilan teknis dan mental seseorang juga dapat memperkuat
Adversity Quotient, yang pada gilirannya meningkatkan kemampuan mereka untuk
menghadapi hambatan secara lebih efektif dan meningkatkan produktivitas.
Selain
itu, penelitian lain yang dilakukan oleh (Saks & Burke, 2012) menunjukkan bahwa program pelatihan yang tepat dapat menghasilkan efek
psikologis positif, seperti peningkatan ketahanan mental, yang tidak hanya
berpengaruh pada keterampilan teknis tetapi juga pada karakteristik psikologis
individu. Adversity Quotient, yang dipengaruhi oleh pelatihan, dapat memainkan
peran penting dalam memotivasi karyawan untuk bekerja lebih produktif, terutama
dalam lingkungan yang penuh tekanan dan tantangan.
Oleh
karena itu, hasil penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memperkuat
pemahaman tentang peran Adversity Quotient sebagai mediator dalam hubungan
antara Pelatihan dan Produktivitas, sekaligus mendukung hasil-hasil dari
penelitian sebelumnya yang menunjukkan hubungan erat antara pelatihan,
kemampuan menghadapi tantangan, dan produktivitas karyawan.
Uji Hipotesis 7
Ho7:
Tidak ada pengaruh Bimbingan Konsultansi terhadap Produktivitas yang dimediasi
oleh Adversity Quotient�
Ha7: Ada
pengaruh Bimbingan Konsultansi terhadap Produktivitas yang dimediasi oleh
Adversity Quotient
Nilai
koefisien jalur sebesar 0,127 menunjukkan arah pengaruh positif. Nilai
t-statistik sebesar 2,326 > 1,96 dan p-value sebesar 0,020 < 0,05
menunjukkan pengaruh yang signifikan. Dengan demikian,� Ho6 ditolak dan Ha6 diterima yang berarti
yang berarti Bimbingan Konsultansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Produktivitas melalui Adversity Quotient.
Temuan
ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa AQ memainkan
peran penting sebagai mediator dalam berbagai konteks peningkatan kinerja.
Contohnya, (Stoltz, 1999) menunjukkan bahwa AQ mampu meningkatkan daya tahan individu terhadap
tekanan dan kesulitan, yang pada gilirannya meningkatkan efektivitas dan
produktivitas. Penelitian lebih lanjut sebagaimana temuan dalam studi Adversity
Quotient dalam Meningkatkan Kinerja Tenaga Penjual Generasi Milenial dalam
Revolusi Industri 4.0 (2019), menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara
adversity quotient dengan performa kerja. Perusahaan harus meningkatkan
adversity quotient tenaga penjualan generasi milenial melalui pelatihan,
bimbingan, memberikan ruang yang fleksibel dalam pengambilan keputusan, dan
mengeksplorasi kemampuan mereka di bidang teknologi untuk mencapai target
kinerja yang diinginkan perusahaan.
Hasil
ini juga dapat dikaitkan dengan teori motivasi dan kepemimpinan, di mana AQ
dilihat sebagai faktor penting dalam mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan.
Bimbingan yang diberikan dalam konsultasi membantu individu mengembangkan
strategi yang lebih baik untuk mengelola stres dan tantangan, sehingga
berkontribusi pada peningkatan produktivitas secara keseluruhan.
Dengan
demikian, penelitian ini mengonfirmasi bahwa intervensi berupa Bimbingan
Konsultansi memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan produktivitas
melalui penguatan AQ, sejalan dengan teori-teori yang ada dan penelitian
sebelumnya yang menekankan pentingnya AQ dalam konteks kerja.
KESIMPULAN
Fenomena
yang didapatkan oleh peneliti dalam penelitian ini memberikan gambaran tingkat
produktivitas yang dimiliki oleh pelaku bisnis UMKM. Hasil penelitian ini
mengidentifikasi 4 tema yaitu 1) Pelatihan, 2) Bimbingan dan Konsultansi, 3)
Adversity Quotient dan 4) Produktivitas. Berdasarkan pembahasan diatas, maka
peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: Terdapat hubungan positif dan
signifikan antara pelatihan dengan Adversity Quotient pelaku UMKM . Hal ini
berarti semakin banyak pelatihan yang diikuti oleh pelaku UMKM akan menyebabkan
semakin tinggi pula Adversity Quotient nya. Terdapat hubungan positif dan
signifikan antara bimbingan konsultansi dengan Adversity Quotient� pelaku UMKM. Hal ini berarti semakin banyak
bimbingan dan konsultansi yang diberikan kepada pelaku UMKM akan menyebabkan
semakin tinggi pula Adversity Quotient nya. Terdapat hubungan positif dan
signifikan antara pelatihan dengan produktivitas pelaku UMKM . Hal ini berarti
semakin banyak pelatihan yang diikuti oleh pelaku UMKM akan menyebabkan semakin
tinggi pula produktivitasnya. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara
bimbingan konsultansi dengan produktivitas pelaku UMKM. Hal ini berarti semakin
banyak bimbingan dan konsultansi yang diberikan kepada pelaku UMKM akan menyebabkan
semakin tinggi pula produktivitas dari pelaku UMKM. Terdapat hubungan positif
dan signifikan antara Adversity Quotient�
dengan produktivitas pelaku UMKM. Hal ini berarti semakin tinggi
Adversity Quotient� yang dimiliki oleh
pelaku UMKM maka semakin tinggi pula produktivitas dari pelaku UMKM. Terdapat
hubungan positif dan signifikan antara Pelatihan terhadap Produktivitas melalui
Adversity Quotient. Hal ini bermakna bahwa produktivitas pelaku UMKM
dipengaruhi oleh pelatihan yang dimediasi oleh Adversity Quotient. Terdapat
hubungan positif dan signifikan antara Bimbingan Konsultansi terhadap
Produktivitas melalui Adversity Quotient. Hal ini bermakna bahwa produktivitas
pelaku UMKM dipengaruhi oleh Bimbingan Konsultansi yang dimediasi oleh
Adversity Quotient.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Pasliadji. (2015). Hukuman
Terhadap Yang Bukan Terdakwa. MaPPI-FHUI.
Anggereni, N. W. E. S. (2018). Pengaruh
Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Lembaga Perkreditan Desa (Lpd)
Kabupaten Buleleng. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 10(2),
606�615.
APO Accreditation Body. (2019). Requirements
For Productivity Specialist APO-PS 101 (Issue 1).
Arto, A., & Hutomo, B. S. (2013). �Enam
Pilar Insektisida� Kebijakan Pengembangan Dan Penguatan Umkm Berbasis Kerjasama
Kemitraan Dengan Pola Csr Sebagai Strategi Peningkatan Peran Pemerintah Dan
Perusahaan Untuk Menjaga Eksistensi Umkm Dalam Mea 2015. Economics
Development Analysis Journal, 2(2).
Astuti, D. P., Widiatami, A. K., &
Susanti, A. (2023). Effects of Achievement Motivation, Self-Efficacy, and
Self-Concept on the Adversity Quotient. Dinamika Pendidikan, 18(1),
110�120.
Fitriana, J. (2011). Analisis Dampak
Pelatihan, Motivasi dan Lingkungan Kerja Pada Produktivitas Pemeriksa Paten Di
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Universitas Indonesia.
Hadinata, E. O. (2015). RELIGIUSITAS
& ADVERSITY QUOTIENT: Studi Kasus Jama�ah Majelis Zikir Az-Zikra bogor.
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hardianto, Y., & Sucihayati, R. B.
(2019). Hubungan adversity quotient dengan career adaptability pada koas
angkatan 2015 Fkg �X� di Rsgm. Psibernetika, 11(2).
Imai, M. (2008). The Power Kaizen,
Menyigkap Falsafah dan Seni Kompetisi Bisnis Orang Jepang Menuju Sukses dan
Kebahagiaan Sejati (Think).
Kusnadi, I. H., Natika, L., & Alsonia,
D. O. (2020). Implementasi Kebijakan Pembinaan UMKM di Kabupaten Subang. The
World of Business Administration Journal.
https://doi.org/10.37950/wbaj.v2i2.937
Larasati, A., Yulanda, N. A., &
Budiharto, I. (n.d.). PERAN KOPING DAN ADAPTASI TERHADAP KEPATUHAN PENGOBATAN
TUBERKULOSIS DI PUSAT KESEHATAN: A LITERATURE REVIEW. ProNers, 3(1).
Meliala, A. S., Matondang, N., & Sari,
R. M. (2014). Strategi peningkatan daya saing usaha kecil dan menengah (UKM)
berbasis Kaizen. Jurnal Optimasi Sistem Industri, 13(2), 641�664.
Phoolka, E. S., & Kaur, N. (2012).
Adversity Quotient: A new paradigm to explore. Contemporary Business Studies,
3(4), 67�78.
Ramaj, B. Z., & Miti, M. U. (2021). Consultancy
Services and Their Impact in Financial Reporting-Case of Albania.
Rivaldo, Y., & Yusman, E. (2021).
Pengaruh Pelatihan Kerja, Promosi, Kompensasi dan Motivasi terhadap Prestasi
Kerja Perawat RSBP Batam. Jurnal As-Said, 1(2), 87�96.
Saks, A. M., & Burke, L. A. (2012). An
investigation into the relationship between training evaluation and the
transfer of training. International Journal of Training and Development,
16(2), 118�127.
Soeharso, S. Y., & SPsi, S. E. (2020). Psikologi
Bisnis-Paradigma Baru Mengelola Bisnis. Penerbit Andi.
Stoltz, P. G. (1999). Adversity
quotient: Turning obstacles into opportunities. John Wiley & Sons.
Sugiyono, P. (2016). Metode Penelitian
Manajemen(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi (Mixed Methods),
Penelitian Tindakan (Action Research, dan Penelitian Evaluasi). Bandung:
Alfabeta Cv.
Syamsuri, A. R., Halim, A., & Darvita,
D. (2020). Analisis adversity quotient dan komunikasi interpersonal dengan
komitmen organisasi sebagai intervening terhadap produktivitas karyawan. Ecobisma
(Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Manajemen), 7(2), 125�139.