Masayuki
Nugroho1, Nunuk Hariyati2, Gunarti Dwi Lestari3,
Ayu Wulandari4, Amrozi Khamidi5
Fakultas Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya, Indonesia
[email protected]1,
[email protected]2, [email protected]3,
[email protected]4, [email protected]5
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK |
Kata Kunci: Implementasi Program,
Model CIPP, Program Afirmasi Pendidikan Tinggi, Anak Pekerja Migran Indonesia
(PMI), Sekolah Indonesia Kota Kinabalu. Keywords: |
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program Afirmasi Pendidikan
Tinggi (ADik) bagi Anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Sekolah Indonesia
Kota Kinabalu (SIKK), Sabah, Malaysia. Program ini bertujuan untuk memberikan
kesempatan pendidikan tinggi kepada anak-anak PMI yang memiliki keterbatasan
akses ke pendidikan berkualitas di luar negeri. Penelitian ini merupakan
implementasi dengan menggunakan model CIPP (Context, Input, Process,
Product) guna memberikan gambaran yang komprehensif tentang implementasi
dan hasil yang dicapai. Pada penelitian ini, teori implementasi, teori
manajemen dan model CIPP menekankan pentingnya perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang inklusif
dan berkualitas. Kemudian teori yang membangun affirmative action,
teori self-management dan teori parenting dapat menekankan
pentingnya peran dari pemerintah, �peserta didik �dan orang tua. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah kualitatif dan jenis penelitian studi multi-kasus pada
jenjang SMA dan SMK di SIKK. Penelitian ini mengumpulkan data melalui
wawancara, observasi partisipatif, dan analisis dokumen terkait dengan
implementasi. Hasil penelitian menunjukkan dari perspektif konteks, program
ini sangat dibutuhkan mengingat tingginya jumlah PMI di Malaysia dan
kebutuhan untuk menyediakan pendidikan yang setara dengan yang ada di
Indonesia. Namun, dari sisi input, program ini masih menghadapi masalah dalam
anggaran dan pendanaan serta kurangnya fasilitas pendukung di SIKK. Proses
implementasi program berjalan dengan baik, namun kendala dalam hal legalitas
dokumen, peran �peserta didik �dan peran orang tua. Dari sisi produk,
meskipun sebagian besar peserta program berhasil melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi, beberapa �peserta
didik �mengalami kesulitan dalam
beradaptasi dengan lingkungan akademik di Indonesia karena kurangnya
persiapan awal. Berdasarkan hasil implementasi, penelitian ini menyimpulkan
bahwa Program ADik telah memberikan dampak positif dalam meningkatkan akses
pendidikan tinggi bagi anak-anak PMI, tetapi masih terdapat beberapa area
yang perlu diperbaiki. ABSTRACT This research was aimed at
finding out the implementation of the Higher Education Affirmative Program
(ADik) for children of Indonesian Migrant Workers (PMIs) at Indonesian School
of Kota Kinabalu (SIKK), Sabah, Malaysia. The program was designed to provide
the children of PMIs, who have limited access to quality education abroad,
with opportunities for higher education. This research applied the CIPP
(Context, Input, Process, Product) model to provide a comprehensive
description of the implementation and outcomes of the program. The research
integrated theories on implementation, management, and the CIPP model, which
emphasize the importance of planning, execution, and evaluation to achieve
inclusive and high-quality education objectives. Subsequently, theories on
affirmative action, self-management, and parenting highlighted the crucial
roles of the governments, students, and parents. The research applied
qualitative approach and a multi-case study design focusing on senior high
schools (SMA) and vocational high schools (SMK) at SIKK. Data were collected
through interviews and participatory observation as well as analysis of
documents related to the program�s implementation. The findings indicate that
from a contextual perspective, the program is essential due to the high
number of PMIs in Malaysia and the need to provide education equivalent to
that available in Indonesia. However, in terms of input, the program faces
challenges related to budget and funding as well as inadequate supporting
facilities at SIKK. The implementation process has been effective but
encounters obstacles such as document legality, student involvement, and
parental roles. Regarding the product aspects, while most participants
successfully pursued higher education, some experienced difficulties adapting
to the academic environment in Indonesia due to insufficient initial
preparation. Based on the implementation results, this study concludes that
the ADik Program has positive impact in increasing access to higher education
for children of PMIs, though several areas require improvement. |
Program
Implementation, CIPP Model, Higher Education Affirmative Program, Children of
Indonesian Migrant Workers (PMIs), Indonesian School of Kota Kinabalu |
Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan merupakan agenda global yang disepakati oleh negara-negara
anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan di berbagai aspek kehidupan. Salah satu
tujuan yang menjadi fokus utama adalah
SDG ke-4, yaitu "Pendidikan Berkualitas"
(Quality Education). SDGs bertujuan untuk memastikan akses
pendidikan yang inklusif, adil, dan berkualitas bagi semua anak, serta
mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat.
Untuk
mencapai SDG ke-4, diperlukan perhatian khusus terhadap kelompok anak-anak yang
rentan, termasuk anak-anak pekerja migran. Program-program afirmasi dan
kebijakan pendidikan yang inklusif harus dirancang dan diimplementasikan untuk
memastikan bahwa setiap anak, tanpa terkecuali, dapat mengakses pendidikan yang
layak. Hal ini mencakup pemberian beasiswa, dukungan belajar tambahan, serta
peningkatan kualitas infrastruktur pendidikan di daerah-daerah dengan
konsentrasi tinggi pekerja migran. Pencapaian SDG ke-4 tidak hanya akan
memberikan dampak positif bagi individu anak-anak pekerja migran, tetapi juga
bagi pembangunan sosial dan ekonomi secara keseluruhan. Dengan pendidikan yang
berkualitas, anak-anak pekerja migran memiliki kesempatan yang lebih besar
untuk mengangkat diri dan keluarganya dari kemiskinan, serta berkontribusi
secara positif bagi komunitas dan negara mereka di masa depan.
Tantangan
khusus yang dihadapi anak-anak pekerja migran Indonesia (PMI) dalam memastikan
pendidikan yang layak sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals
(SDGs) ke-4, yang bertujuan untuk menjamin kualitas pendidikan yang inklusif
dan adil serta mendorong pembelajaran sepanjang hayat bagi semua, mencakup
beberapa poin penting. SDG 4.5 menargetkan penghapusan kesenjangan gender dalam
pendidikan dan memberikan akses yang setara bagi kelompok rentan, termasuk
anak-anak PMI yang memiliki akses terbatas ke pendidikan berkualitas. Program
pendidikan tinggi bertujuan untuk mengurangi kesenjangan pendidikan dan
menawarkan kesempatan yang setara untuk pendidikan tinggi sesuai dengan tujuan
ini. SDG 4.1 memastikan pendidikan dasar dan menengah yang gratis, setara, dan
berkualitas tinggi, dan program ini mengevaluasi kualitas pendidikan bagi
anak-anak PMI di sekolah-sekolah Indonesia di luar negeri agar memenuhi standar
tersebut. SDG 4.3 berfokus pada promosi akses yang sama ke pendidikan tinggi
yang terjangkau bagi semua, dan program ini mendukung anak-anak PMI dalam
mengatasi hambatan keuangan dan sosial untuk mengakses pendidikan tinggi yang
berkualitas. SDG 4.a, yang menekankan penciptaan fasilitas pendidikan yang aman
dan inklusif, juga relevan dengan studi ini, yang menilai apakah
sekolah-sekolah Indonesia di luar negeri menyediakan lingkungan belajar yang
mendukung dan aman bagi anak-anak pekerja migran, dengan fasilitas yang memadai
dan metode pengajaran yang inklusif. pelayanan
pendidikan di daerah-daerah yang paling rentan, dengan hampir 1,6 miliar
peserta didik mengalami penutupan lembaga pendidikan dan pemotongan anggaran
secara besar-besaran, karena sumber daya publik dialihkan untuk mitigasi
penularan virus, vaksin, sumber daya kesehatan masyarakat, dan peralatan
pelindung diri. Misalnya, antara tanggal 11 Maret 2020 dan 5 Mei 2023 � tanggal
resmi pandemi ini menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) � 94 % anak usia
sekolah di seluruh dunia kehilangan rata-rata pendidikan selama hampir satu
tahun (United Nation, 2020).
Dampak dari pandemi ini saja, ditambah dengan perang sporadis, akan merugikan
dan bersifat generasi di banyak masyarakat, dimana anak-anak yang paling kurang
beruntung dan terpinggirkan tidak lagi mempunyai strategi yang berarti untuk
pemulihan pendidikan (Lennox et al., 2021).
Anak-anak migran secara global masih merupakan kelompok yang paling rentan
terhadap bahaya-bahaya ini, terutama mereka yang berada di luar jaringan
dukungan keluarga dan komunitas atau terisolasi dan terjebak dalam institusi
atau sistem negara yang tidak dapat memobilisasi kebutuhan dukungan anak-anak
tersebut (McCann, 2024).
Dengan
demikian, kebijakan dan program pendidikan yang diterapkan pemerintah Indonesia
tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan akses
pendidikan bagi anak-anak PMI, tetapi juga memastikan bahwa pendidikan yang
diberikan sesuai dengan standar internasional yang diharapkan oleh SDGs,
terutama pada poin ke-4. Ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menyediakan
pendidikan berkualitas, inklusif, dan berkelanjutan bagi semua anak, termasuk
mereka yang berada dalam situasi rentan sebagai anak pekerja migran.
Selanjutnya
hal ini didukung oleh pada undang-undang nomor 18 tahun 2017 tentang
perlindungan PMI pada pasal 3 bertujuan untuk menjamin pemenuhan dan penegakan
hak asasi manusia sebagai warga negara dan Pekerja Migran Indonesia serta
menjamin pelindungan hukum, ekonomi, dan sosial Pekerja Migran Indonesia dan
keluarganya.� Jika PMI membawa
keluarganya atau berkeluarga di luar negeri, maka seyogyanya PMI memiliki
tanggungjawab untuk mensejahterakan orangtua, istri dan anak-anaknya. Hal ini
sejalan dengan undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak,
pada pasal 9 orang tua yang pertama-tama bertanggungjawab atas terwujudnya
kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Selanjutnya pada
undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia pada pasal 57 bahwa
setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, didik, diarahkan, dan
dibimbing kehidupannya oleh orang tua atau walinya sampai dewasa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya pada undang-undang nomor 35
tahun 2024 tentang perlindungan anak, pada pasal 9 menerangkan bahwa setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat. Pada pasal
tersebut disebutkan bahwa peran orangtua sangat penting dalam memperhatikan hak
hidup dan pendidikan anak. Namun terdapat empat masalah yang dialami oleh
anak-anak PMI di luar negeri yaitu masalah legal dan identitas, masalah akses
pendidikan, masalah psikologi dan sosial, serta masalah akses kesehatan.
Menurut
laporan data penempatan dan pelindungan pekerja migran indonesia (BP2MI), data
penempatan PMI menunjukkan terdapat penurunan sebesar 17,05% dari 24.636 orang
pada bulan September 2023 menjadi 20.436 orang pada September 2024. (BP2MI, 2024)
Disela
itu Negara Indonesia mempunyai tanggungjawab dalam memberikan fasilitas
pendidikan yang tertera pada undang-undang dasar 1945 pasal 31 dan
undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menguraikan berbagai tanggung jawab otoritas dalam menjamin hak setiap individu
untuk menerima pendidikan dimanapun dari lokasi mereka berada. Negara Malaysia
dan Arab Saudi menjadi tuan rumah Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN), sebuah
lembaga pendidikan yang dibentuk untuk memberikan instruksi akademik yang
selaras dengan kurikulum Indonesia kepada anak pekerja migran. Tujuan utama
SILN adalah untuk memastikan bahwa anak PMI menerima pengalaman pendidikan yang
setara dengan yang ada di Indonesia, sehingga memudahkan transisi mereka jika
mereka memilih untuk kembali ke Indonesia atau melanjutkan pendidikan tinggi di
sana. Dana yang biasanya disimpan oleh pekerja migran sering gagal menutupi
biaya yang terkait dengan penyediaan pendidikan berkualitas tinggi untuk
anak-anak mereka. Akibatnya, inisiatif bantuan keuangan dan skema beasiswa
semakin penting untuk menjamin kelangsungan pendidikan bagi keturunan pekerja
migran.
Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan dengan anak-anak PMI di Universitas Jenderal
Soedirman. Berbagai tantangan telah diidentifikasi oleh anak-anak PMI, seperti
tidak memiliki akta kelahiran, paspor, dan terdapat kasus dimana paspor
keluarga berada di perusahaan. Persoalan pendidikan juga menghadirkan kendala,
karena tidak semua anak memiliki kesempatan untuk mengejar pendidikan hingga
tingkat sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Akses ke pendidikan sekolah
menengah atas dan perguruan tinggi sebagian besar terbatas pada mereka yang
mendapatkan beasiswa. Berbagai pemangku kepentingan dianggap mampu meningkatkan
perlindungan anak PMI, termasuk Perwakilan RI di Luar Negeri, Pendidik,
Kementerian Pendidikan Indonesia, perusahaan, dan Pemerintah Malaysia (Wulan et al., 2023).
Pemerintah Indonesia dan Malaysia bekerja sama untuk melegalkan status
kewarganegaraan pekerja migran Indonesia di Malaysia sehingga memudahkan
anak-anak mereka untuk bersekolah. Inisiatif pertama adalah mengirim guru ke
Malaysia bermula pada tahun 2008, membangun layanan pendidikan SIKK dan CLC
sebagai perpanjangan kemdikbudristek, dan pemberian beasiswa Afirmasi
Pendidikan Menengah (ADEM) dan Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) (Rifka Noor Annisa & Moh Nizar, 2022).
Hal ini
yang menjadi dasar pemerintah Indonesia memberikan bantuan pendidikan dengan
menyelenggarakan layanan Pendidikan dari jenjang dasar sampai dengan menengah
di SILN. Untuk mendapatkan Pendidikan yang lebih tinggi pemerintah
menyelenggarakan program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) sejak tahun 2008
hingga saat ini.
Program
beasiswa yang dikenal dengan nama ADik ini dikelola oleh Pokja Afirmasi
Pendidikan, yang beroperasi dalam rangka Pusat Pelayanan Pembiayaan Pendidikan
(Puslapdik) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Penelitian, dan Teknologi. Puslapdik berada di bawah yurisdiksi Sekretariat
Jenderal tetapi melapor langsung kepada Menteri. Pokja Afirmasi, dalam memenuhi
tanggung jawabnya, mematuhi dasar hukum dan pedoman yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 32 Tahun 2019
tentang Pembagian Bantuan Pemerintah di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan ini kemudian direvisi menjadi Permendikbud No.44 Tahun 2020. (Pramudya, 2023)
Berdasarkan
hasil penelitian bahwa mahasiswa ADik PMI di Universitas Negeri Surakarta
dimana terdapat dua variabel yang diteliti yaitu motivasi belajar dan kualitas
relasi mahasiswa-dosen. Kedua variabel tersebut memiliki
korelasi tergolong dalam kategori rendah dan memiliki jenis hubungan yang
positif. Dengan kata lain, semakin baik kualitas relasi antara
mahasiswa dan dosen maka akan semakin tinggi pula motivasi belajar mahasiswa
program ADik dan begitupun sebaliknya (Ohee, 2021). Hasil penelitian yang dilakukan pada
mahasiswa ADik yang terdaftar di Universitas Malikussaleh dan Politeknik Negeri
Lhokseumawe memberikan wawasan tentang kemahiran sosial mahasiswa ADik, yang
tampaknya kurang pada 47,5% kasus, sementara 37,5% menunjukkan tingkat
kompetensi sosial yang tinggi. Fenomena ini dapat dikaitkan dengan tantangan
yang dihadapi oleh mahasiswa ADik dalam beradaptasi dengan harapan lingkungan
yang dikenakan pada mereka, terlepas dari peluang yang tersedia. Kompetensi
sosial yang tidak memadai yang diamati pada mahasiwa ADik berasal dari
perjuangan mereka dalam memahami niat komunikatif orang lain dalam lingkungan
kampus, serta kesulitan mereka dalam mengelola emosi internal, memanfaatkan
bahasa secara efektif dalam pertukaran interpersonal, dan menyusun resolusi
untuk dilema yang dihadapi (Agustina, 2024).
Hasil
penelitian yang dilakukan pada mahasiswa ADik di Universitas Negeri Padang
(UNP), terdapat evaluasi bahwa mahasiswa yang tidak dikumpukan dalam asrama
lebih cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Evaluasi belajar mahasiswa
mengalami perubahan proses cara belajar dari perubahan sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Namun pada saat UTS dan UAS di semester pertama kurang dapat
menjawab materi yang sudah disampaikan. Evaluasi prilaku dapat dilihat dari
sosialisasi, bahwa program ADik perlu di sosialisasikan ke warga civitas
akademika UNP agar mahasiswa tersebut mendapat dorongan moril untuk
menyelesaikan studinya, dilihat dari strategi adaptasi mahasiswa dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan merasa nyaman untuk berkativitas.
Evaluasi hasil, terdapat lebih 18 mahasiswa yang memliki IP 2.00 dan 7
mahasiswa berhenti kuliah, hal tersebut dikarenakan kesulitan dalam beradaptasi
(Fithry, 2018). Hasil penelitian pada mahasiswa ADik
3T dan Papua di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) bahwa data IPK mahasiswa ADik
Tahun Akademik 2018/2019 yang terdiri dari 85 mahasiswa menunjukkan nilai IPK
rata-rata ≤3,00. Tingkat kelulusan bagi mahasiswa ADik 3T dan Papua
ditemukan hanya 1%. Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa kemanjuran
pelaksanaan program belum memenuhi harapan, menyoroti perlunya peningkatan
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Islami, 2019). Hasil penelitian mahasiswa ADik Papua
di Universitas Andalas, Politeknik Negeri Padang, Universitas Negeri Padang,
Universitas Bung Hatta, Politeknik Pertanian Negeri bahwa IPK, jumlah uang saku
dan maskulinitas berpengaruh terhadap tingkat literasi keuangan (Dogopia, 2022). Hasil
penelitian pada mahasiswa ADik yang berasal dari Papua dan Papua Barat
difokuskan pada tiga kampus Universitas Diponegoro, Universitas Negeri
Semarang, Politeknik Negeri Semarang tahun 2023, program ini terutama
melibatkan proses administrasi pemberian dana beasiswa, namun kurangnya praktik
pendampingan di kampus individu sebagai bagian dari tindakan afirmatif. Masalah
ini muncul dari tidak adanya skenario afirmatif dalam praktik pembelajaran
sehari-hari oleh Kemendikbudristek dan ADik pengelola perguruan tinggi (Pramudya, 2023). Hal
tersebut memiliki potensi yang besar terjadi bagi Mahasiswa ADik PMI, sehingga
pihak sekolah perlu mempersiapkan �peserta didik nya agar dapat melatih
kemandirian.
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa program ADik PMI
di beberapa universitas memiliki beberapa tantangan yang signifikan. Hal
memberikan masukan yang penting agar pihak sekolah memiliki program yang dapat
meningkatkan kualitas mahasiswa ADik PMI di Universitas yang ada di Indonesia.
Program tersebut harapannya dapat meningkatkan relasi peserta didik-guru,
kompetensi sosial dan emosional, kemahiran komunikatif, adanya pendampingan dan
dukungan emosional, literasi keuangan, kemandirian, monitoring dan evaluasi
program serta kerjasama dengan institusi pendidikan tinggi.
Melalui
persiapan yang matang di sekolah sebelumnya, harapannya mahasiswa ADik PMI
dapat menyelesaikan studi di perguruan tinggi dengan baik. Hal ini sejalan
dengan Permendikbudristek Nomor 5 Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan
pada PAUD, Dasar, dan Menengah pada pasal 9 dan 10 dijelaskan �peserta didik �agar dapat hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut (SMA), serta mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya (SMK). Pada dasarnya hasil evaluasi dari alumni merupakan bagian
dari evaluasi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dan mempersiapkan lulusan agar lebih siap memasuki dunia kerja atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut sejalan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yaitu menekankan
pentingnya partisipasi masyarakat dalam mendukung pendidikan. Alumni sebagai
bagian dari masyarakat diakui perannya dalam membantu pengembangan pendidikan,
melalui sumbangan pemikiran, materi, atau bentuk dukungan lainnya. Ini termasuk
dalam upaya pengembangan sekolah dan peningkatan kualitas pendidikan. Begitu
pula harapan dari orangtua, mahasiswa tidak hanya menyelesaikan studi saja,
namun perlu mengembangkan aktivitas positif dan juga memiliki prestasi.
Berdasarkan
hasil penelitian mahasiswa ADik PMI di Universitas Jenderal Soedirman terdapat
faktor yang mempengaruhi prestasi mahasiswa ADik PMI yaitu faktor internal yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu 69,5% dengan kriteria tinggi yaitu
intelegensi, bakat dan minat. Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi
belajar sebesar 76% dengan kriteria tinggi yaitu keluarga, teman sebaya,
pendidikan, lingkungan masyarakat, media massa (Talya, 2021). Hal lain yang tidak penting adalah
kesejahteraan emosional bagi mahasiswa. Menurut hasil penelitian pada mahasiswa
ADik Papua dan 3T di Universitas Indonesia menjelaskan bahwa dengan memberikan
dukungan emosional, membina jaringan sosial yang kuat, dan memastikan akses
terhadap informasi yang relevan merupakan faktor kunci dalam meningkatkan
kesejahteraan mahasiswa. Oleh karena itu, lembaga pendidikan dan pembuat
kebijakan harus memprioritaskan inisiatif yang meningkatkan sistem dukungan
emosional, mendorong pembentukan jaringan yang mendukung, dan meningkatkan
ketersediaan informasi berharga bagi peserta didik(Anggara, 2023).
Berdasarkan hasil penelitian di SMKN 2 Jember bahwa Perencanaan,
Pengaturan, Pelaksanaan, dan Pengaturan Program ADEM terbukti efektif, namun perlu peningkatan
pada pemantauan dan pengawasan selama jam
sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler. SMKN 2 Jember mempersiapkan �peserta didik nya yang
ingin melanjutkan ke program ADik dengan pembekalan
materi tes ADik sebagai upaya membantu peserta didik yang memiliki keinginan
melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi demi masa depannya (Santoso & Ambarwati, 2020). Hal
tersebut memiliki potensi yang besar terjadi bagi mahasiswa ADik PMI sehingga
pihak sekolah perlu mempersiapkan �peserta didik nya dengan program yang tepat
agar dapat meningkatkan prestasi dengan memperhatikan faktor internal yaitu
intelegensi, bakat dan minat dan faktor eksternal yaitu keluarga, teman sebaya,
pendidikan, lingkungan masyarakat, media sosial, identifikasi dan strategi
belajar efektif, pengembangan bakat dan minat, keterlibatan keluarga, budaya
belajar teman sebaya dan lingkungan yang kondusif, serta sekolah dapat
memberikan dukungan emosional dan jaringan sosial. Sekolah perlu melakukan
perencanaan dan pengawasan program secara berkala dengan menerapkan
langkah-langkah tersebut, sekolah dapat lebih efektif dalam mempersiapkan �peserta didik �untuk menghadapi tantangan dalam program
afirmasi pendidikan tinggi dan membantu mereka mencapai kesuksesan akademik dan
sosial. Sosialisasi dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program
ADik telah efektif dilaksanakan dan mengetahui hal-hal apa saja yang perlu
ditingkatkan dari program tersebut oleh Puslapdik. Upaya pemerintah dalam
sosialisasi program ADik sudah dilakukan di Sekolah Indonesia Luar Negeri di
Malaysia dan Arab Saudi serta evaluasi program ADik di Perguruan Tinggi di Indonesia,
namun perlu penyempurnaan yang mendalam agar hasil evaluasi memberikan dampak
positif bagi anak PMI.
Selanjutnya
pada pencarian sumber literatur yaitu terdapat 20 karya ilmiah dalam negeri dan
luar negeri tentang Program ADik, Affirmative Action (Kebijakan
Afirmasi), dan tentang anak PMI di Sabah. Dari hasil penelusuran tersebut,
terdapat ada satu karya ilmiah yang membahas tentang kebijakan ADik untuk
daerah Papua (Rivai, 2015).
Dari
penelitian terdahulu (Luhgiatno, 2024; Pramudya, 2023; Islami,
2019; Fithry,
2018),), terdapat
tiga research gap yang disimpulkan,
yaitu: pertama, Knowledge
Gap, yang menunjukkan adanya
kekurangan informasi atau pertanyaan penelitian yang belum terjawab, khususnya terkait dengan Implementasi Program ADik bagi anak pekerja
migran Indonesia (PMI). Kedua, Methodological
Gap, yang mencakup kelemahan dalam metode penelitian sebelumnya, seperti
penggunaan evaluasi berbasis Performance Evaluation, Kirkpatrick, dan
CIPP. Hanya sedikit penelitian yang membahas evaluasi Program ADik, dan
satu-satunya yang menggunakan model CIPP terbatas pada daerah seperti Papua,
Papua Barat, dan daerah 3T. Ketiga, Population Gap, yang merujuk pada
kekurangan penelitian terhadap subpopulasi tertentu, khususnya �peserta didik �SMA dan SMK. Data dari penerima Beasiswa ADik
di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) menunjukkan bahwa mayoritas penerima
beasiswa adalah peserta didik dari sekolah-sekolah di luar negeri, namun
penelitian mengenai mereka masih terbatas.
Penelitian
implementasi program ADik bagi anak PMI masih belum banyak ditemukan. Oleh
karena itu, penelitian ini akan mendeksisikan implementasi program ADik bagi
anak PMI pada SIKK di Malaysia. Dalam penelitian ini, peneliti
mengadopsi perspektif yang berbeda dari studi sebelumnya ketika menangani pemecahan masalah, khususnya dengan berfokus evaluasi penyelenggara program ADik
bagi anak PMI pada SIKK di Malaysia. Untuk itu, peneliti dalam penelitian ini
menjADikan SIKK sebagai tujuan penelitian ini, bagaimana peran SILN
mempersiapkan �peserta didik �dari administrasi persyaratan pendaftaran
ADik, kemampuan akademik, dan non akademik, serta dokumen perjalanan sehingga
diharapkan mereka dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Peneliti memiliki
keyakinan jika SIKK mengelola pendampingan kepada �peserta didik �dengan ketentuan dan standar yang berlaku
(Puslapdik dan peraturan negara setempat), maka output �peserta didik �juga akan baik. Untuk itu peneliti berusaha
membuktikan argumen tersebut dalam penelitian ini. Namun,
efektifitas dan implementasi program ini belum banyak dievaluasi pada SIKK. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi Program Afirmasi Pendidikan Tinggi
bagi Anak Pekerja Migran Indonesia di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu, Sabah,
Malaysia� dengan menggunakan metode CIPP
(Context, Input, Process, and Product).
Berdasarkan
fokus penelitian, tujuan penelitian ini adalah untuk mendekripsikan implementasi program ADik PMI pada Sekolah
Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) di Sabah, Malaysia, yang akan dievaluasi
berdasarkan model evaluasi Context, Input, Process, dan Product. Rincian tujuan
penelitian mencakup: pertama, menilai konteks pelaksanaan program afirmasi
pendidikan tinggi bagi anak pekerja migran di SIKK, Sabah, Malaysia; kedua,
mengevaluasi kualitas input dalam program afirmasi pendidikan tinggi di SIKK;
ketiga, menganalisis proses pelaksanaan program afirmasi pendidikan tinggi di
SIKK; dan keempat, mengidentifikasi produk yang dihasilkan dari program
tersebut. Penelitian ini memberikan manfaat teoritis dan praktis. Secara
teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai studi implementasi program afirmasi pendidikan tinggi bagi anak pekerja migran Indonesia
di SIKK, serta dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian sejenis dan
memberikan sumbangsih ilmu bagi SILN dan Anak PMI di Malaysia. Secara praktis,
penelitian ini dapat digunakan oleh pihak Perwakilan RI di luar negeri sebagai
evaluasi program pengembangan ADik untuk bekerja sama dengan Kemdikbud dan
negara setempat, serta oleh pihak sekolah untuk meningkatkan program ADik dan
membuat keputusan strategis untuk pengembangan lebih lanjut. Fokus penelitian dibatasi pada 1) anak-anak pekerja migran di SMA dan SMK di
SIKK, 2) program sekolah yang menunjang
peserta didik �agar dapat mengikuti agar dapat mengikuti Program ADik yang
diselenggarakan oleh Puslapdik,
Kemdikbudristek 3) memberikan
gambaran implementasi
program dengan menggunakan Model CIPP. Model CIPP memandu implementasi program secara efektif dengan mengajukan pertanyaan yang relevan secara sistematis dan melakukan penilaian sepanjang siklus program. Teori
CIPP memberikan kerangka evaluasi yang komprehensif, di
mana proses implementasi merupakan
salah satu tahap yang harus
dievaluasi. Model CIPP memainkan
peran penting dalam fase implementasi program dengan menyediakan kerangka kerja terstruktur untuk memantau, mendokumentasikan, dan menyesuaikan proses implementasi.
Ini memastikan bahwa
program dilaksanakan secara
efektif dan berkelanjutan, dengan keterlibatan aktif dan umpan balik dari semua pemangku kepentingan.
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk memahami fenomena
melalui perspektif peserta, dengan memprioritaskan penggambaran yang rumit dan
komprehensif daripada data numerik dan statistik. Metodologi ini menekankan pentingnya konteks di mana tindakan dan
pertukaran informasi terjadi, serta menggarisbawahi dimensi etika, dengan fokus
pada kredibilitas dan ketergantungan peserta dalam seluruh upaya penelitian.
Penelitian kualitatif lebih fleksibel dan adaptif dibandingkan dengan metodologi
kuantitatif, di mana para peneliti sering memulai dengan garis besar yang luas
dan menyesuaikan pendekatan mereka berdasarkan wawasan yang diperoleh di
lapangan (Robert C. Bogdan & Sari Knopp Biklen, 2007). Jenis penelitian ini adalah studi multi-kasus melibatkan pemeriksaan dua
atau lebih subjek, pengaturan, atau lokasi untuk pengumpulan data. Studi-studi
ini memerlukan melakukan beberapa studi kasus yang kemudian dianalisis dan
dibandingkan untuk mengevaluasi kesamaan atau perbedaan di antara kasus-kasus.
Studi multi-kasus menawarkan kesempatan untuk memahami variabilitas dan
generalisasi fenomena yang dipelajari dalam konteks yang beragam. Peneliti
memilih situs tambahan untuk menampilkan berbagai pengaturan atau subjek yang
mungkin relevan dengan pengamatan awal mereka. Biasanya, peneliti menyelesaikan
kerja lapangan untuk satu kasus sebelum beralih ke kasus berikutnya, karena
mengelola lebih dari satu situs secara bersamaan dapat menyebabkan kebingungan
dan gangguan. Setelah menyelesaikan kasus awal, para peneliti menemukan bahwa
kasus-kasus berikutnya menjadi lebih mudah dikelola dan membutuhkan lebih
sedikit waktu. Jenis studi kasus yang dipilih adalah studi kasus komparatif, di
mana beberapa studi kasus dilakukan dan kemudian dibandingkan dan dikontraskan
untuk menganalisis generalisasi atau perbedaan di antara kasus (Robert C.
Bogdan & Sari Knopp Biklen, 2007).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Implementasi konteks dalam Program ADik dilakukan
untuk memahami lingkungan yang mempengaruhi perumusan dan pelaksanaan program
tersebut, dengan fokus pada komponen Tujuan Program ADik yang mencakup Tujuan dan
Sasaran Program, Relevansi Program dan Sistem Pengelolaan. Tujuan utama Program
ADik adalah memberikan kesempatan pendidikan tinggi bagi anak-anak Pekerja
Migran Indonesia (PMI), khususnya bagi mereka yang terhambat oleh kendala
keuangan atau geografis. Program ini bertujuan untuk membantu peserta didik yang
memiliki komitmen kuat dalam melanjutkan pendidikan sebagai sarana untuk
meningkatkan status sosial ekonomi keluarga mereka dan kualitas hidup secara
keseluruhan, serta prospek pekerjaan di masa depan. Selain itu, program ini
juga fokus pada pengembangan karakter peserta didik, dengan menumbuhkan
sifat-sifat seperti disiplin dan motivasi belajar, yang memungkinkan mereka
untuk memaksimalkan potensi akademik mereka. Program ADik mendukung peserta
didik yang memiliki motivasi dan kemampuan akademik untuk memastikan kesuksesan
jangka panjang mereka. Teori Manajemen Peserta didik (Imron, 2016) menyatakan
bahwa tujuan program ini untuk mendorong pengembangan karakter dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didik sejalan dengan upaya untuk memperbaiki pemahaman,
keterampilan, dan kapasitas peserta didik untuk mencapai kesejahteraan dalam
kehidupan mereka. Selain itu, Teori Keadilan (Rawls, 1971) mendukung penyediaan
kesempatan pendidikan yang setara bagi peserta didik yang kurang beruntung,
yang mencerminkan prinsip keadilan dalam akses pendidikan, di mana kesenjangan
ekonomi tidak boleh menghalangi pencapaian pendidikan. Program ADik secara
khusus menargetkan peserta didik yang kesulitan membiayai pendidikan tinggi
mereka, dengan memberikan prioritas pada mereka yang menghadapi hambatan
keuangan.
Implementasi input terkait Program ADik mencakup Penyiapan
Koordinator Program ADik, Anggaran dan Pendanaan, Sarana dan Prasarana. Penyiapan
Sumber Daya Manusia penyiapan sumber daya, dengan fokus pada persiapan sebelum
program dimulai, yang dikelola oleh Koordinator ADik. Berdasarkan analisis
dokumen dan wawancara, sebagian besar sumber menunjukkan bahwa jumlah panitia
yang ada saat ini cukup untuk mendukung pelaksanaan Program ADik di Sekolah
Indonesia Kota Kinabalu (SIKK). Panitia yang ada dianggap proporsional dan
mampu mengelola proses seleksi, memberikan bimbingan peserta didik, serta
mengawasi tugas teknis lainnya, termasuk manajemen dokumen dan logistik terkait
keberangkatan. Meskipun demikian, ada pengakuan bahwa SIKK juga mengelola
banyak program lainnya, sehingga beban kerja panitia harus dipertimbangkan agar
fungsi program tetap optimal. Selain itu, pendidik di SIKK tidak hanya
bertanggung jawab atas pengawasan teknis, tetapi juga berperan dalam memotivasi
peserta didik, membimbing pemilihan jurusan akademik, serta membantu dalam
proses administrasi menjelang keberangkatan. Secara umum bagi peserta didik SMA
dan SMK memiliki laboratorium komputer dan koneksi internet yang belum memadai.
Tantangan bagi peserta didik SMA pada sarana prasarana laboratorium fisika,
kimia dan biologi yang belum memadai. Kemudian tantangan yang dihadapi adalah
perbedaan akses dan peluang persiapan Program ADik antara peserta didik SMA dan
peserta didik SMK, khususnya yang mengikuti Program Pengalaman Kerja Lapangan
(PKL). Kekurangan dalam penyebaran informasi dan bimbingan bagi peserta didik SMK
ini menjadi tantangan yang perlu diperbaiki agar tercapai kesetaraan dalam
persiapan program.
Evaluasi proses dalam kerangka implementasi Program
ADik mencakup indikator Sosialiasi dan Rekrutmen, Peran Guru, Peran Walikelas, Peran
BK, Peran Operator Dapodik pada Program ADik, Peran Petugas Imigrasi pada
Program ADik, Peran Kepala Sekolah, dan Hambatan Pelaksanaan Program ADik.
Sosialisasi yang dilakukan secara menyeluruh di berbagai tingkatan pendidikan,
khususnya dari kelas 10 hingga 12. Sosialisasi dilaksanakan dengan menggunakan
metode online dan offline, seperti pertemuan mingguan dan sesi
konseling. Meskipun terdapat sesi informasi online dan offline,
banyak orang tua yang masih kesulitan memahami rincian program ADik, dan sering
membutuhkan penjelasan tambahan dari anak-anak mereka. Dalam konteks peserta
didik SMK, sosialisasi sering terhambat oleh kegiatan Pengalaman Kerja Lapangan
(PKL), yang mengurangi fokus peserta didik pada program ini. Oleh karena itu,
ada kebutuhan untuk inovasi dalam sosialisasi, misalnya melalui platform
seperti Zoom yang lebih fleksibel. Alumni menekankan pentingnya peran peserta
didik sebagai penghubung dalam komunikasi dengan orang tua, karena peserta
didik lebih mampu menjelaskan program dengan cara yang dapat dipahami oleh
orang tua. Sejalan dengan pandangan Syafaruddin dan Nurmawati (2011),
pemberdayaan peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan yang mendukung
mereka sangat penting. Sosialisasi melalui berbagai media diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran dan kesiapan peserta didik, sementara pendekatan
holistik dalam manajemen pelajar harus mencakup sinkronisasi antara
administrasi, akademik, dan kesejahteraan peserta didik. Program ADik terus
melibatkan semua pihak untuk memastikan kelancaran implementasi program ini.
Implementasi produk dalam Program ADik mencakup
komponen ketercapaian tujuan program, yang ditandai dengan indikator
keberhasilan seperti peran aktif alumni dalam mendukung peserta program. Alumni
memainkan peran penting dalam keberhasilan peserta dengan menyebarluaskan
informasi terkait kehidupan akademik di Indonesia melalui pertemuan virtual
atau bantuan langsung, seperti penjemputan bandara dan orientasi universitas.
Mereka juga bertindak sebagai panutan dengan mencontohkan keberhasilan akademik
dan keterlibatan dalam organisasi kampus. Sebagian besar peserta ADik
menunjukkan ketahanan dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru di
Indonesia, meskipun sebagian kecil menghadapi tantangan psikologis dan
kesulitan adaptasi, yang mendorong mereka untuk kembali ke Sabah. Sebagaimana
dijelaskan oleh Mulyasa (2003), prinsip dasar manajemen pelajar adalah
menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan peserta didik, yang dapat
difasilitasi oleh keterlibatan sosial, seperti yang dilakukan alumni melalui
bimbingan dan motivasi. Tingkat komitmen peserta didik sering kali dipengaruhi
oleh dukungan orang tua, dan tanpa dukungan penuh dari orang tua, beberapa
peserta didik mengalami penurunan motivasi atau tekanan untuk kembali ke Sabah.
Lembaga pendidikan juga menghadapi tantangan dalam memantau peserta didik yang
kesulitan beradaptasi, kecuali informasi tersebut dikomunikasikan langsung oleh
peserta didik atau pihak kampus terkait.
Penelitian ini memiliki
beberapa keterbatasan yang
perlu dicatat untuk memberikan
konteks pada hasil yang diperoleh
serta menawarkan panduan untuk penelitian lebih lanjut di masa depan:
1.
Batasan Waktu dan Ruang Lingkup
Penelitian pada penilaian Program ADik di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), sehingga
temuan tersebut mungkin tidak sepenuhnya
merangkum pelaksanaan
program di daerah alternatif
atau keadaan anak-anak migran pada umumnya. Penelitian ekstensif
yang mencakup berbagai lembaga pendidikan di berbagai wilayah dapat menghasilkan pemahaman yang lebih holistik.
2.
Batasan Data dan Responden
Temuan penelitian sebagian besar bergantung pada
wawancara dan dokumentasi yang dapat diakses dari sekolah, pendidik, dan
peserta didik. Responden seperti orang tua peserta didik, perwakilan
pemerintah, atau otoritas pendidikan di Malaysia terlibat minimal, yang
mengakibatkan sudut pandang mereka tidak terwakili secara komprehensif. Selain
itu, mantan peserta didik yang tidak mencapai keberhasilan pendidikan di
tingkat perguruan tinggi tidak terwakili secara memadai dalam penelitian, yang
mengarah pada dokumentasi yang tidak memadai tentang tantangan yang mereka
hadapi.
3.
Keterbatasan Pengukuran Efektivitas
Program
Studi ini mengadopsi metodologi deskriptif yang
dominan dilengkapi dengan analisis kualitatif. Metrik kuantitatif yang
berkaitan dengan evaluasi keberhasilan program, seperti tingkat kelulusan,
kinerja akademik rata-rata peserta didik, atau proporsi peserta didik yang
memajukan pendidikan mereka di bidangnya masing-masing, belum diukur dengan
cermat. Kurangnya data longitudinal yang melacak kemajuan peserta didik dari
partisipasi program awal hingga pasca penyelesaian pendidikan tinggi merupakan
batasan yang signifikan dalam mengevaluasi efek jangka panjang dari program
ini.
4.
Kendala Adaptasi
Budaya dan Soal
Penelitian ini mengakui
adanya tantangan adaptasi budaya dan tekanan akademik yang dihadapi oleh peserta didik; Namun, penelitian
ini tidak menyelidiki secara mendalam faktor-faktor penentu spesifik yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan mereka dalam beradaptasi dalam lingkungan perguruan tinggi.
5.
Keterbatasan Analisis Dukungan Pendanaan
Pendanaan berbasis orang tua dan sekolah
diidentifikasi sebagai salah satu hambatan utama; Meskipun demikian, penelitian
gagal melakukan analisis menyeluruh tentang strategi atau mekanisme alternatif
yang bertujuan mengurangi tantangan ini. Selain itu, implikasi dari kurangnya
alokasi dana pemerintah terhadap kemanjuran program belum diteliti secara
eksplisit.
6.
Keterbatasan Pendekatan Sosialisasi
Sementara penelitian ini menyoroti tantangan yang terkait dengan sosialisasi peserta didik SMK, solusi yang diusulkan tetap agak umum tanpa
pelaksanaan uji coba konkret, sehingga membuat efektivitas pendekatan baru tidak pasti
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan implementasi terhadap konteks, input, proses,
dan produk dalam Program ADik bagi
anak pekerja migran di Sekolah Indonesia Kota
Kinabalu (SIKK), dapat disimpulkan
bahwa program ini bertujuan untuk memfasilitasi akses pendidikan tinggi bagi keturunan
pekerja migran Indonesia
(PMI) yang menghadapi kendala ekonomi
dan geografis. Program ini berupaya membantu peserta didik yang memiliki tekad dan motivasi kuat untuk mengejar pendidikan, menumbuhkan karakter positif, serta meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui pencapaian pendidikan.
Kesimpulan
pada Implementasi context bahwa
Program ADik bertujuan untuk memfasilitasi
akses pendidikan tinggi bagi keturunan
pekerja migran Indonesia
(PMI) yang terkendala secara
ekonomi dan geografis, dengan fokus pada pengembangan kompetensi kognitif, psikomotorik, dan afektif peserta didik. Program ini menerapkan prinsip keadilan distributif, memberikan kesempatan pendidikan yang adil bagi mereka yang kurang beruntung. Relevansi program tercermin dalam
kebijakan kurikulum
Merdeka, yang memungkinkan peserta
didik memilih mata pelajaran sesuai minat dan bakat. Namun, tantangan muncul terkait relevansi jurusan SMK terhadap pendidikan tinggi, di mana beberapa peserta didik mengalami
kesulitan beradaptasi dengan program studi yang dipilih.
Kesimpulan
pada Implementasi input bahwa
Program ADik melibatkan kesiapsiagaan
sumber daya manusia, alokasi anggaran, sarana, dan infrastruktur yang mendukung keberhasilan program. Panitia pengelola dianggap memadai, namun perhatian diperlukan pada beban kerja dan pembekalan
mental-emosional peserta didik untuk menghadapi tantangan pendidikan tinggi. Kendala anggaran, terutama terkait persiapan keberangkatan, memerlukan dukungan dana dari pemerintah, sementara pemahaman orang tua mengenai pentingnya
menabung untuk pendidikan
perlu ditingkatkan. Fasilitas
seperti laboratorium komputer dan akses internet memadai, namun perangkat dan fasilitas praktis di beberapa jurusan perlu peningkatan. Dukungan eksternal, terutama dari KJRI Kota Kinabalu
dan pemerintah Malaysia, sangat membantu
dalam pengelolaan administrasi
pendidikan dan izin, sesuai
dengan prinsip manajemen pelajar yang mempertimbangkan kondisi sosial dan ekonomi peserta didik.
Selanjutnya Implementasi process bahwa
Pelaksanaan sosialisasi, rekrutmen, dan bimbingan belajar
Program ADik dilakukan secara
intensif melalui media
online dan offline, meskipun kendala muncul bagi peserta
didik SMK yang terlibat
dalam PKL. Solusi yang diusulkan adalah
sosialisasi fleksibel melalui platform digital di luar
jam PKL. Guru, BK, walikelas, operator dapodik, dan petugas imigrasi SIKK berperan aktif dalam menyebarkan informasi, memotivasi, memantau kinerja akademik, dan memastikan keakuratan dokumentasi, mencerminkan prinsip manajemen pelajar yang memberdayakan peserta didik. Namun, tantangan
utama meliputi dukungan orang tua yang terbatas, kesiapan akademik yang kurang, dan kendala
keuangan sebelum pencairan beasiswa, yang mengindikasikan perlunya
bimbingan intensif, manajemen
dokumen yang lebih baik, dan bantuan keuangan awal.
Kemudian Implementasi product bahwa
Program ADik berhasil meningkatkan
akses pendidikan tinggi bagi keturunan
pekerja migran, terbukti dengan peningkatan jumlah lulusan yang melanjutkan pendidikan. Alumni memainkan peran penting dalam memberikan bimbingan dan dukungan
kepada peserta, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Meskipun demikian, tantangan muncul terkait dengan kesulitan adaptasi budaya dan tekanan akademik yang menyebabkan sebagian peserta memilih untuk kembali ke Sabah. Kurangnya
pemantauan pasca-perguruan tinggi juga menjadi kekhawatiran. Program ini dikelola dengan efisien, dengan koordinasi yang baik antara panitia, pendidik, dan alumni, meskipun kuota belum sepenuhnya terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, S. (2024). Gambaran kompetensi
sosial pada mahasiswa penerima beasiswa afirmasi pendidikan tinggi (adik) di universitas malikussaleh dan politeknik
negeri lhokseumawe skripsi
[Universitas Malukussaleh].
https://rama.unimal.ac.id/id/eprint/1668/
Agustino, L. (2016). Dasar-Dasar Kebijakan
Publik. In CV. Alfabeta. Alfabeta
Bandung.
Agostiono.
(2010). Implementasi Kebijakan
Publik Model Van Meter dan Van Horn, Jakarta:Rajawali
Press
Akhtari, M., Bau, N., Lalibert�, J.-W.
P., Angrist, J., Blair, P., Fryer, R., Hickman, B., Hoxby, C., Khwaja, A.,
Morin, L.-P., Oreopoulos, P., Reber, S., Whalley, A.,
& Yin, W. (2020). Nber Working Paper Series
Affirmative Action and Pre-College Human Capital.
https://doi.org/10.1257/app.20210807
Akib, H & Tarigan, A (2008), Artikulasi Konsep Implementasi Kebijakan: Perspektif Model dan Kriteria Pengukurannya.
Anggara,
D. (2023). Affirmation Education Program: Bridging the Gap between Inclusion
and Integration for Migrant Students. Utamax :
Journal of Ultimate Research and Trends in Education, 5(2), 114�125.
https://doi.org/10.31849/utamax.v5i2.12387
Arif Rohman. (2009). Memahami
Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Laksbang Mediatama
Arikunto,
S. (2013). Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan (Edisi 2). Bumi Aksara.
Badrudin.
(2014). Manajemen �peserta
didik . In Jurnal Isema :
Islamic Educational Management (Vol. 3, Issue 2). PT Indeks.
https://doi.org/10.15575/isema.v3i2.5009
Bandura, A., Freeman, W. H., & Lightsey, R. (1997).
Self-Efficacy: The Exercise of Control. Journal of Cognitive Psychotherapy,
1�610. https://doi.org/10.1891/0889-8391.13.2.158
Bernard, M. B. (1990). From Transactional to Transformative
Leadership: Learning to Share the Vision. Acorn, 19(3), 4�6.
BP2MI. (2024). DATA PENEMPATAN DAN PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN
INDONESIA Januari s.d. Agustus 2024.
https://bp2mi.go.id/uploads/statistik/images/data_06-09-2024_Laporan_Publikasi_Data_PMI_Januari_s.d._Agustus_2024.pdf
BPS. (2024a). Angka Partisipasi Kasar
(APK) Perguruan Tinggi (PT) Menurut
Kuintil Pengeluaran, 2024.
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTQ0NCMy/angka-partisipasi-kasar--apk--perguruan-tinggi--pt--menurut-kuintil-pengeluaran.html
BPS. (2024b). Angka Partisipasi Kasar
(APK) Perguruan Tinggi (PT) Menurut
Provinsi, 2024.
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTQ0MyMy/angka-partisipasi-kasar-apk-perguruan-tinggi-pt-menurut-provinsi.html
Byantoro,
G. A., Tri, D., Wardoyoe, W., & Khamidi, A. (2024). The Impact of Scholarships on Student
Achievement: A Mix Methods Study. 5, 1371�1378.
https://jurnaledukasia.org/index.php/edukasia/article/view/1036/659
Carol H., W. (1998). Evaluation Methods For
Studying Programs And Policies (2nd ed.). Prentice-Hall, Inc.
Daniel A., M., & Paul A., S. (1983). Implementation and
Public Policy. Scott Foresman and Company.
Daryanto, H. . (2013). Administrasi dan Manajemen Sekolah.
Rineka CIpta.
Dogopia,
N. I. (2022). Pengaruh Faktor Demografi,
Status sosial Ekonomi Orang Tua, dan Faktor Budaya Terhadap Tingkat Literasi Keuangan Mahasiswa Afirmasi Pendidikan
Tinggi (ADik) Papua di Sumatra Barat [Universitas Negeri Padang].
http://repository.unp.ac.id/42166/
Dunn, W. N. (2004). PUBLIC POLICY ANALYSIS An Introduction (3rd
ed.). Pearson Education, Inc.
Dworkin, R. (1977). Taking Rights Seriously. Gerald Duckworth
& Co Ltd.
El Nokali, N. E., Bachman, H. J.,
& Votruba-Drzal, E. (2010). Parent involvement and children�s academic and
social development in elementary school. Child Development, 81(3), 988�1005.
https://doi.org/10.1111/j.1467-8624.2010.01447.x
Esterberg, K. G. (2002). Qualitative Methods in Social Research.
Mc Graw Hill.
https://is.muni.cz/el/1423/podzim2013/GEN107/um/qualitative_methods_in_social_research.pdf
Fayol, H. (1954). General and Industrial Management (p. 110).
Sir Isaac Pitman & Sons, LTD.
https://ia904707.us.archive.org/22/items/in.ernet.dli.2015.13518/2015.13518.General-And-Industrial-Management.pdf
Fithry,
S. (2018). Evaluasi Program Afirmasi
Mahasiswa Asal Wilayah Papua di Universitas Negeri
Padang Dengan Menggunakan Model Kirkpatrick. Jurnal
Kapita Selekta Geografi.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-pelita-bangsa/metodologi-penelitian/evaluasi-program-afirmasi-mahasiswa-papua-di-unp-dengan-model-kirkpatrick/40360369
George C. Edward III. (1980). Implementing Public Policy. Congerasional Quarterly Inc.
https://doi.org/10.31439/UNISCI-86
Grolnick,
W. S., & Slowiaczek, M. L. (1994). Parents�
Involvement in Children�s Schooling: A Multidimensional Conceptualization and
Motivational Model. Child Development, 65(1), 237�252. https://doi.org/10.1111/j.1467-8624.1994.tb00747.x
Gunawan, A. H. (1996). Administrasi Sekolah. Administrasi Pendidikan Mikro. Rineka CIpta.
Heringer, R. (2024). Affirmative Action Policies in Higher
Education in Brazil: Outcomes and Future Challenges. Social Sciences, 13(3).
https://doi.org/10.3390/socsci13030132
Holzer, H. J., & Neumark, D. (2006). Affirmative action:
What do we KNOW? Journal of Policy Analysis and Management, 25(2), 463�490.
https://doi.org/10.1002/pam.20181
Imron, A. (2016). Manajemen �peserta didik �Berbasis Sekolah. In Jakarta: PT
Bumi Aksara. Bumi Aksara.
https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=MmmoEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=integritas+pelayanan+kesehatan+rekrutmen+tenaga+kesehatan&ots=H-4ysQ8nvz&sig=a3QzbPblD20ad72BJilii5eIFPA
Islami, I. H. (2019). Evaluasi Pelaksanaan Program Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi Bagi Putra Putri Daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (ADIK 3T) Dan Papua Di Universitas Negeri
Jakarta. [Universitas Negeri Jakarta]. http://repository.unj.ac.id/16519/
Istighfarin,
C. A., Imtiyaz, A. R., Felisa, A. S., Ilmi, B., Zahra, N. L., Wulandari, A.,
& Nuphanudin, N. (2023). Manajemen Hubungan Masyarakat dalam Meningkatkan
Keterserapan Lulusan. Tsaqofah, 4(1), 28�46.
https://doi.org/10.58578/tsaqofah.v4i1.2124
Kemlu
dan Kemdikbud. (2015). PENGELOLAAN DAN
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INDONESIA DI LUAR NEGERI.
LaRocque, M., Kleiman, I., & Darling, S. M. (2011). Parental
Involvement: The Missing Link in School Achievement. Preventing School Failure:
Alternative Education for Children and Youth, 55(3), 115�122.
https://doi.org/10.1080/10459880903472876
Lennox, J., Reuge, N., &
Benavides, F. (2021). UNICEF�s lessons learned from the education response to
the COVID-19 crisis and reflections on the implications for education policy.
International Journal of Educational Development, 85(April), 102429.
https://doi.org/10.1016/j.ijedudev.2021.102429
Lippert-Rasmussen, K. (2020). Making Sense of Extended
Affirmative Action: Review of Making Sense of Affirmative Action. In The
Journal of Value Inquiry (Issue June). Oxford Academic.
https://doi.org/https://doi.org/10.1093/oso/9780190648787.003.0001
Luhgiatno.
(2024). Metode penelitian manajemen
(A. S. Egim (ed.); Issue March). EUREKA MEDIA AKSAR.
Mahmudi, I. (2011). CIPP: Suatu Model Evaluasi Program Pendidikan. At-Ta�dib,
6(1). https://doi.org/10.21111/at-tadib.v6i1.551
Martini, R., Purwoko, B., Karwanto,
K., Hariyati, N., & Roesminingsih,
E. (2024). Pengaruh Manajemen Sarana Prasarana dan Kinerja Guru terhadap
Prestasi Belajar peserta didik. Journal of
Education Research, 5(3), 3396�3401. https://doi.org/10.37985/jer.v5i3.1057
McCann, G. (2024). Left Behind: Migrant Children, SDG 4 and
Pandemic Recovery. 38.
https://www.developmenteducationreview.com/sites/default/files/Issue 38 Full
Word Formatted.pdf
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (2014). Qualitative Data
Analysis. In SAGE Publications, Inc (3rd ed.). SAGE Publications, Inc.
M�hring, K., & Teney, C. (2024). Public support for
affirmative action policies favouring women and
migrants in recruitment processes: An international survey experiment. Acta Sociologica (United Kingdom), 67(2), 215�231.
https://doi.org/10.1177/00016993231163416
Mujtaba, B. G. (2023). Affirmative Action Initiatives in
Education and Employment: Its Necessity Then, Now and in the Future. Georgetown
Journal of International Affairs, 24(1), 46�54.
https://doi.org/10.1353/gia.2023.a897700
Mulyasa,
E. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah.
Konsep, Strategi dan Implementas.
Remaja Rosdakarya.
Mustari, M. (2014). Manajemen Pendidikan. Rajagrafindo
Persada.
Nasihin
S. dan Sururi. (2009). Manajemen �peserta didik �dalam
Manajemen Pendidikan. Alfabeta Bandung.
Nozick, R. (1974). Anarchy, State, and Utopia. In Basic Books.
Nursalim,
M. (2014). Strategi & Intervensi Konseling. Akademia Permata.,
1�189.
Nursalim,
M. (2022). Implikasi kebijakan
merdeka belajar bagi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Prosiding Seminar & Lokakarya
Nasional Bimbingan Dan Konseling 2022, 1(1), 19�25.
https://ojs.abkinjatim.org/index.php/ojspdabkin/article/view/141
Nussbaum, M. C. (1947). Creating Capabilities The
Human Development Approach Copyright (Vol. 53, Issue 9). United States of
America Library of Congress Cataloging- in- Publication Data.
Ohee,
J. D. . (2021). Hubungan Kualitas Relasi Mahasiswa - Dosen Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Program Afirmasi
Pendidikan Tinggi (ADik) Di Universitas Sebelas Maret
Surakarta [Universitas Negeri Surakarta].
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/97500/Hubungan-Kualitas-Relasi-Mahasiswa-Dosen-Dengan-Motivasi-Belajar-pada-Mahasiswa-Program-Afirmasi-Pendidikan-Tinggi-Adik-di-Universitas-Sebelas-Maret-Surakarta
Peilouw,
F. J., & Nursalim, M. (2013). Hubungan
Antara Pengambilan Keputusan Dengan
Kematangan Emosi Dan Self-Efficacy Pada Remaja. Jurnal Psikologi
Pendidikan Dan Bimbingan, 1�6.
Peter Fh, R., & Lipsey, M. V.
(2004). Evaluation A Systematic Approach (7th ed.). SAGE Publications, Inc.
Pinheiro, D. C., Pereira, R. D., & Xavier, W. S. (2021). The
Impacts of Quota in Higher Education: a Balance of
Quota Students in the State Universities. Revista
Brasileira de Educacao, 26, 1�30.
https://doi.org/10.1590/S1413-24782021260020
Pramudya,
Y. H. (2023). Evaluasi Program Beasiswa
Afirmasi Pendidikan Tinggi bagi
Putra Daerah Papua & Papua Barat : Studi
Kasus Pembimbingan Mahasiswa
Afirmasi pada Kampus Undip , Unnes , Polines Tahun 2023 [Universitas Diponegoro].
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpgs/article/view/41484
Purwanto, E. A., & Dyah Ratih, S.
(2012). Implementasi Kebijakan
Publik: Konsep dan Aplikasinya
di Indonesia. Gava Media.
Purwanto, N. (1998). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Remaja Rosdakarya.
Puslapdik.
(2024). Upaya Meningkatkan APK Pendidikan Tinggi.
https://puslapdik.kemdikbud.go.id/upaya-meningkatkan-apk-pendidikan-tinggi/
Rahayu, N. S., Lestari, G. D., Sekolah,
P. L., Surabaya, U. N., Asuh, P., & Lestari, G.
D. (2023). Hubungan Penyelenggaraan
Program Parenting Dengan Kemampuan
Pengasuhan Orang tua Pada
Anak Usia Dini. 7(2), 313�320.
https://doi.org/10.29313/ga:jpaud.v7i1.12364
Randall, B. R., & Franklin, G. A. (1986). Policy
Implementation and Bureaucracy (Second edi). the
Dorsey Press.
Rawls, J. (1971). A theory of justice? In Theory and Decision
(Vol. 4, Issues 3�4). the belknap press of harvard university press cambridge.
https://doi.org/10.1007/BF00136652
Rifa�i, M. (2018). Manajemen �peserta didik �(Pengelolaan �peserta didik �Untuk Efektivitas Pembelajaran. In CV. Widya Puspita. CV. Widya Puspita. http://repository.uinsu.ac.id/6063/1/Manajemen �peserta didik .pdf
Rifka Noor Annisa, & Moh Nizar. (2022). The Indonesian
Government�s Diplomacy in Fulfiling the Education Rights of the Children of
Indonesian Migrant Workers in Tawau Sabah Malaysia. Journal of Paradiplomacy and City Networks, 1(1), 39�53.
https://doi.org/10.18196/jpcn.v1i1.1
Rivai,
A. B. (2015). Kebijakan Afirmasi
Pendidikan Tinggi Untuk Papua. CosmoGov, 1(2), 266.
https://doi.org/10.24198/cosmogov.v1i2.11838
Robbins & Coulter. (2012). Management. In Suparyanto dan Rosad (2015 (11th ed., Vol. 5, Issue 3). Pearson Education,
Inc.
Robert C. Bogdan & Sari Knopp Biklen. (2007). Qualitative
Research for Education An Introduction to Theory and
Methods (5th ed.). Pearson Education, Inc.
Rohman, A. (2009). Memahami pendidikan & ilmu pendidikan. LaksBang Mediatama.
Royse, D. D., Thyer, B. A., & Padgett, D. (2015). Program Evaluation : An introduction to an Evidence-Based
Approach (6th ed.). Cengage Learning.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana Prenada
Media Group.
Santoso, N. E., & Ambarwati, S.
(2020). Implementasi Planning, Organizing, Actuating,
Dan Controlling Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADem) peserta didik Papua dan Papua
Barat di SMK Negeri 2 Jember. Prosiding National Simposium & Conference Ahlimedia,
1(1), 104�121. https://doi.org/10.47387/nasca.v1i1.23
Scriven, M. (1991). Evaluation Thesaurus. In SAGE Publications,
Inc (3rd ed., Vol. 22). SAGE Publications, Inc.
Sen, A. (1992). Inequality Re-examined. In The Philosophical
Quarterly (Vol. 45, Issue 181). Oxford University Press Inc.
https://doi.org/10.2307/2220331
Setyaningsih,
I., Karwanto, K., Murtadlo,
M., Hariyati, N., & Khamidi,
A. (2024). Pengaruh Kompetensi
Tenaga Administrasi Sekolah
dan Budaya Sekolah terhadap Layanan Sekolah. Journal of Education Research, 5(3), 2649�2654.
https://doi.org/10.37985/jer.v5i3.1053
SIKK, T. M. (2023). LAPORAN AKHIR TUGAS SILN KOTA KINABALU.
September 2019.
Solichin,
A. W. (1991). Analisis Kebijaksanaan.
Bumi Aksara.
Sowell, T. (2004). Affirmative action around the world : an empirical study. In Analytical Biochemistry
(Vol. 11, Issue 1). United States of America by R. R. Donnelley & Sons.
Stufflebeam, D.L. & Zhang, G. (2017). The CIPP Evaluation
Model How to Evaluate for Improvement and Accountability. The Guilford Press.
Sugiyono.
(2022). Metode Penelitian Kualitatif (Untuk
Penelitian Yang Bersifat: Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif Dan
Konstruktif). Alfabeta
Bandung.
Suryosubroto,
B. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Rineka CIpta.
Sutisna,
O. (1989). Administrasi Pendidikan Dasar Teoretis Untuk Praktek Profesional. Angkasa.
Syafarudin
dan Nurmawati. (2011). Buku
Pengelolaan Pendidikan. Perdana Publishing.
http://repository.uinsu.ac.id/1329/1/buku pengelolaan
pendidikan.pdf
Talya. (2021). Faktor � Faktor Yang Mempengaruhi
Prestasi Mahasiswa Penerima Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) TKI Malaysia. Universitas
Jenderal Sudirman.
Tempo. (2024). Retno Marsudi Temui 150
Anak-anak Pekerja Migran Indonesia di Malaysia.
https://www.tempo.co/internasional/retno-marsudi-temui-150-anak-anak-pekerja-migran-indonesia-di-malaysia--43478
Tim Dosen Adpen UPI. (2008). Manajemen
Pendidikan. Alfabeta Bandung.
United Nation. (2020). Policy Brief: Education during COVID-19
and beyond. In United Nation.
Walzer, M. (1983). SPHERES OF JUSTICE. Basic Books, Inc.
Warikoo, N., & Allen, U. (2019). A solution to multiple
problems: the origins of affirmative action in higher education around the
world. Studies in Higher Education, 45(12), 2398�2412.
https://doi.org/10.1080/03075079.2019.1612352
Widayanti,
R. S. (2021). Manajemen Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) Papua-Papua Barat dan Repatriasi Pada Sekolah Mitra di Daerah Istimewa Yogyakarta. Media
Manajemen Pendidikan, 4(2), 290�310. https://doi.org/10.30738/mmp.v4i2.10039
Winarno,
B. (2014). Kebijakan Publik Teori, Proses dan Studi
Kasus. Media Pressindo.
Winaryati,
E., Munsarif, M., Mardiana,
& Suwahono. (2021). Model-model evaluasi aplikasi dan kombinasinya. In Penerbit KBM
Indonesia (Vol. 1, Issue 69). Penerbit KBM Indonesia.
http://repository.unimus.ac.id/5141/1/E-Book Model-Model Evaluasi%2C Aplikasi dan Kombinasinya - Dr.
Eny Winaryati%2C M.Pd.%282%29.pdf
Wulan, T. R., Muslihudin, Wijayanti, S., & Santoso, J. (2023). Model Perlindungan Anak-Anak Pekerja Migran Di Malaysia. Prosiding Konferensi Nasional Sosiologi
(PKNS), 1(1), 472�476.
https://www.pkns.portalapssi.id/index.php/pkns/article/view/76
Yin, R. K. (2018). Case study research and applications: Design
and methods. In Journal of Hospitality & Tourism Research (6th ed., Vol.
53, Issue 5). SAGE Publications, Inc.
Yulianingsih,
W., Lestari, G. D., Soedjarwo, S., Widyaswari, M., & Budiani, M.
S. (2022). Self-Management Strategies Bagi Santri Di Sma Tebuireng Jombang.
Community Development Journal : Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 2(3), 1087�1095. https://doi.org/10.31004/cdj.v2i3.2842