PEMBERDAYAAN SANTRI BERBASIS KEWIRAUSAHAAN GUNA MENINGKATKAN PERILAKU BERWIRAUSAHA PARA SANTRIWATI TINGKAT SMP-SMA DI PONDOK PESANTREN LA TANSA LEBAK BANTEN

 

Asyifa Ervira Masri1, Ila Rosmilawati2, Herlina Siregar3

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Indonesia

[email protected]

 

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Kata Kunci: kewirausahaan; prilaku berwirausaha; santriwati.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keywords: entrepreneurship; entrepreneurial behavior; female students.

Salah satu tantangan terbesar yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia hingga saat ini adalah masalah pembangunan ekonomi. tujuan dari penelitian tersebut adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan santri berbasis kewirausahaan dalam mendorong perilaku kewirausahaan para santriwati tingkat SMP-SMA di Pondok Pesantren La Tansa, Lebak, Banten. 2. Untuk mengetahui bagaimana motivasi santri dalam mengikuti program kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa, Lebak, Banten. 3. Untuk mengetahui bagaimana perilaku kewirausahaan santriwati di Pondok Pesantren La Tansa, Lebak, Banten. Metode penelitian merupakan serangkaian kegiatan dalam mencari kebenaran suatu studi penelitian, yang diawali dengan suatu pemikiran yang membentuk rumusan masalah sehingga menimbulkan hipotesis awal, dengan dibantu dan persepsi penelitian terdahulu, sehingga penelitian bisa diolah dan dianalisis yang akhirnya membentuk suatu kesimpulan. Kemampuan kepemimpinan juga berkembang melalui kerja tim dan koordinasi, sementara orientasi pada tugas dan hasil tercermin dalam komitmen mereka untuk mencapai target usaha. Secara keseluruhan, perilaku kewirausahaan ini menunjukkan bahwa program yang dijalankan berhasil membentuk santriwati yang percaya diri, kreatif, berani, disiplin, dan berjiwa pemimpin, siap menghadapi tantangan dunia usaha

 

 

ABSTRACT

One of the biggest challenges still faced by the Indonesian nation today is the problem of economic development. The objectives of the study are: 1. To find out how empowerment of students based on entrepreneurship in encouraging entrepreneurial behavior of junior high and senior high school students at the La Tansa Islamic Boarding School, Lebak, Banten. 2. To find out how motivated students are in participating in the entrepreneurship program at the La Tansa Islamic Boarding School, Lebak, Banten. 3. To find out how entrepreneurial behavior of students at the La Tansa Islamic Boarding School, Lebak, Banten. The research method is a series of activities in seeking the truth of a research study, which begins with a thought that forms a problem formulation so that it gives rise to an initial hypothesis, assisted by and perception of previous research, so that the research can be processed and analyzed which finally forms a conclusion. Leadership skills also develop through teamwork and coordination, while orientation to tasks and results is reflected in their commitment to achieving business targets. Overall, this entrepreneurial behavior shows that the program being run has succeeded in forming students who are confident, creative, brave, disciplined, and have a leadership spirit, ready to face the challenges of the business world.

 

 

 

PENDAHULUAN

Salah satu tantangan terbesar yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia hingga saat ini adalah masalah pembangunan ekonomi. Meskipun pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi, namun Indonesia menghadapi masalah yang kompleks dalam hal ini, terutama terkait dengan kesenjangan ekonomi di berbagai sektor. Kendala ini muncul karena pembangunan ekonomi tidak efektif dalam memanfaatkan potensi ekonomi masyarakat, termasuk angkatan kerja, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.

Beberapa masalah ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia meliputi ketidakseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja yang merata. Meskipun jumlah penduduk yang produktif di Indonesia cukup besar, namun peluang usaha dan investasi tidak berkembang seiring dengan hal tersebut. Selain itu, kurangnya kualifikasi sumber daya manusia juga menjadi hambatan dalam mendukung peluang investasi. Akibatnya, terjadi kesenjangan antara permintaan lapangan kerja dan kesempatan yang diberikan oleh pelaku usaha kepada angkatan kerja, yang pada akhirnya meningkatkan tingkat pengangguran.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada bulan November 2023. Pada Agustus 2023 jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 7,86 juta orang, setara 5,32% dari total angkatan kerja nasional. Jika dirinci per provinsi, tingkat pengangguran tertinggi berada di Banten, yakni 7,52%. sedangkan Pemerintah Indonesia telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 sebesar 5,2% Jika diasumsikan setiap 1% pertumbuhan ekonomi menghasilkan 265.000 lapangan kerja baru, berarti dengan pertumbuhan ekonomi 5,2% negara ini hanya bisa menambah jumlah lapangan kerja untuk 1.378.000 orang saja. Ini berarti masih kekurangan 6.482.000 lapangan kerja.

Telah diketahui umum bahwa dalam hal pendidikan kewirausahaan, Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara lain yang telah menerapkan pendidikan semacam itu puluhan tahun yang lalu. Meskipun begitu, kita bisa bersyukur karena saat ini telah ada sekolah- sekolah dan lembaga-lembaga yang berorientasi pada pembentukan peserta didik menjadi pengusaha unggul setelah menyelesaikan pendidikan mereka. Lembaga-lembaga ini tidak hanya fokus pada pengembangan keterampilan bisnis, tetapi juga memberikan pengetahuan dan wawasan yang komprehensif tentang ekonomi, manajemen, dan inovasi. Dengan demikian, para lulusan memiliki pondasi yang kokoh untuk memulai dan mengelola usaha mereka sendiri dengan sukses.

Di samping itu, upaya pemerintah dan sektor swasta untuk memperluas akses terhadap pendidikan kewirausahaan juga semakin intensif. Berbagai program pelatihan dan bimbingan diselenggarakan secara rutin, baik di tingkat lokal maupun nasional, untuk mendukung calon pengusaha dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Selain itu, tersedia pula berbagai sumber daya dan fasilitas pendukung, seperti akses modal, mentoring, dan jaringan bisnis, yang membantu para calon pengusaha dalam memulai dan menjalankan usaha mereka dengan lebih lancar dan efektif.

Namun, tantangan yang masih dihadapi adalah memastikan bahwa pendidikan kewirausahaan tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan teoritis, tetapi juga mendorong praktik dan implementasi langsung dalam dunia nyata. Oleh karena itu, kolaborasi antara institusi pendidikan, pemerintah, dan sektor bisnis menjadi kunci dalam memastikan efektivitas dan relevansi dari program-program pendidikan kewirausahaan. Dengan terus meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan kewirausahaan, diharapkan Indonesia dapat menghasilkan generasi pengusaha yang berdaya saing tinggi dan mampu berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan masyarakat.

Salah satu lembaga yang memperhatikan kewirausahaan adalah pondok pesantren. Orientasi pesantren telah bergeser dari mendukung perjuangan politik pada masa penjajahan menjadi lebih fokus pada aspek ekonomi dalam era pembangunan saat ini. Pondok pesantren, meskipun sering kali dipandang dengan berbagai harapan dan reputasi yang melekat padanya, pada dasarnya memiliki tiga fungsi inti yang terus dijalankan, yaitu: Pertama, sebagai pusat pembinaan pemikir-pemikir agama yang unggul (Center of Excellence). Dalam fungsi ini, pondok pesantren berperan sebagai tempat di mana para ulama dan cendekiawan agama mengembangkan pemikiran keislaman yang berkualitas dan relevan dengan zaman. Para santriwati diberi pendidikan agama yang mendalam dan diperkenalkan pada tradisi-tradisi keilmuan yang kaya, sehingga mereka menjadi tokoh agama yang mampu memberikan arahan dan solusi terhadap berbagai permasalahan keagamaan dan sosial di masyarakat.

Kedua, sebagai lembaga pendidikan yang menghasilkan sumber daya manusia berkualitas (Human Resource). Selain mendalami ilmu agama, santriwati juga diberi pendidikan formal dan non-formal yang mencakup berbagai disiplin ilmu, seperti matematika, sains, bahasa, dan seni budaya. Melalui pendidikan yang holistik ini, pondok pesantren berupaya mencetak individu yang cerdas, terampil, dan memiliki karakter yang kuat. Para alumni pondok pesantren seringkali menjadi pemimpin dan tokoh masyarakat yang berkontribusi dalam berbagai bidang, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Ketiga, sebagai lembaga yang memiliki kapasitas untuk memberdayakan masyarakat secara luas (Agent of Development). Melalui program-program pengabdian kepada masyarakat, seperti pemberian bantuan sosial, pembinaan ekonomi, dan penguatan kelembagaan, pondok pesantren berperan aktif dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitarnya. Para santri diajarkan untuk peduli dan berempati terhadap kebutuhan masyarakat serta berperan sebagai agen perubahan yang membawa dampak positif bagi lingkungan sekitar. Dengan demikian, pondok pesantren bukan hanya menjadi tempat pendidikan, tetapi juga menjadi penggerak dalam pembangunan masyarakat yang berkelanjutan. Salah satu program yang dapat di laksanakan pada pondok pesantren yaitu dengan adanya program pendidikan kewirausahaan santri.

Salah satu pondok pesantren yang mengembangkan sikap kemandirian dengan cukup menonjol adalah Pondok Pesantren La Tansa, sebuah institusi pendidikan agama di Indonesia, menonjolkan dirinya sebagai pusat pembinaan akademik, non akademik dan spiritual bagi para santriwatinya terlebih lagi bagi mereka yang berada di tingkat SMP-SMA. Salah satu program unggulannya adalah pengembangan kewirausahaan di kalangan santriwati atau biasa disebut dengan Kegiatan keputrian. Program yang disebutkan di atas terfokus pada pengembangan kewirausahaan di kalangan santriwati dari tingkat SMP-SMA di Pondok Pesantren La Tansa. Faktor-faktor seperti motivasi santri, ketersediaan fasilitas, program pendidikan, dan latar belakang santri memiliki peran penting dalam memengaruhi partisipasi santriwati dalam kegiatan kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa. Motivasi individu terhadap kegiatan kewirausahaan memainkan peran utama dalam menentukan tingkat keterlibatan mereka. Selain itu, ketersediaan fasilitas yang mendukung, seperti ruang belajar yang nyaman dan perlengkapan yang memadai, juga menjadi faktor penentu dalam memotivasi santriwati untuk aktif dalam kegiatan tersebut. Program pendidikan yang berorientasi pada pengembangan kewirausahaan memberikan dorongan tambahan bagi para santriwati untuk terlibat dalam kegiatan keputrian. Selain itu, latar belakang sosial, budaya, dan pendidikan santri juga memengaruhi motivasi dan partisipasi mereka dalam kegiatan tersebut. Melalui kombinasi faktor-faktor ini, Pondok Pesantren La Tansa berhasil menggalang partisipasi aktif santriwati dalam kegiatan keputrian sebagai bagian dari upayanya untuk mengembangkan sikap kemandirian dan kewirausahaan di kalangan generasi muda Muslimah.

Melalui pembelajaran yang berorientasi pada kemandirian dan kreativitas, La Tansa memberikan pelatihan dan pembinaan dalam berbagai aspek kewirausahaan, program ini diperuntukan bagi santriwati dari tingkat SMP-SMA saja, seperti adanya pelatihan memasak, pelatihan membuat kue basah, merajut, menjahit, kelas makeup dll. Hal ini menunjukkan bahwa Pondok Pesantren La Tansa memfokuskan upayanya pada pengembangan sikap kewirausahaan di kalangan remaja perempuan dalam rentang usia tersebut. Di sisi lain, kegiatan ekstrakurikuler bagi santri putra difokuskan pada pramuka. Pendekatan ini memungkinkan kedua kelompok santri untuk mengembangkan motivasi, bakat, dan keterampilan mereka sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki masing-masing, sehingga secara holistik, La Tansa dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam pembangunan karakter dan keterampilan generasi muda.

Masalah-masalah seperti materi yang monoton, alat-alat yang kurang lengkap, dan ukuran tempat praktek yang sempit di Pondok Pesantren La Tansa dapat menghambat efektivitas program kewirausahaan yang ditawarkan kepada para santriwati. Materi yang monoton dapat mengurangi motivasi dan keterlibatan para santriwati dalam program kewirausahaan, karena kurangnya variasi dalam pengolahan produk dapat membuat pembelajaran menjadi membosankan dan kurang menarik. Alat- alat yang kurang lengkap juga dapat menghambat kemampuan para santriwati untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam bisnis, karena kurangnya peralatan yang memadai dapat membuat latihan atau simulasi menjadi kurang efektif. Selain itu, ukuran tempat praktek yang sempit juga menjadi kendala dalam memberikan pengalaman praktis yang memadai bagi para santriwati, karena ruang yang terbatas dapat membuat

mereka kesulitan untuk benar-benar merasakan situasi yang mungkin mereka hadapi ketika menjalankan bisnis mereka sendiri di masa depan.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas dan variasi materi pembelajaran, menyediakan alat- alat yang lebih lengkap dan berkualitas, serta memperluas ruang praktek agar dapat menampung kegiatan kewirausahaan dengan lebih baik. Dengan demikian, program kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa dapat lebih efektif dalam membantu para santriwati untuk menerapkan nilai-nilai agama dalam praktik kehidupan sehari-hari mereka dan menjadi pengusaha yang tidak hanya sukses secara materi, tetapi juga bertanggung jawab secara moral dan sosial.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan membawa topik ini ke dalam sebuah penelitian untuk mengetahui bagaimana konsep Pendidikan kewirausahaan yang dikembangkan di pondok pesantren, bagaimana proses pemberdayaan santriwati melalui pendidikan kewirausahaan, serta ingin mengetahui bagaimana perilaku kewirausahaan para santriwati di Pondok Pesantren La Tansa.

Dari rumusan masalah yang akan dijadikan pokok penelitian, maka tujuan dari penelitian tersebut adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan santri berbasis kewirausahaan dalam mendorong perilaku kewirausahaan para santriwati tingkat SMP-SMA di Pondok Pesantren La Tansa, Lebak, Banten. 2. Untuk mengetahui bagaimana motivasi santri dalam mengikuti program kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa, Lebak, Banten. 3. Untuk mengetahui bagaimana perilaku kewirausahaan santriwati di Pondok Pesantren La Tansa, Lebak, Banten

 

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan serangkaian kegiatan dalam mencari kebenaran suatu studi penelitian, yang diawali dengan suatu pemikiran yang membentuk rumusan masalah sehingga menimbulkan hipotesis awal, dengan dibantu dan persepsi penelitian terdahulu, sehingga penelitian bisa diolah dan dianalisis yang akhirnya membentuk suatu kesimpulan. Menurut (Diasti, 2021: 61-68) Metode Penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk mendapatkan kembali pemecahan terhadap segala permasalahan yang diajukan. Sedangkan menurut Priyono yang dikutip dalam (Diasti, 2021: 61-68) menyebutkan bahwa metode Penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.

Secara umum pengertian metode penelitian dapat diartikan sebagai cara untuk memperoleh data yang dapat digunakan dalam penelitian tertentu. Selain itu metode penelitian digunakan untuk mendapatkan pengetahuan dan data secara ilmiah. (Diasti, 2021: 61-68) menyatakan bahwa, cara ilmiah merupakan kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris merupakan cara-cara yang dilakukan untuk dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara- cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam sebuah penelitian dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh melalui sebuah penelitian haruslah merupakan data yang bersifat rasional, empiris (teramati) dan sistematis serta memiliki kriteria tertentu yaitu valid. Jika data yang diperoleh bersifat valid maka menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti (Sugiyono, 2016).

Pada Penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif yang dimaksud adalah sebuah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan suatu gejala, fenomena, maupun suatu peristiwa yang terjadi pada saat peneliti berupaya melihat peristiwa yang menarik perhatian untuk kemudian digambarkan secara menyeluruh sebagaimana mestinya. Metode penelitian ini secara umum digunakan untuk mendapatkan data secara ilmiah serta dapat mengungkap apa saja yang menjadi permasalahan di lapangan. Peneliti memilih pendekatan kualitatif dan metode deskriptif karena ingin memahami secara mendalam bagaimana program kewirausahaan diterapkan di Pondok Pesantren La Tansa, Lebak, Banten.

Dengan pendekatan kualitatif, peneliti bisa menggali cerita, pengalaman, dan motivasi santriwati dalam berwirausaha secara langsung, yang seringkali tidak bisa diungkapkan oleh angka-angka. Metode deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana program ini berjalan, bagaimana perilaku kewirausahaan para santri, dan apa yang mendorong mereka untuk ikut serta. Ini membantu peneliti memberikan informasi yang berguna dan mendetail, yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan mengembangkan program kewirausahaan di masa depan

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pelaksanaan Pemberdayaan Santri di Pondok Pesantren La Tansa

Pemberdayaan santri di Pondok Pesantren La Tansa, Lebak, Banten, berjalan dengan memadukan nilai-nilai agama dan keterampilan kewirausahaan. Santri tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga dibekali kemampuan praktis untuk berwirausaha melalui program- program seperti pelatihan memasak, usaha kuliner, hingga manajemen usaha kecil. Program ini menjadi bagian dari upaya pondok pesantren untuk mengintegrasikan pendidikan agama dengan pengembangan keterampilan kewirausahaan, guna mendorong kemandirian ekonomi para santriwati setelah mereka lulus dari pendidikan formal. Program kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa menitik beratkan pada pembentukan sikap dan perilaku kewirausahaan di kalangan santriwati melalui berbagai pelatihan keterampilan khususnya memasak.

Tujuannya program ini adalah untuk membekali santriwati dengan keterampilan praktis yang dapat digunakan dalam membangun usaha mandiri di masa depan, sekaligus memperkenalkan mereka pada dunia usaha. Fokus pengembangan kewirausahaan ini merupakan respons terhadap kebutuhan untuk menciptakan kemandirian ekonomi di kalangan generasi muda, khususnya di lingkungan pondok pesantren yang kerap dianggap hanya sebagai lembaga pendidikan agama. Program ini diharapkan dapat membantu para santriwati menjadi mandiri secara ekonomi setelah lulus dan mampu berperan aktif serta memberikan kontribusi positif dalam masyarakat melalui usaha yang mereka kembangkan.

Lingkungan pondok mendukung kemandirian santri dengan memberikan kesempatan untuk mengelola usaha secara langsung, seperti bazar maupun unit usaha lain yang dibimbing oleh pengasuh. Motivasi santri untuk terlibat aktif dalam kegiatan wirausaha cukup tinggi karena mereka diarahkan untuk memiliki mental wirausaha dan keterampilan praktis yang dapat berguna setelah lulus. Namun, di lapangan masih terdapat tantangan dalam hal keterbatasan fasilitas dan akses pemasaran, sehingga perlu upaya lebih lanjut dalam mengembangkan jaringan usaha dan meningkatkan kapasitas manajerial para santri.

Untuk memahami lebih lanjut, pada bagian berikutnya akan dijelaskan mengenai pelaksanaan pemberdayaan santriwati di Pondok Pesantren La Tansa. Pelaksanaan ini mencakup tahapan-tahapan pemberdayaan yang terdiri dari penyadaran, yakni meningkatkan pemahaman santriwati tentang pentingnya kewirausahaan; pengkapasitasan, yaitu membekali mereka dengan keterampilan praktis terkait kewirausahaan; serta pendayaan, di mana santriwati diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan keterampilan tersebut melalui kegiatan kewirausahaan yang nyata. Penjelasan ini akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai proses yang dilakukan untuk mempersiapkan santriwati menjadi individu yang mandiri secara ekonomi dan siap berkontribusi di masyarakat.

 

Motivasi Santri dalam mengikuti program kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa

Motivasi kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa bertujuan untuk menciptakan santriwati yang tidak hanya memiliki kecakapan intelektual dan spiritual, tetapi juga mandiri secara ekonomi dan siap bersaing di dunia kerja. Program kewirausahaan ini didasari oleh visi pondok untuk mengurangi ketergantungan santriwati pada pekerjaan formal dengan memberikan bekal keterampilan berusaha sejak dini. Di era modern yang kompetitif, pondok menyadari bahwa kemampuan berwirausaha menjadi salah satu kunci untuk menghadapi perubahan dan ketidakpastian ekonomi. Oleh karena itu, santriwati didorong untuk melihat kewirausahaan sebagai jalan alternatif yang memungkinkan mereka menciptakan peluang, bukan sekadar mencari pekerjaan.

Motivasi yang ditanamkan melalui program ini tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga pada pembentukan mentalitas wirausaha, seperti kreativitas, kepemimpinan, keberanian mengambil risiko, dan ketekunan. Dengan keterlibatan dalam berbagai kegiatan kewirausahaan, seperti bazar dan pengelolaan Latansa Mart, santriwati belajar langsung tentang pentingnya inovasi dan pengambilan keputusan dalam usaha. Selain itu, program ini juga mengembangkan sikap tanggung jawab sosial, di mana santriwati diajarkan untuk tidak hanya berusaha untuk kepentingan pribadi, tetapi juga berkontribusi dalam memperkuat perekonomian komunitas dan masyarakat sekitar.

Lebih dari sekadar keterampilan teknis, motivasi kewirausahaan di La Tansa berfokus pada pembentukan pola pikir yang adaptif dan proaktif. Santriwati dilatih untuk menjadi individu yang mampu menghadapi tantangan dengan solusi kreatif dan terus belajar dari setiap pengalaman. Pembinaan ini memberikan pemahaman bahwa kesuksesan tidak datang secara instan, melainkan melalui proses kerja keras, kesabaran, dan inovasi berkelanjutan. Dengan demikian, motivasi kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa bertujuan untuk mempersiapkan santriwati menjadi pribadi yang tidak hanya siap menghadapi masa depan, tetapi juga berperan aktif sebagai agen perubahan dalam masyarakat.

 

Perilaku Kewirausahaan Santriwati di Pondok Pesantren La Tansa

Perilaku kewirausahaan santriwati di Pondok Pesantren La Tansa tercermin dalam sikap proaktif, kreatif, dan mandiri yang mereka tunjukkan dalam menjalankan berbagai aktivitas usaha. Melalui keterlibatan dalam program-program kewirausahaan, seperti bazar dan pengelolaan Latansa Mart, santriwati belajar mengidentifikasi peluang usaha dan mengembangkan ide-ide usaha yang inovatif. Mereka juga menunjukkan keberanian dalam mengambil risiko, misalnya dengan mencoba strategi pemasaran baru atau bereksperimen dengan produk yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Selain itu, disiplin dan komitmen tinggi terlihat dalam kemampuan mereka mengelola waktu antara kegiatan akademik, spiritual, dan usaha.

Santriwati juga memperlihatkan perilaku kepemimpinan dengan bekerja dalam tim dan berperan aktif dalam pengambilan keputusan usaha. Di setiap proyek usaha, mereka belajar menyusun perencanaan, mengatur pembagian tugas, dan memastikan operasional berjalan lancar. Sikap pantang menyerah dan fleksibilitas dalam menghadapi kendala menjadi bagian penting dari perilaku kewirausahaan yang terbentuk, terutama ketika mereka harus mencari solusi terhadap masalah yang muncul di lapangan. Tidak hanya fokus pada keuntungan pribadi, santriwati juga diajarkan untuk memiliki rasa tanggung jawab sosial, yakni berkontribusi dalam kegiatan ekonomi komunitas serta berbagi manfaat dengan lingkungan sekitar.

Perilaku kewirausahaan ini menjadi bukti bahwa program di La Tansa berhasil membentuk mentalitas santriwati untuk menjadi wirausahawan muda yang kompeten. Dengan pembiasaan perilaku seperti inovasi, ketekunan, dan kepemimpinan, santriwati diharapkan mampu membawa perubahan positif bagi diri mereka sendiri, pondok, dan masyarakat, baik selama di pesantren maupun setelah lulus.

 

Pembahasan

Pelaksanaan Pemberdayaan Santriwati Berbasis Kewirausahaan dalam Mendorong Perilaku Kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa

Pemberdayaan santriwati di Pondok Pesantren La Tansa, Lebak, Banten berbasis kewirausahaan dilakukan melalui berbagai upaya yang sistematis dan terstruktur. Program kewirausahaan di pondok ini mencakup beberapa aspek penting yang membantu mendorong perilaku kewirausahaan santriwati tingkat SMP-SMA. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pemberdayaan ini mencakup tiga fase utama: penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan. Hal ini sejalan dengan pandangan (Suwarto & Lestari, 2020), yang menyatakan bahwa pemberdayaan adalah "proses menjadi" dan bukan sekadar "proses praktis." Sebagai sebuah proses, pemberdayaan tentu melalui beberapa tahap, yaitu penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan.

Pihak Pondok Pesantren La Tansa memberikan perhatian khusus untuk membantu santriwati menyadari potensi dan kemampuan mereka

dalam berwirausaha. Berdasarkan pemaparan hasil wawancara diatas, pihak pondok memberikan motivasi awal tentang pentingnya kewirausahaan sebagai bagian dari bekal masa depan. Santriwati diajak untuk menyadari bahwa memiliki kemampuan usaha tidak hanya membuka peluang ekonomi, tetapi juga melatih kemandirian dan kepercayaan diri. Dalam kegiatan sehari-hari, santriwati dihadapkan pada situasi di mana mereka harus mengidentifikasi peluang usaha dan membuat rencana untuk memanfaatkannya, yang merupakan langkah awal dalam membangun mental kewirausahaan.

Program kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa tidak hanya berhenti pada penyadaran, tetapi juga fokus pada peningkatan kapasitas santriwati melalui berbagai pelatihan dan bimbingan. Observasi menunjukkan bahwa santriwati dilibatkan secara aktif dalam kegiatan praktek usaha, simulasi, dan pelatihan kewirausahaan. Dalam pelatihan tersebut, santriwati diajari keterampilan praktis seperti negosiasi, pemasaran, dan manajemen keuangan. Hal ini juga tercermin dalam keterampilan santriwati saat melayani pelanggan dan menangani keluhan, yang menunjukkan bahwa program ini berhasil meningkatkan kapasitas mereka dalam menghadapi tantangan nyata dalam usaha.

Aspek terakhir dari pemberdayaan santriwati adalah pendayaan, yang berarti memberikan santriwati tanggung jawab penuh untuk menjalankan usaha mereka sendiri dengan bimbingan minimal dari pihak pondok. Berdasarkan hasil observasi, santriwati di Pondok Pesantren La Tansa telah menunjukkan inisiatif dalam mengembangkan ide-ide usaha baru, menyusun rencana usaha, dan melaksanakan kegiatan usaha secara mandiri. Keberanian mereka dalam mengambil risiko, kreativitas dalam menciptakan produk baru, serta kemampuan kepemimpinan dalam mengelola tim, merupakan hasil dari program pendayaan ini. Kegiatan pendayaan ini tidak hanya memperkaya wawasan teoritis para santri, tetapi juga memperkuat keterampilan praktis dalam lingkungan usaha yang nyata. Dengan berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan bazar dan Latansa Mart, santriwati juga belajar mengidentifikasi peluang usaha,

mengembangkan kreativiras dan menyusun strategi untuk menghadapi tantang dalam usaha.

Secara keseluruhan, pemberdayaan berbasis kewirausahaan ini berhasil menciptakan santriwati yang lebih mandiri, percaya diri, dan mampu bersikap proaktif dalam menghadapi tantangan di dunia usaha. Hal ini terlihat dari berbagai inovasi yang mereka kembangkan serta keberanian mereka dalam mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru meskipun dihadapkan pada kemungkinan kegagalan. Sejalan dengan jurnal yang disusun oleh Nai�mah bahwa jenis-jenis aktivitas pemberdayaan kewirausahaan yang di kelola dan kembangkan oleh pesantren disesuaikan dengan keadaan lingkungan pesantren, sarana prasarana, dan kemampuan yang dimiliki pesantren (Rahman et al., 2020).

 

Motivasi Santriwati dalam Mengikuti Program Kewirausahaan

Motivasi santriwati dalam mengikuti program kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling mendukung. Pondok Pesantren La Tansa memberikan dampak positif yang signifikan bagi santriwati dalam mengembangkan keterampilan kewirausahaan serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dunia kerja. Motivasi mereka untuk terlibat dalam program ini berlandaskan pada beberapa faktor, termasuk keinginan untuk belajar keterampilan baru, belajar mengelola usaha, berpartisipasi dalam praktik langsung, serta dorongan untuk berinovasi dan kreatif dalam berwirausaha.

Salah satu motivasi utama santriwati untuk mengikuti program kewirausahaan adalah keinginan untuk mengembangkan keterampilan berwirausaha dan belajar lebih dalam mengenai dunia bisnis. Hal ini konsisten dengan yaitu teori Need for Achievement Theory atau yang sering disingkat dengan sebutan (n-ach), teori ini dipopulerkan oleh David McClelland (Patettengi, 2023) yang menekankan bahwa individu yang memiliki kebutuhan tinggi akan prestasi cenderung termotivasi untuk mengembangkan keterampilan yang dapat membantu mereka mencapai tujuan pribadi, seperti memulai atau mengelola usaha. Santriwati yang terlibat dalam program ini melihatnya sebagai kesempatan untuk menambah pengetahuan praktis tentang dunia usaha yang akan berguna di masa depan.

Selain itu, temuan penelitian menunjukkan bahwa santriwati juga belajar untuk mengelola dan menjalankan usaha sendiri. Keinginan untuk memiliki usaha sendiri sejak dini menjadi motivasi yang sangat kuat bagi mereka. Theory of Planned Behavior (TPB) menyatakan bahwa dorongan untuk berwirausaha dipengaruhi oleh niat individu untuk memulai dan mengelola usaha, (Anwar et al., 2023). Santriwati tidak hanya terpapar pada teori kewirausahaan, tetapi juga diberi kesempatan untuk menjalani pengalaman langsung dalam mengelola usaha kecil yang memberikan mereka pengetahuan praktis dan keterampilan yang sangat dibutuhkan untuk memasuki dunia usaha yang kompetitif.

Pentingnya kreativitas dan inovasi dalam berwirausaha juga menjadi fokus utama dalam program kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa. Santriwati diajarkan untuk menciptakan produk yang inovatif dan berbeda dari yang sudah ada di pasar. (Prabowo et al., 2023) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki usaha dan bisnis sangat penting untuk selalu mengembangkan ide-ide yang kreatif dan inovatif untuk memajukan usahanya agar dapat bermanfaat dalam menjalankannya. Santriwati yang dilatih untuk berpikir kreatif dan inovatif agar lebih mampu menciptakan peluang usaha yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dengan cara yang unik.

Terlihat juga bahwa lingkungan sosial, seperti pengaruh teman sebaya dan suasana kebersamaan di pesantren, memberikan motivasi yang signifikan bagi santriwati untuk terlibat dalam program kewirausahaan. Faktor sosial ini selaras dengan teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) dalam jurnal (Warini et al., 2023) menyatakan bahwa individu cenderung belajar melalui interaksi sosial dan meniru perilaku positif dari lingkungan sekitarnya. Dalam konteks ini, teman-teman sebaya dan mentor di pesantren berperan penting sebagai model perilaku yang mendorong santriwati untuk mengembangkan minat dan keterampilan kewirausahaan mereka.

Selanjutnya, nilai-nilai karakter yang ditanamkan di pesantren, seperti tanggung jawab dan kerja keras, juga menjadi landasan yang kuat bagi motivasi santriwati dalam berwirausaha. Pendidikan karakter yang dilakukan di pondok pesantren memberikan dasar yang kokoh bagi santriwati untuk tidak hanya berorientasi pada pencapaian pribadi, tetapi juga pada keberlanjutan usaha dan kontribusi bagi masyarakat. Theory of Planned Behavior yang dikemukakan oleh Moser dalam jurnal (Elistia & Wulandari, 2023) menjelaskan bahwa sikap individu terhadap perilaku tertentu, norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan dapat mempengaruhi niat dan tindakan mereka. Dalam konteks ini, nilai-nilai pesantren mengajarkan santriwati untuk bekerja keras dan bertanggung jawab, yang berperan penting dalam membentuk niat mereka untuk berwirausaha dan menjalankan usaha dengan sukses.

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini sejalan dengan berbagai teori yang menunjukkan bahwa motivasi kewirausahaan pada santriwati di Pondok Pesantren La Tansa dibentuk oleh kombinasi antara kebutuhan untuk belajar dan berkembang, lingkungan sosial yang mendukung, serta nilai-nilai karakter yang diterima di pesantren. Program kewirausahaan ini bukan hanya memberikan keterampilan teknis, tetapi juga membekali santriwati dengan pola pikir dan sikap yang mendukung kesuksesan mereka di dunia kewirausahaan.

 

Perilaku Kewirausahaan Santriwati di Pondok Pesantren La Tansa

Perilaku kewirausahaan yang ditunjukkan oleh santriwati di Pondok Pesantren La Tansa terlihat jelas dari hasil observasi terhadap aktivitas mereka selama program berlangsung. Ada beberapa aspek utama yang menggambarkan perilaku kewirausahaan santriwati:

Program kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa berhasil meningkatkan kepercayaan diri santriwati, terutama dalam berbicara di depan umum dan mempresentasikan ide usaha mereka. Observasi menunjukkan bahwa santriwati yang sebelumnya ragu-ragu dalam menyampaikan pendapat, kini lebih percaya diri saat memberikan presentasi di hadapan audiens atau pelanggan.

Santriwati telah menunjukkan kreativitas dalam mengembangkan ide usaha yang orisinal. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, mereka mampu menghasilkan produk yang inovatif serta menciptakan strategi pemasaran yang menarik untuk menarik minat pelanggan. Hal ini menunjukkan bahwa program kewirausahaan ini berhasil merangsang pemikiran kreatif dan inovatif di kalangan santriwati.

Salah satu perilaku kewirausahaan yang sangat penting adalah keberanian untuk mengambil risiko, dan hal ini terlihat dalam diri santriwati Pondok Pesantren La Tansa. Meskipun mereka menghadapi risiko kegagalan dalam usaha yang mereka jalankan, banyak dari mereka yang berani mencoba ide-ide baru dan melakukan eksperimen dalam usaha mereka. Wawancara juga menunjukkan bahwa santriwati tidak takut gagal, karena mereka memahami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar.

Kepemimpinan adalah perilaku lain yang sangat terlihat dalam diri santriwati. Berdasarkan observasi, santriwati mampu memimpin tim mereka dengan baik, memberikan arahan, dan memotivasi anggota tim untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan usaha. Kepemimpinan ini merupakan hasil dari latihan khusus yang diberikan selama program kewirausahaan.

Santriwati juga menunjukkan orientasi yang kuat terhadap pencapaian target dan penyelesaian tugas tepat waktu. Mereka fokus pada pencapaian hasil usaha yang telah ditetapkan, baik dalam hal penjualan, pemasaran, maupun pengembangan produk. Hal ini mencerminkan disiplin dan komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan mereka.

Secara keseluruhan, perilaku kewirausahaan santriwati di Pondok Pesantren La Tansa menunjukkan perkembangan yang positif. Program ini berhasil membentuk santriwati yang percaya diri, berani, kreatif, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, serta fokus pada pencapaian target yang ditetapkan dalam kegiatan kewirausahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat (Syaifudin, 2020), yang mengemukakan nilai-nilai penting dalam perilaku kewirausahaan. Perilaku kewirausahaan diukur dengan beberapa indikator, yaitu kepercayaan diri, orientasi pada tugas dan hasil, keberanian mengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan orientasi pada masa depan

 

KESIMPULAN

Setelah menganalisis data hasil penelitian mengenai program kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa. Program ini dirancang untuk membekali santriwati dengan keterampilan dan pengetahuan usaha yang relevan sebagai persiapan masa depan. Melalui bimbingan terstruktur, seperti analisis SWOT dan pembuatan roadmap usaha, program ini berupaya membangun fondasi yang kuat bagi para peserta dalam merencanakan dan mengembangkan usaha jangka panjang. Lebih detail dipaparkan kesimpulannnya sebagia berikut:

Berdasarkan hasil penelitian, pemberdayaan santriwati berbasis kewirausahaan di Pondok Pesantren La Tansa, Lebak, Banten, dilakukan melalui pendekatan sistematis yang mencakup fase penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan. Penyadaran bertujuan membangkitkan kesadaran santriwati akan potensi dan pentingnya kewirausahaan sebagai bekal masa depan, sedangkan pengkapasitasan berfokus pada peningkatan keterampilan praktis melalui pelatihan dan simulasi usaha. Tahap pendayaan memberikan tanggung jawab kepada santriwati untuk menjalankan usaha secara mandiri dengan bimbingan minimal, sehingga mereka mampu mengambil inisiatif, berinovasi, dan mengembangkan kemampuan kepemimpinan. Secara keseluruhan, program ini berhasil mendorong perilaku kewirausahaan santriwati, seperti kepercayaan diri, kreativitas, keberanian mengambil risiko, dan orientasi pada hasil, yang menjadi bekal penting bagi mereka untuk berkiprah dalam dunia usaha di masa� depan.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anwar, R. M., Wijaya, H., Tampubolon, L. D. R., Amelinda, R., & Oktavini, E. (2023). Pengaruh Sikap terhadap Perilaku, Norma Subjektif, dan Literasi Keuangan terhadap Keinginan Berinvestasi pada Generasi Milenial. Primanomics: Jurnal Ekonomi & Bisnis, 21(2), 11�25.

Diasti, K. (2021). Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Pemahaman Jiwa Agama Siswa. Jurnal Pendidikan Islam Al-Affan, 2(1), 61�68.

Elistia, E., & Wulandari, E. A. (2023). THEORY PLANNED BEHAVIOR APPROACH TOWARDS PURCHASE INTENTION ENERGY-EFFICIENT HOUSEHOLD APPLIANCES. JURNAL PROSPEK, 4(1), 284.

Patettengi, A. M. (2023). Motivasi Menghafal Al-Qur�an Berbasis Teori Kebutuhan Berprestasi Perspektif Al-Qur�an. Institut PTIQ Jakarta.

Prabowo, H. A., Suyana, N., Hermanto, H., Suprapto, H. A., Vernia, D. M., Nurisman, H., & Wulansari, L. (2023). Penyuluhan Penguatan Kreativitas Dan Inovasi Dalam Berwirausaha Pada Siswa SMP. Community Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2), 2799�2803.

Rahman, A., Ismail, Z., Sulaiman, H. B., & Kalupae, A. (2020). Entrepreneurship Empowerment Strategy in Islamic Boarding Schools: Lesson from Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam, 9(2), 235�262.

Sugiyono, P. (2016). Metode Penelitian Manajemen(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi (Mixed Methods), Penelitian Tindakan (Action Research, dan Penelitian Evaluasi). Bandung: Alfabeta Cv.

Suwarto, S., & Lestari, E. (2020). Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa mandiri energi (Studi kasus di Klaten Jawa Tengah). Unri Conference Series: Community Engagement, 2, 201�206.

Syaifudin, A. (2020). Analisis Perilaku Kewirausahaan dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Menengah Bawang Goreng Di Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmiah Ecobuss, 8(2), 53�59.

Warini, S., Hidayat, Y. N., & Ilmi, D. (2023). Teori Belajar Sosial Dalam Pembelajaran. ANTHOR: Education and Learning Journal, 2(4), 566�576.AF, M. A., Nurfadilah, K., & Hilman, C. (2022). Pendidikan Luar Sekolah dalam Kerangka Pendidikan Sepanjang Hayat. Jurnal Inovasi, Evaluasi Dan Pengembangan Pembelajaran (JIEPP), 2(2), 90-95.

Ali, Muhammad. 1981. Pendidikan dalam Pondok Pesantren. Jakarta: Pustaka Al- Husna.

Akhmad, K. A. (2021). Peran pendidikan kewirausahaan untuk mengatasi kemiskinan. Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora, 2(06), 173-181.

Anatasia, S. (2022). Evaluasi Program Kerja Kewirausahaan di Pondok Pesantren Nurul Huda Pringsewu [Doctoral Dissertation]. UIN Raden Intan Lampung.

BPS. (2023). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,32 persen dan Rata- rata upah buruh sebesar 3,18 juta rupiah per bulan, Jakarta. Retrieved from https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2023/11/06/2002/unemployment-rate- was-5-32-percent---average-labour-wage-was-3-18-milion-rupiahs-per-month.html

Choiriyah, A. (2015). Manajemen Pendidikan Kewirausahaan Di Pondok Pesantren Al-Ikhlas Gowongan Genuk Ungaran Barat Semarang.

Fadilla, Zahara & Taqwin, & Ketut, Masita & Ardiawan, Ngurah & Eka, Meilida & Ummul, Jannah & Zaini, Penerbit & Abdullah Lawang, Karimuddin & Jannah, Misbahul. (2023). METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, Aceh. 63

Fatihuridlo, A. (2021). Minat Siswa Smp Negeri 7 Kota Tasikmalaya Dalam Mengikuti Ekstrakurikuler Permainan Bolavoli Tahun Ajaran 2019/ 2020 [Doctoral Dissertation]. Universitas Siliwangi.

�Gabriella, J. (2021). Pengaruh Lingkungan Keluarga, Kepribadian, Dan Motivasi Berwirausaha Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas Xii Jurusan Bisnis Daring Dan Pemasaran Smk Negeri 1 Makassar. Universitas Negeri Makassar.

Harianti, E., dkk. (2020). "Pengaruh Pendidikan, Pelatihan dan Dukungan Organisasi terhadap Pengembangan Keterampilan Wirausaha pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Semarang". Jurnal Aplikasi Manajemen dan Bisnis, 6(3), 216.

Hertina, D., Hertina, S., Utama, A. N. B., Basbeth, F., Agustina, T. S., Anggraini, F. D., & Syarif, A. (2024). Buku Ajar Kewirausahaan. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Indarti, L. (2021). Menggali penerapan kewirausahaan di pondok pesantren. Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 9(2), 241-252.

Islam, P. E., & Husaini, M. R. (2022). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Tahun 1442 H/2022 M.

Karnawijaya, N., & Aini, S. (2020). Pemberdayaan SantriDalam Pengembangan Ekonomi Kreatif �Kimi Bag� Di Pondok Pesantren Al Qohar Klaten.

Khikmatin, Sofy Aini (2019) Pesantren wirausaha: studi tentang pemberdayaan santri terhadap pengembangan kewirausahaan pada pondok pesantren Al- Ishlah Kadilangu Trangkil Pati. Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo Semarang.

Majid, Nurcholish. 1997. Pesantren dan Elite Pesantren: Sebuah Analisis Potret Pesantren di Jawa. Bandung: Mizan. h. 129

Maryani, D., & Nainggolan, R. R. E. (2019). Pemberdayaan Masyarakat. Deepublish.

Masrurroh, m. A. (2022). Strategi kewirausahaan santri melalui usaha pembuatan keripik dan popcorn di pondok pesantren ikhya birrul walidai (doctoral dissertation, uin raden intan lampung).

Muhardi,M., Surana, D., Ihwanuddin, N., Handri, H. (2021). Building Pesantren Entrepreneuship Through Internal Initiative and External Development. Ta�dib: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10 Issue 1 (2021) Pages 97-110.

Nafi�ah, A., & Huda, M. (2020). "Pemberdayaan Santri melalui Pendidikan Nonformal di Pesantren: Dampaknya di Tingkat Individu dan Komunitas". Jurnal Pendidikan Agama Islam, 8(2), 76.

Nai�mah, Rahman, A., Ismail, Z. (2020). Entrepreneurship Empowerment Strategy in Islamic ���� Boarding Schools: Lesson from Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam, Volume 09, Nomor 2, 2356-3877

Niyah, K., & Musdat, I. (2021). Chalim Journal of Teaching and Learning e- ISSN: On Process Volume Penguatan Life Skill Santri Melalui Program Keputrian di Pesantren. https://doi.org/10.31538

Purnamawati.� (2020). "Implementasi Kerangka�������� Berfikir����������� dalam� Proses Pembelajaran". Jurnal Pendidikan, 175.

Putra, D. W. (2021). Pesantren dan pemberdayaan masyarakat (analisis terhadap undang-undang nomor 18 tahun 2019). Proceeding IAIN Batusangkar, 1(1), 71�80.

Putra, F.,K.,A., Saparudin, Habiburrahman, M. (2024). Entrepreneurship-Based Islamic Boarding School Development (A Study Of Tuan Guru Hasanain Juaini's Thoughts On Education). AL-WIJDAN: Journal of Islamic Education Studies, Volume 9, Nomor 3 Pages 367-383.

Ramdhan, M. (2021). Metode penelitian. Cipta Media Nusantara.

Sejati, h. W. (2023). Pemberdayaan santri melalui program entrepreneurship (studi kasus: pondok pesantren al-ittifaq bandung) (doctoral dissertation, universitas negeri jakarta).

Sumardjo, Toto. 1999. Pemberdayaan Masyarakat: Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. h. 8

Suwarto, S., & Lestari, E. (2020). Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa mandiri energi (Studi kasus di Klaten Jawa Tengah). Unri Conference Series: Community Engagement, 201�206.

Suyatmi, A., dkk. (2021). "Hubungan Antara Pemberdayaan Santri dan Pendidikan Nonformal di Pesantren: Implikasi untuk Pembentukan Generasi Tangguh dan Berdaya Saing". Jurnal Pendidikan Agama Islam, 9(1), 11.

Syaifudin, A. (2020). Analisis Perilaku Kewirausahaan dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Menengah Bawang Goreng Di Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmiah Ecobuss, 8(2), 53� 59.

Syamsiyah, N., & ZA, M. F. (2022). Wawasan Kebangsaan dan Resolusi Turbulensi Globalisasi: Studi Kasus pada Santri Pesantren Tradisional. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 7(1), 127-136.

Umam, K. (2016). Pendidikan Kewirausahaan di Pesantren Sebagai Upaya Dalam Membangun Semangat Para Santri Untuk Berwirausaha. EKSYAR: Jurnal Ekonomi Syari�ah & Bisnis Islam, 3(1), 47�64.

Uno, H. B. (2023). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Bumi Aksara.

Uyun, M. A. (2020). "Peran Pendidikan Nonformal di Pesantren dalam Pemberdayaan Santri." Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 29-42.

Wahyu, D. (2024, February 19). Berdaya dengan Social Entrepreneurship, Kisah Inspiratif Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman yang Kelola 59 Unit Bisnis Demi Danai Pendidikan Para Santri. Ukmindonesia.Id. https://ukmindonesia.id/index.php/baca-deskripsi-posts/berdaya-dengan-social-entrepreneurship-kisah-inspiratif-pesantren-al-ashriyyah-nurul-iman- yang-kelola-59-unit-bisnis-demi-danai-pendidikan-para-santri

Warini, S., Hidayat, Y. N., & Ilmi, D. (2023). Teori Belajar Sosial Dalam Pembelajaran. ANTHOR: Education and Learning Journal, 2(4), 566-576.

Wasistiono, Sadu. 1998. Pemberdayaan dalam Manajemen Pemerintahan. Jakarta: Penerbit PT Grasindo. h. 46

�Wijaya, A. M. 2002. Pemberdayaan Masyarakat: Teori dan Implementasi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. h. 77

Wiyasa, A., dkk. (2019). "Faktor Pendukung Pemberdayaan Santri melalui Pendidikan Nonformal di Pesantren". Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 52.

Wulandari, S., & Mardiana, R. (2020). "Peran Pendidikan Nonformal dalam Pemberdayaan Santri sebagai Agen Perubahan". Jurnal Pendidikan Agama Islam, 8(1), 69.

Zain, A., & Ilmi, R. (2021). "Pemberdayaan Ekonomi dan Sosial Melalui Program Kewirausahaan di Pesantren". Jurnal Pendidikan Islam, 9(2), 188.

 

� 2025 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)