PENGARUH
PEMBELAJARAN ETNOMATEMTIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA
KELAS TINGGI SEKOLAH DASAR
Chindy Anggraeni1, Supriadi2
Universitas
Pendidikan Indonesia, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK |
Kata Kunci: Etnomatematika, Berpikir Kritis Matemati Keywords: |
Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan salah satu kompetensi penting yang perlu dimiliki siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan apakah pembelajaran etnomatematika lebih berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas tinggi sekolah dasar dibandingkan dengan pembelajaran kovensinal. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen atau eksperimen semu dengan membagi
kelas menajdi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diajar dengan pembelajaran etnomatematika permainan yeye (lompat karet) dan kelompok kontrol yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan
berpikir kritis matematis yang diberikan sebelum dan sesudah perlakuan (pretest dan posttest),
Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD), dan angket. Hasil analisis
uji-t / independent sample t-Test pada nilai
posttest siswa adalah
0,000 yang berarti t hitung > t tabel, maka terdapat
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Kemudian pada hasil
rata-rata nilai post test
siswa kelas eksperimen mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 85,70 sedangkan kelas kontrol hanya sebesar 69,05. Penelitian
ini juga membukatikan bahwa pembelajaran etnomatematika lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas tinggi
sekolah dasar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Pada uji deskriptif presentase angket membuktikan bahwa siswa memiliki
sikap dan ketertarikan
yang baik pada pembelajaran
etnomatematika. Berdasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini membuktikan pembelajaran etnomatematika jauh lebih berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada 4 indikator, yaitu menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, dan
menginferensi. Siswa lebih mampu memahami
suatu permasalahan dengan menyebutkan apa yang mereka ketahui dalam soal dan apa yang ditanyakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi
model matematika atau rumus yang akan digunakan sehingga siswa bisa melakukkan
evaluasi terhadap perhitungan dengan benar dan membuat kesimpulan atau menginferensi dengan tepat. Sedangkan dengan pembelajaran konvensional, siswa hanya terpaku pada rumus tanpa menginterpretasi,
menganalisis, dan mengevaluasi,
sehingga tidak mampu menginferensi atau membuat kesimpulan yang tidak tepat ABSTRACT Mathematical critical thinking ability is one of the important
competencies that students need to have. This study aims to determine and
prove whether ethnomathematics learning is more influential in improving
students' critical thinking skills in high school classes compared to covensinal learning. This study used a quasi-experimental
design or pseudo-experiment by dividing the class into two groups, namely the
experimental group taught with the ethnomathematics approach of the yeye game (rubber jumping) and the control group taught
with conventional methods. The research instruments were mathematical
critical thinking ability tests given before and after treatment (pretest and
posttest), Learner Worksheets (LKPD), and
questionnaires. The analysis result of t-test / independent sample t-Test on
students' posttest score is 0.000 which means t
count> t table, so there is an influence between the independent variable
on the dependent variable. Then in the results of the average post test score
of experimental class students, there was a significant increase, namely
85.70 while the control class was only 69.05. This research also proves that
ethnomathematics learning is more effective for improving the mathematical
critical thinking skills of high school students compared to conventional
learning. The descriptive test of the questionnaire percentage proves that
students have a good attitude and interest in ethnomathematics learning.
Based on this data, it can be concluded that this study proves that
ethnomathematics learning is much more influential in improving students'
mathematical critical thinking skills in 4 indicators, namely interpreting, analyzing, evaluating, and inferring. Students are better
able to understand a problem by mentioning what they know in the problem and
what is asked to analyze and identify the
mathematical model or formula to be used so that students can evaluate the
calculation correctly and make the right conclusion or inference. Meanwhile,
with conventional learning, students are only fixated on formulas without
interpreting, analyzing, and evaluating, so they
are unable to infer or make inappropriate conclusions. |
Ethnomathematics, mathematical critical thinking |
Berdasarkan kajian literatur yang peneliti lakukan, ternyata peserta didik di Indonesia masih kurang dalam
keterampilan berpikir kritis matematis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) tahun 2015 yang menyebutkan
bahwa skor matematika siswa di Indonesia menduduki peringkat ke-44 dari 49 negara dengan skor 397, menurut Nizam dalam (Hadi & Novaliyosi,
2019). Selajutnya dalam
Programme for International Student Assessment (PISA) yang merupakan
program penilaian skala besar yang dilakukan secara internasional untuk mengukur kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam bidang literasi
membaca, matematika, dan
sains. Indonesia dalam (Hasil PISA Indonesia 2018:
Akses Makin Meluas, Saatnya
Tingkatkan Kualitas, 2019) menempati posisi ke-62 dari 70 negara dengan perolehan skor matematikanya 379 dari skor rata-rata 489. Sedangkan
pada tahun 2022 Indonesia berada
di peringkat 68 dengan skor matematikanya 379. Secara keseluruhan, hasil PISA 2022 dapat dikategorikan termasuk yang terendah, setara dengan hasil yang diperoleh pada 2003 dalam membaca dan matematika, dan pada
2006 dalam sains. Meskipun hasil beberapa penilaian sebelumnya lebih tinggi dibandingkan
hasil yang diamati pada tahun-tahun awal, peningkatan ini berbalik dengan penurunan yang terlihat pada 2015
dan seterusnya. Artinya, sejak keikutsertaan kita pada PISA mulai dari 2000 sampai dengan 2022, belum terjadi peningkatan kualitas secara signifikan sebagaimana direpresentasikan oleh skor perolehan sepanjang 2000-2022. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, penilaian ini mengeksplorasi seberapa baik siswa
dapat memecahkan masalah yang kompleks, berpikir kritis dan berkomunikasi secara efektif (Alam, 2023). Salah satu� faktor� yang� mempengaruhi� rendahnya mutu� pendidikan� siswa� di�
Indonesia� adalah� masih� rendahnya kemampuan� berpikir kritis� siswa (Karim, 2011).
Menurut Russeffendi (1999) dalam (Al Farisi et
al., 2024) matematika adalah ilmu deduktif
yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif), tetapi menerima generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif. Matematika adalah ilmu yang beracuan pada data yang konkret
dan dapat dibuktikan. Ilmu yang tidak bisa kita improvisasi
karena harus sesuai dengan ketentuan-ketentuannya.
Seperti rumus, rumus dalam matematika
bisa saja kita modifikasi menjadi lebih singkat
namun tidak boleh merubah maknanya
yang dapat merubah hasil atau fakta
di lapangan. Misalkan dalam materi perkalian,
2 x 2 x 2 = 8 dalam kasus rumus ini bisa
kita tuliskan
Menurut Gunawan (2007: 177) dalam (Rachmantika & Wardono, 2019) menyebutkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian berfikir induktif seperti mengenali hubungan, menganalisis masalah yang bersifat terbuka (dengan banyak kemungkinan penyelesaian), menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan memperhitungkan data yang relevan.
Pemikiran kritis dan matematika merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, materi matematika dipahami melalui berpikir kritis dan berpikir kritis dilatih melalui serangkaian proses dalam pembelajaran matematika (Kurniawati, 2020). Namun yang menjadi kendala pada masa kini mengenai matematika adalah pembelajaran konvensional dengan deretan-deretan rumus yang membuat siswa mengklaim bahwa pembelajaran matematika adalah pembelajaran sulit dan membosankan. Hal inilah yang membuat banyak siswa kurang berminat� bahkan cenderung tidak menyukai pembelajaran matematika. Siswa pada tingkat sekolah dasar khususnya di kelas tinggi diharuskan memiliki kemampuan berpikir kritis karena pada tingkst ini siswa ditantang untuk dapat menyelesaikan persoalan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Secara umum, seperti yang dijelaskan pada (HOTS: ISTILAH YANG BANYAK DISALAHARTIKAN (Oleh: Muchlas Samani), Copyright 2022 - 2024) HOTS dimaknai sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mencakup berpikir kritis, kreatif, reflektif dan memecahkan masalah. Sepertinya itulah yang disebut dua C di bagian awal dari 4-C yaitu critical thinking dan creativity. Ada yang membuat definsi lebih singkat, yaitu memecahkan masalah dengan kreatif (solving problem creatively).
Pembelajaran matematika dengan
metode konvensional sudah sering menjadi andalan para guru di tingkat sekolah dasar dalam pembelajaran matematika. Beberapa kasus guru menyebutkan bahwa sekolah kurang menfasilitasi terkait alat dan bahan sehingga guru menjadi terbatas dalam mengembangkan metode pembelajaran. Kemudian pada kasus lainnya guru merasa tidak ingin repot karena pada akhirnya yang harus siswa lakukan adalah
mengahafal rumus pada pembelajaran matematika sehingga siswa dianggap pasti bisa mnegerjakan atau menyelesaiakan persoalan matematika. Padahal, persoalan matematika tidak hanya sekedar
1+1=2, tetapi mengaitkannya
dengan persoalan di dunia nyata atau dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada soal, �ibu membawa uang 10.000,00 ke
pasar untuk membeli minyak sebanyak 2 liter, yang mana harga setiap liternya
berkisar 7.000,00. Berapa banyak
kekurangan uang yang ibu bawa?� dalam soal tersebut siswa dituntut untuk mengritisi soal dengan menganalisis
data yang ada kemudian diolah dengan rumus
yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang juga sesuai berdasarkan data yang diperoleh. Peneliti disini bermaksud untuk mengajak para pembaca mengkritisi pembelajaran konvensional pada pembelajaran matematika yang
unconditional. Mengapa demikian?
Ketika siswa hanya dituntut untuk menghafalkan rumus tanpa diajak
untuk berpikir kritis, maka pembelajaran matematika tidak akan berguna bagi
kehidupan siswa dimasa yang akan datang, karena siswa akan kebingungan
ketika dituntut untuk menganalisis persoalan. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat berguna bagi
banyak orang dan sebaik-baiknya
ilmu adalah ilmu yang dapat bermanfaat bagi kehidupan.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan pembelajaran etnomatematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas tinggi. Dengan kata lain, peneliti ingin membuktikan secara empiris apakah ada hubungan sebab-akibat antara penggunaan metode pembelajaran etnomatematika dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan
pada penelitian ini yaitu pendekatan dengan metode kuantitatif.
Metode kuantitatif yaitu penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, dimana pengumpulan datanya menekankan pada data berupa angka dan pengolahan analisis datanya bersifat statistik bertujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). Berdasarkan
hal tersebut peneliti akan mencari
pengaruh pembelajaran etnomatematika terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas
tinggi di sekolah dasar.
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan metode kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (perlakuan tertentu) terhadap variabel dependen (hasil perlakuan) dalam kondisi yang terkendali (Sugiyono, 2019). Penelitian
eksperimen bertujuan untuk mencari adanya
pengaruh perlakuan tertentu terhadap perlakuan yang lain dalam kondisi terkendali dengan membandingkan hasil dari kelompok
eksperimen (yang diberi perlakuan) dengan kelompok kontrol (yang tidak diberikan perlakuan) (Sugiyono, 2009).�
Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan Quasi
Experimental Design atau eksperimen
semu. Quasi Experimental Design memiliki
kelompok kontrol namun, tidak dapat
berfungsi sepenuhnya dalam mengontrol variabel dari luar
pada saat jalannya penelitian (Sugiyono, Metode Kuantitatif). Kelompok eksperimen pada penelitian ini akan menerima
pembelajaran etnomatematika
sebagai metode pembelajaran, sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode konvensional. Bentuk desain penelitian ini berupa Nonequivalent
Control Group Design yakni dengan
melakukan pengukuran pertama diberikan pretest (sebelum perlakuan) dan pengukuran kedua diberikan posttest (setelah perlakuan). Berikut pola desain
Quasi Experimental Design atau eksperimen
semu menggunakan bentuk Nonequivalent
Control Group Design:
Keterangan :
X����������� =
Pemberian metode pembelajaran etnomatematika.
- = Tidak diberikan
perlakuan / konvensional.
Desain penelitian ini
hampir sama seperti pretest dan posttest
control grub design, akan tetapi
pada desain penelitian ini kelompok eksperimen
dan kelompok kontrolnya tidak dipilih secara
random (Sugiyono, 2009). Berdasarkan
gambar diatas, terdapat dua kelas yang terbagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diberikan pretest sebelum pembelajaran dan posttest diakhir pembelajaran, dimana pada kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberi perlakuan.
Berikut penjelasan gambar Nonequivalent Control
Group Design:
Tahap Awal (Pretest)
Tahap awal siswa pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sebelumnya diberikan pretest terlebih dahulu agar mengetahui hasil belajar sebelum dilakukan eksperimen.
Pemberian Perlakuan
(Treatment)
Tahap perlakuan
siswa pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran etnomatematika, sedangkan pada kelompok kontrol diberi perlakuan dengan metode konvensional atau tidak diberi
perlakuan.
Tahap Akhir (Posttest)
Tahap akhir siswa pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diberikan posttest, dimana bentuk soal
posttest sama dengan bentuk soal
pretest setelah dilakukan
eksperimen.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi menurut Sugiyono merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek penelitian
yang memiliki karakteristik
dan kuantitas tertentu untuk kemudian dipelajari dan akan dilakukan penarikan kesimpulannya (Sugiyono, Metode Kuantitatif). Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas tinggi di SDN Purut Kecamatan Curug Kota Serang sebanyak 200 siswa. Menurut
Dimana :
n : Ukuran sampel
yang dibutuhkan
N����������� :
Ukuran populasi
E : Tingkat
kesalahan yang dapat ditoleransi (dalam bentuk desimal)
Peneliti menentukan tingkat kesalahan yang dapat
ditoleransi sebesar 1% untuk mendapatkan tingkat akurasi yang sangat tinggi
dalam penelitian ini. Maka� untuk
menentukan pengambilan sampel yang representatif pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Jadi, berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa dari seluruh jumlah populasi pada penelitian yaitu sebanyak
200 siswa, sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak kurang
lebih 40 anak.
Sampel
Sampel didefinisikan sebagai
sebagian unsur atau jumlah dari
populasi yang dijadikan sebagai objek penelitian
karena memiliki karakteristik untuk dijadikan penelitian (Neolaka, 2014). Sampel yang diambil
dari polpulasi harus representatif sesuai dengan perhitungan
rumus slovin. Maka, pada penelitian ini teknik pengambilan sampelnya adalah Simple Random Sampling. Teknik ini dipilih berdasarkan
asumsi dasar rumus slovin yang sejalan dengan teknik simple random sampling bahwa
setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih.
Berdasarkan teknik
yang telah peneliti tentukan dengan batasan jumlah sample yang juga sudah peneliti tentukan berdasarkan rumus slovin, maka
peneliti telah menetapan sample penelitian yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Sample penelitian
Kelas |
Jumlah Siswa |
Jenis
Perlakuan |
Kelas Eksperimen. Kelas 5 (Lima) |
20 |
Pembelajaran etnomatematika
dengan permainan yeye. |
Kelas Kontrol. Kelas 6 (Enam) |
20 |
Pembelajaran konvensional
dengan metode ceramah. |
Jumlah |
40 |
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
Deskripsi
Sampel
Sampel
penelitian ini terdiri dari 40 siswa kelas tinggi
SDN Purut. Sebanyak 20 siswa dari kelas
V ditempatkan dalam kelompok eksperimen yang menerima pembelajaran etnomatematika, dan 20 siswa lainnya yang berasal dari kelas VI ditempatkan
dalam kelompok kontrol yang menerima pembelajaran konvensional.
Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas
Sebelum dilakukan uji hipotesis,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Hasil uji normalitas
data ditunjukkan pada table berikut
ini :
�����������������������
Tabel 2 Hasil uji normalitas data
Test |
Kelas |
Shapiro-Wilk |
||
Statistic |
df |
Sig. |
||
Pretest |
Kontrol |
.928 |
20 |
.144 |
Eksperimen |
.907 |
20 |
.056 |
|
Posttest |
Kontrol |
.947 |
20 |
.322 |
Eksperimen |
.915 |
20 |
.080 |
Berdasarkan data diatas, nilai sigmoid atau signifikansi dari hasil pre test dan post test kelas kontrol dan eksperimen menujukkan angka > 0,05 yang berarti data berdistribusi normal.
Sedangkan hasil uji homogenitas ditunjukkan pada
table berikut :
|
Nilai Sig |
|
Pretest |
Posttest |
|
Based on Mean |
.266 |
.125 |
Berdasarkan data diatas hasil dari based on
mean atau rata-rata nilai
signifikansi uji homogenitas
> 0,05 yang berarti data tersebut
dinyatakan homogen.
Disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari penelitian ini berdistribusi normal dan homogen.
Hal ini menunjukkan bahwa persyaratan untuk melakukan uji hipotesis atau uji-t / independent sample t-Test sudah terpenuhi.
Hasil Uji Hipotesis
Untuk menguji pengaruh pembelajaran etnomatematika terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa, dilakukan uji uji-t / independent sample t-Test dengan menggunakan SPSS. Hasil
yang didapat dari uji-t / independent sample t-Test tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3 Hasil Uji T-test
Pretest
|
Kelas |
t |
df |
Sig (2-tailed) |
Pretest Uji kemampuan berpikir kritis matematis siswa |
Kontrol |
-2.012 |
38 |
.051 |
Eksperimen |
-2.012 |
37.271 |
.051 |
Tabel 4 Hasil Uji T-test
Posttest
|
Kelas |
t |
df |
Sig (2-tailed) |
Posttest Uji kemampuan berpikir kritis matematis siswa |
Kontrol |
-6.988 |
38 |
.000 |
Eksperimen |
-6.988 |
34.498 |
.000 |
Berdasarkan data tabel diatas, hasil uji-t / independent sample t-Test pada nilai pretest siswa adalah 0,051 yang berarti t hitung < t tabel, maka tidak terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Kemudian, pada hasil uji-t / independent sample t-Test pada nilai posttest siswa adalah 0,000 yang berarti t hitung > t tabel, maka terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Kemudian ntuk mengetahui perbandingan besar pengaruh diantara dua kelas, yaitu kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat dari table berikut ini :
Tabel 5 hasil uji-t
Jenis Test |
Kelas |
Jumlah Siswa |
Mean |
Pretest |
Kontrol |
20 |
45.85 |
Eksperimen |
20 |
52.60 |
|
Posttest |
Kontrol |
20 |
69.05 |
Eksperimen |
20 |
85.70 |
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh
rata-rata nilai dari hasil post test kelas eksperimen lebih besar dibandingkan
hasil post test kelas kontrol, yaitu sebesar 85.70, sedangkan kelas kontrol hanya sebesar
69.05. Hal ini berarti kelas eksperimen lebih terpengaruh dibandingkan dengan kelas kontrol.
Hasil Uji N-gain
Pada penelitian ini, uji N-gain dilakukan untuk mengetahui seberapa besar efektifitas pembelajaran etnomatematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa di kelas tinggi sekolah
dasar. Hasil uji N-gain disajikan
pada tabel dibawah ini:
Tabel 6 Hasil uji N-gain
Kelas Eksperimen |
Kelas Kontrol |
|
N-gain Skor (%) |
N-gain Skor (%) |
|
1 |
61.67 |
42.86 |
2 |
62.50 |
36.67 |
3 |
68.25 |
44.12 |
4 |
48.00 |
36.00 |
5 |
45.65 |
49.30 |
6 |
45.65 |
38.00 |
7 |
75.00 |
20.00 |
8 |
81.97 |
53.85 |
9 |
73.77 |
49.18 |
10 |
70.00 |
46.15 |
11 |
56.10 |
38.10 |
12 |
50.00 |
67.21 |
13 |
71.05 |
34.21 |
14 |
100.00 |
44.44 |
15 |
94.74 |
38.46 |
16 |
100.00 |
52.08 |
17 |
100.00 |
11.90 |
18 |
74.19 |
55.22 |
19 |
63.41 |
33.33 |
20 |
76.19 |
40.43 |
Rata-Rata (%) |
70.9 |
41.6 |
Minimal |
45.65 |
11.30 |
Maksimal |
100.00 |
67.21 |
Berdasarkan klasifikasi
indeks kriteria N-gain, perolehan rata-rata kelas
eksperimen mencapai 70,9 yaitu berada pada indeks 56-75 dengan kriteria cukup efektif. Sedangkan perolehan kelas kontrol hanya mencapai
41,6 yaitu berada pada indeks 40-55 dengan kriteria kurang efektif. Berdasarkan uji N-gain dapat disimpulkan bahwa pembelajaran etnomatematika dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siwa lebih efektif dibandingkan
dengan pembelajran konvensional.
Hasil
Uji Deskriptif Presentase
Uji ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap
pembelajaran etnomatematika.
Hasil uji deskriptif presentase
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 7 Hasil uji deskriptif presentase
|
Rata-Rata |
Jumlah
Skor |
33,55 |
Skor (%) |
83,875 |
Kategori |
Baik |
Pembahasan Penelitian
Hasil analisis uji-t / independent sample t-Test pada nilai posttest siswa adalah 0,000 yang berarti t hitung > t tabel, maka terdapat
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Kemudian pada hasil rata-rata nilai post test siswa kelas eksperimen dengan pembelajaran etnomatematika mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 85,70 sedangkan pada hasil rata-rata nilai post test kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional hanya sebesar 69,05. Berdasarkan data tersebut hasil penelitian ini menujukkan adanya pengaruh yang lebih signifikan pada kelas eksperimen dengan pembelajaran etnomatematika dibandingkan kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa pembelajaran etnomatematika memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas tinggi sekolah
dasar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Penelitian ini juga membukatikan bahwa pembelajaran etnomatematika lebih efektif untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas tinggi
sekolah dasar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan pengamatan peneliti selama penelitian berlangsung, siswa kelas eksperimen
selama pembelajaran etnomatematika terlihat lebih antusias dan bersemangat dalam belajar matematika dibandingkan dengan siswa kelas kontrol
dengan pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil perhitungan
angket siswa dengan skor 83,8% dengan kategori baik, yang berarti siswa dapat menerima
pelajaran dengan baik selama pembelajaran
etnomatematika dan memiliki
ketertarikan terhadap pembelajaran etnomatematika untuk belajar matematika
di kelas.
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ratu Asmaarobiyah tahun 2024 yang menemukan bahwa Permainan congklak berbantuan etnomatematika dapat� menjadi� media� pembelajaran�
yang� digunakan
dalam�� meningkatkan��� kemampuan� berpikir���� kritis���� matematis. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan pendekatan etnomatematika dapat dijelaskan melalui beberapa faktor. Pertama, pembelajaran etnomatematika memberikan konteks yang relevan dan bermakna bagi siswa,
sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Kedua, melalui pembelajaran etnomatematika pada permainan yeye ini siswa diajak
untuk menghubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari dan budaya mereka, sehingga mereka dapat lebih
mudah memahami dan mengingat konsep-konsep tersebut. Ketiga, pembelajaran etnomatematika mendorong siswa untuk berpikir kritis, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, sehingga kemampuan berpikir kritis mereka pun meningkat.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis
data yang menggunakan SPSS pada uji-t / independent
sample t-Test diperoleh nilai
signifikansi < 0,05 yaitu
0,001 yang berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel antara variabel x terhadap variabel y. Maka, disimpulkan H0 ditolak atau H1 diterima. Jadi hipotesis yang menyatakan �terdapat pengaruh yang signifikan antara
pembelajaran etnomatematika dengan kemampuan berpikir kritis matematis siswa
kelas tinggi� terbukti kebenarannya dan dapat diterima. Namun pada hasil uji
N-gain, pembelajaran etnomatematika permainan yeye tergolong masih kurang
efektif untuk menigkatka kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas tinggi
sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Al Farisi, S., Sumaryoto, S., &
Suryana, A. (2024). Pengaruh Kecerdasan Spiritual dan Minat Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Matematika. ALFARISI: Jurnal Pendidikan MIPA, 6(3).
Alam, S. (2023). Hasil PISA 2022,
Refleksi Mutu Pendidikan Nasional 2023 (Media Indo).
Hadi, S., & Novaliyosi, N. (2019).
TIMSS Indonesia (Trends in international mathematics and science study). Prosiding
Seminar Nasional & Call For Papers.
Karim, A. (2011). Penerapan metode penemuan
terbimbing dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar. Seminar Nasional
Matematika Dan Terapan, 32, 29�38.
Kurniawati, D. (2020). Hubungan antara
Berpikir Kritis dan Pembelajaran Matematika. PeTeKa (Jurnal Penelitian
Tindakan Kelas Dan Pengembangan Pembelajaran), 3(2).
Neolaka, A. (2014). Metode penelitian
dan statistik.
Rachmantika, A. R., & Wardono, W.
(2019). Peran kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika
dengan pemecahan masalah. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika,
2, 439�443.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Pendidikan. Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta.
Sugiyono, P. D. (2019). Metode Penelitian
Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, R&d dan Penelitian
Pendidikan). Metode Penelitian Pendidikan.
Andi Mawaddah Hamzah, T. J. (2023). Trends
in International Mathematics and Science Study (TIMSS) sebagai Tolak Ukur
Pengembangan Asesmen Matematika Siswa. 12 WAIHERU, 190.
Arfika Riestyan Rachmantika, W. (2019).
Peran Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Matematika Dengan
Pemecahan Masalah. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika (pp.
440-442). Semarang: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ .
D'Ambrosio, U. (2001). Ethnomathematics
: link between traditions and modernity. Sense Publishers, Rotterdam.
Dari, F. W. (2020). Model Discovery
Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 1469-1479.
Desain Kelompok Non-Ekuivalen. (n.d.). In
R. J.-C. Paul C. Price, Methods in Psychology. PRESSBOOKS,
https://opentext.wsu.edu/carriecuttler/chapter/non-equivalent-control-group-designs/
.
Dewi Kurniawati, A. E. (2020). Hubungan
antara Berpikir Kritis dan Pembelajaran Matematika. PeTeKa (Jurnal
Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran), 9.
Dian Purnawati, D. (2017). Keefektifan
Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri untuk Menumbuhkan Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi. Al-BiRuNi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 213.
Hamzah B. Uno, S. K. (2014). Assessment
Pembelajaran. In H. B. Koni, Assessment Pembelajaran (p. 142). Jakarta:
Bumi Aksara.
(2019). Hasil PISA Indonesia 2018: Akses
Makin Meluas, Saatnya Tingkatkan Kualitas. Jakarta: kemdikbud.go.id.
Hendrayana, A. S. (2014). Motivasi Belajar,
Kemandirian Belajar Dan Prestasi Belajar Mahasiswa Beasiswa Bidikmisi Di Upbjj
Ut Bandung. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh 15, 81�87,
https://doi.org/10.33830/ptjj.v15i2.591.2014 .
Hermansyah. (2017). Pengaruh Penggunaan
Laboratorium Virtual terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa pada Materi Getaran dan Gelombang. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi, 99.
(Copyright 2022 - 2024). HOTS: ISTILAH
YANG BANYAK DISALAHARTIKAN (Oleh: Muchlas Samani). Jakarta Timur: LAMDIK
(Lembaga Akreditasi Mandiri Kependidikan).
Krishervina Rani Lidiawati, T. A. (2023).
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa di Indonesia: Rendah atau Tinggi? Buletin
KPIN.
Mahmud. (2011). Metode Penelitian
Pendidikan. In Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (p. 185). Bandung:
CV Pustaka Setia.
Mahrunnisya, D. (2023). Keterampilan
Pembelajar Di Abad Ke-21. JUPENJI: Jurnal Pendidikan Jompa Indonesia.
Naolekar, A. (2014). Metode Penelitian dan
Statistik untuk Perkuliahan Penelitian Mahasiswa Sarjana dan Pascasarjana. In
A. Naolekar, Metode Penelitian dan Statistik untuk Perkuliahan Penelitian
Mahasiswa Sarjana dan Pascasarjana (p. 42). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Peranan Model Pembelajaran Berbasis
Etnomatematika sebagai Inovasi Pembelajaran dalam Meningkatkan Literasi
Matematika. (2018).
Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali.
Pertiwi, L. W. (2023). Bermain �YEYE�.
Pangkalpinang: dikbud.pangkalpinangkota.go.id.
Pertiwi, W. (2018). ANALISIS KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS MATEMATIS PESERTA DIDIK SMK PADA MATERI MATRIKS. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 822-826.
(2023). PISA 2022 DAN PEMULIHAN
PEMBELAJARAN DI INDONESIA. Jakarta: Kementrian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi.
Priyatno, D. (2010). Paham Analisa
Statistik Data dengan SPSS. In D. Priyatno, Paham Analisa Statistik Data
dengan SPSS (p. 71). Jakarta: PT. Buku Seru.
Priyatno, D. (2014). SPSS 22 Pengolah
Data Terpraktis. Jakarta: Andi Publisher.
Riduan. (2004). Belajar Mudah Penelitian
untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. In Riduan, Belajar Mudah Penelitian
untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (p. 71). Bandung: Alfabeta.
S.Supriadi, A. (2019). Pembelajaran
Etnomatematika Sunda melalui Permainan Endog-endogan dan Engklek untuk Siswa
Sekolah Dasar dalam Materi Pecahan . Prosiding Seminar Nasional Integrasi
Matematika dan Nilai Islami (p. 101). Serang, Banten: Universitas
Pendidikan Indonesia, Kampus Serang.
Suryana, D. (2024). Matematika Jilid 1.
Dayat Suryana.
Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana.
Syafnidawaty. (2020). Observasi.
Tangerang,
https://raharja.ac.id/2020/11/10/observasi/#:~:text=Observasi%20merupakan%20salah%20satu%20metode,desain%20penelitian%20yang%20sedang%20dilakukan.:
Universitas Raharja.
Syamsul Hadi, N. (2019). TIMSS INDONESIA
(TRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY). Prosiding Seminar
Nasional & Call For Papers (pp. 562-569). Tasikmalaya: Program Studi
Magister Pendidikan Matematika Universitas Siliwangi.
Ummu Khairiyah, S. N. (2020). Respon Siswa
terhadap Penggunaan Modul dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis. ElementerIs:
Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 5.
Wahyuni, I. (n.d.). Buku Ajar
Etnomatematika. Jember.
Wanda, K. W. (2015). �Keputusan
Pembelian Di Minimarket Lulu Mart Samarinda". Samarinda: EJournal Ilmu
Administrasi Bisnis.
Yarda, V. R. (2024). MATEMATIKA Operasi
Hitung Pecahan Lengkap dengan Soal dan Jawaban, Materi Kelas 6 SD. Bangkapos.com.