Pengaruh Pembelajaran Etnomatemtika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas Tinggi Sekolah Dasar
DOI:
https://doi.org/10.59141/japendi.v6i1.7191Keywords:
Etnomatematika, Berpikir Kritis, MatematiAbstract
Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan salah satu kompetensi penting yang perlu dimiliki siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan apakah pembelajaran etnomatematika lebih berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas tinggi sekolah dasar dibandingkan dengan pembelajaran kovensinal. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen atau eksperimen semu dengan membagi kelas menajdi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diajar dengan pembelajaran etnomatematika permainan yeye (lompat karet) dan kelompok kontrol yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan berpikir kritis matematis yang diberikan sebelum dan sesudah perlakuan (pretest dan posttest), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan angket. Hasil analisis uji-t / independent sample t-Test pada nilai posttest siswa adalah 0,000 yang berarti t hitung > t tabel, maka terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Kemudian pada hasil rata-rata nilai post test siswa kelas eksperimen mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 85,70 sedangkan kelas kontrol hanya sebesar 69,05. Penelitian ini juga membukatikan bahwa pembelajaran etnomatematika lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas tinggi sekolah dasar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Pada uji deskriptif presentase angket membuktikan bahwa siswa memiliki sikap dan ketertarikan yang baik pada pembelajaran etnomatematika. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini membuktikan pembelajaran etnomatematika jauh lebih berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada 4 indikator, yaitu menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, dan menginferensi. Siswa lebih mampu memahami suatu permasalahan dengan menyebutkan apa yang mereka ketahui dalam soal dan apa yang ditanyakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi model matematika atau rumus yang akan digunakan sehingga siswa bisa melakukkan evaluasi terhadap perhitungan dengan benar dan membuat kesimpulan atau menginferensi dengan tepat. Sedangkan dengan pembelajaran konvensional, siswa hanya terpaku pada rumus tanpa menginterpretasi, menganalisis, dan mengevaluasi, sehingga tidak mampu menginferensi atau membuat kesimpulan yang tidak tepat
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Chindy Anggraeni, Supriadi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.